"Wonwoo,lihat apa yang kutemukan!" ucap Soonyoung dengan semangat. Ia mengangkat sebuah benda yang akhirnya hanya mendapat tatapan Wonwoo yang menyipitkan matanya.
"Itu batang,bodoh. Kenapa bersemangat sekali memegangnya." Wonwoo mendecak kemudian membalikan badan. Ia kesal sekali karena ibu mereka menyuruh mereka mencari Mingyu kembali dan disaat ketika ia sedang terbuai dengan fantasi di dalam buku yang ia baca. Fantasi itu ditambah hancur lagi ketika Soonyoung masuk kedalam perpustakaan sambil berteriak riang dan memeluknya dari belakang.
Jika Ia dan Mingyu, bahkan ibunya untuk memilih siapa anak termanja dari mereka bertiga,maka akan dengan cepat kami akan menunjuk pria bermata sipit itu.
Dan sekarang, disinilah mereka berada. Di perbatasan tanah Serania dan Minera. Namun hasilnya Nihil. Mingyu masih tidak terlihat dimanapun. Sedangkan Soonyoung, dia hanya bernyanyi tidak jelas dan memekik ketika menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya,seperti batang tadi.
"Tidak,bodoh. Lihatlah batang ini! Batang ini seperti habis dibakar oleh seseorang." Ucap Soonyoung lagi yang sekarang memperhatikan batang kayu yang ia pegang sekarang.
"Oh, jadi menurutmu Mingyu yang membakar itu?" tanya Wonwoo dengan malas.
"Mungkin saja begitu, tapi itu bisa mengartikan kalau dia berada disekitar sini." Soonyoung menyeringai seperti bangga sekali dengan kesimpulannya itu.
"Atau mungkin saja sudah pergi jauh,bodoh." Wonwoo kembali berjalan meninggalkan Soonyoung yang mendecak kesal. Tangan Wonwoo meraba tanah Serania yang berada di samping kirinya. Tanah itu tampak kering seperti tidak pernah terkena hujan, padahal beberapa hari yang lalu ada hujan, harusnya tanah itu tidak sekering ini.
Ketika tangannya masih sibuk meraba tanah Serania, akhirnya tangannya menangkap tanah yang cukup basah di tangannya. Ia menatap tanah di sampingnya ini dengan heran, bagaimana bisa hanya bagian ini saja yang basah sedangkan yang lain kering?
"Kenapa berdiam saja? Kau menemukan sesuatu?" tanya Soonyoung yang sekarang sudah berdiri di sampingnya. Ia menatap tangan Wonwoo yang kotor oleh tanah.
"Jangan sentuh-sentuh aku dengan tangan kotormu itu ya! Aku sudah mandi tadi." Soonyoung bertingkah jijik ketika melihat tangan Wonwoo. Andaikan bukan saudara, rasanya ingin sekali ia membakar Soonyoung.
"Sepertinya perkataanmu tadi benar."
"Yang mana? Aku berbicara banyak hal,tahu." Soonyoung menyenderkan badannya di tanah Serania. Wonwoo berpikir tadi siapa yang tidak mau terkena kotor oleh tanah? Kenapa sekarang malah bersandar?
"Mingyu di sekitar sini." Balas Wonwoo yang kembali meraba tanah basah itu. Tanah itu berwarna merah, hampir menyerupai tanah Serania ini. Namun,tanah ini lebih terlihat subur. Ia tidak pernah melihat tanah sesubur ini di Minera bahkan disetiap buku yang ia baca. Aneh sekali.
"Hoaam, aku ingin segera dipijat oleh Chan. Kenapa sih kita harus mencarinya." Soonyoung merengangkan badannya sambil menguap, kemudian kembali menyandarkan badannya ketanah basah itu dengan keras yang membuat tanah itu retak dan hancur. Soonyoung pun terjungkal ke belakang dan Wonwoo hanya melebarkan matanya tanpa berniat menolongnya. Yang menarik perhatiannya sekarang adalah ternyata dibalik tanah itu ada terowongan. Wonwoo pun bergerak masuk kedalam meninggalkan Soonyoung yang masih mengomel tidak karuan di belakang.
Mereka kemudian sampai diujung terowongan itu. Mereka langsung dikagetkan dengan sebuah kijang bertanduk bercabang yang menurut yang ia baca di buku, hewan itu sudah lama punah. Bagaimana bisa hewan itu sekarang berada di hadapannya? Dan lagi, bukan itu kuda pegasus yang banyak dibicarakan karena air mata murninya? Tapi kan hewan itu sudah punah? Kenapa bisa berada di sini?
"Cepat keluar dari sini sebelum aku melepaskan panahku." Ucap seseorang dari belakang mereka. Orang itu tampak kecil dan mungil, namun tatapan matanyalah yang membuat sosok kecil itu terlihat menyeramkan. Sosok itu sedang bersiaga dengan menarik sebuah panah yang diarahkan ke mereka.
