"Terima kasih banyak,Seungkwan, Hansol." Seokmin menunduk hormat. Meski dirinya adalah seorang putra mahkota, namun itu tidak membuat dirinya ditinggikan oleh ayahnya. Dengan artian, ayahnya selalu mengajarkan padanya untuk menunduk hormat kepada seseorang yang sudah menolongnya, karena menurut ayahnya, orang yang menolongnya adalah saudara kita, dan saudara itu sederajat dengan keluarga kerajaan.
Mungkin Seungkwan dan hansol masih belum mengetahui bahwa Seokmin adalah seorang pangeran, sehingga mereka hanya menyuruh Seokmin menegakkan kepalanya.
"Bawalah ini, untuk berjaga-jaga. Ini adalah obat terbaik dari racikan suamiku. Ya kan,sayang?" Pertanyaan itu langsung di jawab anggukan oleh Hansol. Obat racikan itu pun berpindah tangan ke arah Seokmin.
"Terima kasih,Seungkwan. sungguh. Kuharap persalinanmu lancar." Balas Seokmin sambil menunjukan senyum lebarnya.
Meski Seokmin tersenyum ke Seungkwan,namun Mingyu yang berdiri di sampingnyalah yang merasakan perasaan aneh. Kenapa tiba-tiba jantungnya bergerak tidak karuan?
"Kalau begitu kami permisi dulu. Ayo,Mingyu." Setelah membungkuk sekali lagi kearah kedua orang itu, akhirnya ia meninggalakan rumah itu dan berjalan mendahului Mingyu yang masig bengong. Untungnyalah sebuah jitakan dari Hansol menyadarkannya.
"Kenapa kau masih disini,huh? Pergi sana." Hansol mendorong Mingyu dengan pelan sambil melambaikan tangannya.
.
.
.
"Seokmin," panggil Mingyu. Sekarang mereka kembali berada didalam hutan. Sedari tadi tidak ada yang memulai pembicaraan. Seokmin yang masih kesal dengan kejadian kemarin, dan Mingyu yang ingin sekali bertanya tentang Jihoon tapi takut untuk bertanya."Seokmin," panggil Mingyu sekali lagi.
"Hmm?" Balas Seokmin. Ia menyadari bahwa Mingyu sudah berada di sampingnya.
"Aku ingin bertanya...mengenai Jihoon."
"Apa lagi? Kau masih tidak ingin menolongnya?" Tanya Seokmin dengan datar. Apa dengan meninggalkannya kemarin Mingyu masih belum bisa membuka pikirannya?
"Tidak, bukan itu maksudku." Mingyu menggeleng kepalanya pelan.
" Jadi apa?"
" Apa yang kau maksudkan dengan ucapanmu kemarin?" Seokmin terdiam sebentar memikirkan ucapannya kemarin. Memangnya ia mengucapkan apa?
"Ucapanku?"
Mingyu mengangguk cepat, "apa maksudmu bahwa ibuku itu Jihoon?"
Seokmin menganga kaget. Apakah ia mengucapkan itu kemarin? Apakah ia yang membocorkannya?
"Seokmin?" Panggil Mingyu untuk menyadarkan lamunannya.
"Itu...itu...ermm...itu.." demi apapun ia tidak bisa mencari alasan lain untuk berbohong pada Mingyu, karena ia tidak pernah berbohong.
"Itu? Itu apa?"
Seokmin akhirnya menyerah dan menatap Mingyu, " iya,dia ibumu."
"Kau tahukan Jihoon adalah seorang pria?" Tanya Mingyu lagi.
"Memangnya kenapa? Apakah mencintai seseorang harus berlawanan jenis?" Tanya Seokmin lagi yang membuat Mingyu terdiam. Memang benar, memangnya mencintai seseorang harus berlawanan jenis?
"Tidak sih, tapi-"
"Lalu jika aku menyukaimu, apakah aku salah?" Seokmin memotong ucapan Mingyu. Ia tidak habis pikir bahwa Mingyu memiliki otak yang sangat kuno.
