Setelah tidak mendengar Suara lagi dari luar, Seokmin segera menggigit tangan Mingyu yang sedari tadi menutup mulutnya. Mingyu segera berteriak kesakitan dan melepas bekapannya.
"Kita harus menyelamatkan Jihoon." Ucap Seokmin dengan panik. Ia segera membuka pintu namun tangannya segera ditahan oleh Mingyu.
"Kau tidak bisa menyelamatkannya, mereka terlalu kuat." Ucap Mingyu dengan wajah tegangnya.
"Kau tahu mereka?" tanya Seokmin lagi.
Mingyu mengangguk, " Iya mereka adalah kakakku dan mereka terlalu kuat. Apalagi kau tidak mempunyai sihir sama sekali."
"Kalau begitu kau yang harus menyelamatkannya." Balas Seokmin lagi.
"Kalau aku bisa melawan mereka,aku tidak akan kabur seperti ini,Seokmin." Balas Mingyu dengan pelan. Seokmin terdiam sejenak. Ia jadi teringat perkataan Mingyu yang merasa tidak dihargai oleh kedua kakaknya itu.
"Maaf." hanya itu yang bisa Seokmin ucapkan sekarang.
"Tidak perlu, sekarang kita harus segera mencari tahu bagaimana bisa segera keatas sebelum kakakku itu menyerang di sana." Ucap Mingyu yang kemudian dibalas gelengan oleh Seokmin.
"Tidak sebelum aku menyelamatkan Jihoon." Ucap Seokmin lagi. Ia segera keluar dan turun ke bawah. Mingyu segera mengikutinya dan kemudian menahan kembali lengan Seokmin.
"Sudah kubilang kau tidak akan bisa mengalahkan mereka,Seokmin!" bentak Mingyu.
"Iya! Aku memang tidak bisa mengalahkan mereka dengan sihir tapi aku juga tidak bodoh dalam berpedang, Mingyu." Balas Seokmin yang menarik lengannya dari pegangan Mingyu.
"Kenapa kau perhatian sekali sih dengannya?" tanya Mingyu yang membuat Seokmin kembali menoleh. Satu pertanyaan yang sekarang berkeliaran di kepalanya adalah, apakah Seokmin menyukai Jihoon?
"Karena dia orang yang penting." Jawab Seokmin singkat, Ia berjalan memasuki terowongan.
"Sepenting itukah dirinya?" gumam Mingyu dengan pelan. Untunglah Seokmin tidak mendengarnya.
.
.
.
Seungcheol segera berlari keluar gedung karena mendapat berita bahwa ada kericuhan di kediaman penduduk. Setelah sampai di pintu gerbang pembatas istananya dengan kediaman penduduk, Seungcheol segera menutup mulutnya karena bau anyir darah tercium dan langsung menusuk hidungnya.Penduduknya. Rakyatnya. Pengikutnya. Tergeletak dengan warna merah yang mewarnai baju putih mereka. Semuanya mempunyai luka di tempat yang sama,yaitu leher mereka tertancap sesuatu hitam yang dengan Ukuran genggaman yang langsung menembus tenggorokan mereka.
Dari antara tumpukan Rakyatnya, seseorang berdiri, dengan kakinya yang menginjak punggung orang yang sudah kehabisan darah, mata merah gelap menatap Seungcheol dengan tenang namun tajam. Tak lupa senyum tipis diwajahnya. Jika orang itu tidak membunuh Rakyatnya dan bahkan berdiri di salah satu badan orang, orang itu pantas di puji cantik dan anggun.
"Siapa kau?" tanya Seungcheol yang menatap sosok itu.
Namun,orang itu hanya menarik senyum miringnya dan berkata,"Aku ke sini bukan untuk memperkenalkan diri. Namun aku datang untuk membalas dendam."
"Kami tidak pernah melukai siapapun, jadi kau tidak ada alasan untuk membalas dendam dan bahkan membunuh rakyatku!" teriak Seungcheol dengan wajah merah karena emosi. Namun sekali lagi hanya dibalas kekehan pelan oleh orang itu sebelum kemudian mata merahnya menatap Seungcheol tajam.
"Salah satu rakyatmu telah membunuh suamiku. Jadi itu adalah alasanku untuk membalas dendam. Dan seorang rajalah yang harus menanggung penderitaan itu."
![](https://img.wattpad.com/cover/134949986-288-k453039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Distance (Seokgyu/Gyuseok) Completed
Любовные романыMingyu:" Kau tahu, meski kita dibatasi oleh sebuah retakan. Tetap saja kita ini berdiri di tempat yang sama. Jadi menurutku kau dan aku itu sama. Jadi apa ada alasan yang lain lagi untuk menolakku, Seokmin?" Seokmin: "Kau pikir aku tidak mencintaimu...