"Siapa kau,cantik?" tanya Soonyoung yang tersenyum miring menatap Jihoon. Wonwoo melihat saudaranya itu sambil menggelengkan kepalanya, bosankah anak ini dengan si Chan?
"Jaga ucapanmu dan segera pergi dari tempat ini. Aku adalah pemilik tempat ini." Ucap Jihoon dengan tegas. Ia menatap Soonyoung dengan jijik.
"Jangan galak-galak dulu,Hai pemilik tempat ini. Bagaimanapun juga, panah itu tidak akan membuat kami mati, jadi Lepaskan saja panahnya." Balas Soonyoung dengan tenang. Karena yang hanya ia butuhkan adalah menggerakan tangannya agar panah itu dapar berbalik arah dan menancapkannya ke sosok mungil itu.
Jihoon tahu kalau ancamannya ini Akan sia-sia saja, jadi ia pun menurunkan panahnya dan masih menatap mereka dengan tajam, "Aku peringatkan kalian untuk pergi sekarang juga sebelum kesabaranku habis."
"Kata siapa tanah ini adalah milikmu? Bukankah seluruh tanah Minera adalah milik kerajaan Hui? Dan apakah kau tahu sedang berbicara dengan siapa? Atau perlu kami yang memberitahunya?" ucap Wonwoo yang menaikan dagunya menantang Jihoon.
"Aku tidak peduli dengan ucapan kalian, tanah ini adalah milikku dan siapapun yang menginjak tempat ini Akan kubunuh." Ucap Jihoon dengan geraman pelan. Benar, Ia harus melindungi tanah ini bagaimanapun juga karena hanya Inilah yang ia punya. Wonwoo dan Soonyoung hanya tertawa meremehkan ucapannya
"Baiklah, Sepertinya kau sudah terlalu lama terkurung di sini. Jadi lebih baik kami memberitahumu, kami ini adalah Pangeran dari kerajaan Hui dan baru saja Kau melawan dan mengusir Pangeran? Anda lucu sekali." Ucap Soonyoung yang menghapus air matanya Karena tertawa terlalu keras.
"Dan maksudmu membunuh? Kita bahkan bisa langsung membunuhmu saat ini juga, hanya saja kau terlalu imut untuk di bunuh dengan cepat." Lanjut Wonwoo yang sekarang melangkah maju mendekati Jihoon. Jihoon hanya mundur kebelakang.
"Sebelum kami menangkapmu dan memberikannya ke ibu kami, kami ingin bertanya, apakah kau melihat seorang Pangeran? Namanya adalah Mingyu. Wajahnya datar dan kulitnya tan,Tinggi,dan juga punya mata hijau gelap. Apa kau melihatnya?" tanya Wonwoo yang membuat Jihoon tidak berkutik.
"Bagaimana aku tahu dengan Pangeran yang kau bicarakan? Lebih baik kau cepat pergi karena keberadaan kalian di sini hanya sia-sia saja." Ucap Jihoon lagi yang memaksa agar setenang mungkin.
Wonwoo menarik senyum miring lagi, "Jadi sepertinya kau juga tidak tahu hal ini ya? Sekarang, Pangeran Serenia sedang menghilang dan kau tahu apa yang terjadi di atas sana? Lapisan pelindung sudah tidak ada dan ini saatnya kami menghancurkan apa yang mereka perbuat kepada nenek moyang kita dan setelah kami menghancurkan kerajaan itu, maka kami juga akan menghancurkan tempat ini. Jadi berhati-hatilah jika berhadapan dengan para Pangeran Hui,anak kecil." Wonwoo kembali mengejek Jihoon, tangannya ia ulurkan untuk mengelus kepalanya.
Jihoon segera mendorong Wonwoo dan berlari masuk terowongan. Sekarang yang terpenting adalah membuat mereka berdua keluar dari tempat itu sehingga Mingyu dan Seokmin bisa kabur.
"Pilihan yang buruk, bocah kecil." Ucap Soonyoung yang menjulurkan tangannya dan menggerakan jarinya. Seiring dengan itu, badan Jihoon pun bergerak. Soonyoung kemudian meremas jarinya yang membuat Jihoon seperti dipelintir di seluruh tubuh. Yang ia ingat hanya Mingyu yang tersenyum beberapa waktu yang lalu sebelum kemudian menjadi gelap.
.
.
.
Komen plizeu

KAMU SEDANG MEMBACA
The Distance (Seokgyu/Gyuseok) Completed
RomanceMingyu:" Kau tahu, meski kita dibatasi oleh sebuah retakan. Tetap saja kita ini berdiri di tempat yang sama. Jadi menurutku kau dan aku itu sama. Jadi apa ada alasan yang lain lagi untuk menolakku, Seokmin?" Seokmin: "Kau pikir aku tidak mencintaimu...