Mingyu tidak membalas lagi, ia sedang mencerna perkataan Seokmin. Apa tadi? Apakah Seokmin sedang menyatakan perasaannya atau itu hanya ucapan belaka?
"Jawab aku,Mingyu." Ucap Seokmin yang masih menatapnya tajam.
"Aku, aku..." Mingyu tidak tahu harus menjawab apa. Apakah ia harus berkata 'aku juga menyukaimu' atau 'jangan berbicara bodoh,Seokmin' sehingga membuat Seokmin sakit hati. Situasi seperti ini benar-benar belum pernah ia alami sepanjang hidupnya.
"Lihat? Sepertinya kau harus membuka pikiranmu,Mingyu. Kukira kau mengetahui semua hal yang tidak kuketahui, tapi ternyata bagian seperti ini saja kau masih berpikir pendek." Seokmin mencibir dan berjalan melewati Mingyu. Sebelum kemudian tangan Mingyu menahan lengannya dan membuat kontak mata yang sangat dekat dengannya. Ia bahkan bisa merasakan napas Mingyu sekarang.
"Kau mau tahu jawabanku? Jawabanku adalah tidak ada salahnya dan jawabanku yang kedua adalah aku mau." Balas Mingyu dengan pelan. Betapa malunya dirinya sekarang.
Namun balasan yang diterima Mingyu bukanlah ekspresi senang atau malu dari Seokmin, melainkan ekspresi bingung.
"Mau apa?" Tanya Seokmin.
"Aku mau menjadi kekasihmu." Balas Mingyu cepat. Seokmin melebarkan matanya dan membuka mulutnya. Ya Tuhan, apakah kali ini ucapannya salah lagi?
"Mingyu, sepertinya kau salah pa-"
"Kau ingin berkata bahwa itu hanya salah paham? Tidak apa-apa karena aku akan membuatmu benar-benar jatuh cinta padaku." Ucap Mingyu lagi. Kali ini wajah Seokmin entah kenapa menjadi panas setelah mendengar perkataan Mingyu. Padahal itu hanya sebuah contoh, tapi bagi Mingyu ,itu adalah sebuah penyataan.
"Itu hanya con-"
"Tidak, tepatnya akulah yang menyukaimu. Dan mungkin saja kita bisa mencobanya dulu, bagaimana?" Mingyu kembali memotong ucapan Seokmin. Persetan dengan lawan jenis, benar kata Hansol, ia menyukai Seokmin. Tanpa tahu bagaimana itu bisa terjadi, yang jelas ia menyukai Seokmin.
Seokmin terdiam ia menatap kedua mata Mingyu yang menanti jawaban darinya. Kedua mata yang jujur,tulus yang sedang menanti jawaban. Tidak mungkin ia bisa menolak Mingyu dengan mata itu.
Seokmin pun akhirnya menghela napas dengan kasar, baru di pagi hari saja sudah membuat kepalanya pusing.
"Baiklah-baiklah, mari kita mencobanya. Tapi ada satu syarat."
"Apa itu?"
"Aku ingin cinta yang murni, cinta tanpa paksaan dan tanpa sihir. Cinta yang tulus." Ucap Seokmin yang kemudian berpikir, apakah ia terlalu banyak meminta?
Mingyu pun akhirnya menarik sebuah senyum di wajahnya, "terima kasih, tenang saja,Seokmin. Aku pun juga berpikir seperti itu."
.
.
.Guys sorry banget ya updateny sekarang jarang, aku udah mulai kuliah soalnya dan tugasnya bener-bener banyak.
Jadi aku berpkir untuk mengupdate seminggu sekali dan kalau ada waktu kosong aku akan sebisa mungkin update lebih cepat.Btw, aku kangen komen-komen kalian :')
![](https://img.wattpad.com/cover/134949986-288-k453039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Distance (Seokgyu/Gyuseok) Completed
RomanceMingyu:" Kau tahu, meski kita dibatasi oleh sebuah retakan. Tetap saja kita ini berdiri di tempat yang sama. Jadi menurutku kau dan aku itu sama. Jadi apa ada alasan yang lain lagi untuk menolakku, Seokmin?" Seokmin: "Kau pikir aku tidak mencintaimu...