Bab 07

19.8K 1.9K 50
                                    

Malam tahun baru sudah lewat, hari pertama tahun baru juga telah lewat, libur telah usai dan begitupula cuti. Cuti telah habis saat kembali ke kehidupan gila tanpa waktu sosial di akhir pekan.

Cuti telah usai, hiks. Hiks!

Walau demikian, Aria masih tetap bersyukur masih bisa menikmati cutinya dengan tentram tanpa gangguan dari bos bahkan bos cerewetnya itu cukup berbaik hati mengabulkan permintaan Aria yang ingin cuti dan baru masuk pada 8 Januari 2018. Tidak seperti temannya yang tanggal 4 Januari sudah harus masuk kantor. Davin, Bertha, Adisa, Ivanka, dan temannya yang lain sudah harus kembali ke perantauan tanggal 3 kemarin, sedangkan Gi sudah kembali ke Tangerang tanggal 2 kemarin untuk mempersiapkan semester baru.

Seperti yang kita ketahui, alasan pertama Aria cuti adalah menghindar dari pesta pernikahan Jason. Katakan Aria pengecut, menghindari pesta berbahagia Jason karena takut melihat kebahagiaan lelaki yang mengisi relung hatinya itu. Dia tidak seberani Nara, seorang kepala divisi keuangan yang punya mental bak baja sehingga tahan melihat situasi menyakitkan hati. Kadang dia ingin menjadi sosok Nara yang ia baca di Wattpad itu, kuat, cerdas, berani, setia, dan baik itu

Masuk-masuk, ia tidak langsung bertemu dengan Jason yang masih menikmati cuti kawinnya. Alhasil divisinya kembali tidak lengkap seperti biasanya. Rekan kerja Aria langsung memburu oleh-oleh yang ia bawa ke kantor bahkan bosnya sesekali ikut juga. Bos Aria itu seperti perempuan yang lagi PMS, gak tentu moodnya. Bisa baik dan bisa jahat.

"Gemukan ya, Ar? Pulang dari cuti kayaknya lebih gemuk," celutuk bos tanpa melihat sikon. Aria mematung dan menatap bosnya dengan tidak percaya.

"What!?"

>><<

Aria terbiasa dengan mulut asal ceplos Theo Putra Tansil a.k.a bosnya itu. Tapi dia tidak menyangka kalau mulut asal ceplos Theo itu berani menyinggung hal tersensitivie wanita yaitu berat badan. Mood Aria anjlok seketika mendengar pengakuan Theo tapi tak lama berselang Theo memujinya karena itu membuat Aria terkesan lebih manusiawi dibanding dia kurus seperti biasanya. Entah Theo sadar kalau ia membahas topik yang salah atau memang berniat memuji Aria yang katanya juga jauh lebih enak dipandang menurut Adrian, mood Aria sedikit membaik walau masih tetap anjlok.

"Udah, gak usah pusing berat badan! Pusingin nih kerjaan yang gak kelar-kelar!" Elisa menaruh cangkirnya agak kasar. Wanita berkepala tiga ini tengah mengalami masa merahnya alias datang bulan jadi wajar agak ganas belum lagi kemarin sedikit ada cek cok dengan mertua.

"Lo ngalahin anak gadis PMS aja, Lis," celutuk Adrian seperti menyiramkan bensin pada api. "Emang. Gue bete nih! Bos masih meeting kan?"

"Masih," jawab Aria membuat Elisa menjauhkan diri dari kubikelnya dan memulai ritual memanggil gossipers di divisi Theo ini. "Lo tahu'kan gue suka cek cok sama mertua gue?"

Adrian dan Aria mengangguk tahu. Anak buah Theo sudah saling berteman dan saling percaya jadi semua uneg-uneg yang mengganjal hati bisa disharing tanpa takut harus dibongkar.

"Gue kesel banget! Dia mertua paling nyebelin! Sumpah gue gak suka cara dia nyuruh-nyuruh laki gue! Gue tahu dia yang ngelahirin laki gue tapi tolong dong, laki gue juga ada tanggung jawab untuk menuhi kewajibannya sebagai kepala keluarga sama bapak bagi anak gue! Dia suruh laki gue ini lah, bilang cucunya begini, gue gak bisa ngurus anaklah! Shit! Like she is the best mom! Mulutnya racun banget! Untung gue nikah sama anak pertama yang lebih ngikutin bapaknya yang kalem, coba yang kedua? Gue cerain hari ini juga," cerita Elisa berapi-api yang menimbulkan bara api juga di hati Adrian.

"Gue juga! Mertua gue terutama yang nyokap suka banget nyindir gue! Bilang gue gak sayang keluarga karena pulang malam terus, akhir pekan gak pernah ajak keluar, cuman mau dapat enak setelah itu tinggalin! Fuck banget! Gue kerja pagi sampe malam buat menuhin kebutuhan bini gue sama anak gue plua mertua dan bonyok gue juga! Kadang gak tahu diuntung banget rasanya, bini gue juga sampe malu dan kesel sama nyokapnya sendiri. Gue pernah cerita'kan kalau bini gue lebih deket sama babysitter dia dulu dari pada nyokap sendiri? Gue bersyukur banget yang gantiin figur 'ibu' bini gue itu orang yang baek-baek. Coba kayak mertua gue, gue kasih talak sudah! Gue nikah bukan untuk diperes dompetnya! Tapi untuk melaksanakan kewajiban agama sama mengayomi bahtera rumah tangga yang baek-baek. Gak ada cerai segala macem."

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang