Apa yang paling kamu ingat dari gurumu ketika masih sekolah? Kumis imutnya? Cara ngajarnya? Bau mulutnya? Kacamatanya? Rambutnya? Cerewetnya? Bualnya? Cantik atau gantengnya?
Aria juga demikian, dia akan mengingat guru-gurunya yang memiliki kekhasan sendiri, misal Pak Ade yang tahu wajahnya tapi tidak ingat namanya.Nah, kalau pertanyaan itu dibuat lebih spesifisik seperti, kenapa masih ingat PaGi sampai sekarang? Jawabannya adalah PaGi guru muda yang cara mengajarnya baik dan bagus, guru iseng dan gak tahu malu sama Aria, doyan ngabisin cemilan Aria, paling suka kasih Aria fotocopy (Davin gak dikasih), dan mau meladeni pertanyaannya tentang matematika hingga SMA sampai Aria tidak bisa menghubungi Gi lagi karena gurunya ganti nomor. Itu sebagai guru privat.
Sebagai guru sekolah, suka nyuruh Aria hapus papan tulis, suka negur Aria walau gadis itu baru mau ngomong dengan temannya, dan yang paling menyebalkan adalah mencari dirinya ketika ia bolos di classmeeting padahal saat kelas 7 semester 1, dia bukan wali kelasnya.
PaGi : Kemana kamu tiga hari ini? Masa sakit terus? Bolos ya?
Aria menatap horor pesan yang Gi kirimkan. Kenapa guru matematikanya ini tahu kalau sakit itu hanya alibinya!?
PaGi : Dibalas dong. Atau Bapak ke rumahmu sama Ibu Rini?
Aria : Iya, Pak! Ini dibalas! Jangan dong :( Besok aku sekolah kok, sudah sehat :D
Semoga percaya. Semoga percaya.
PaGi : Kamu memang sehat. Bapak tahu kebiasan jelekmu, Bu Ratna sendiri yang kasih tahu Bapak kalau kamu itu gak pernah masuk kalau habis ujian.
Demi segala kosmetik yang ada di meja rias Lia! Kenapa wali kelas 2 SDnya dulu begitu bocor!? Bocornya sama Gi lagi!
Aria : Hehehehe... Damai, Pak :')
PaGi : Damai kalau besok kamu sekolah.
Aria : Iya, Pak. Aria besok sekolah :'D
"Mama, besok aku sekolah ya?" izin Aria membuat ibunya mengerutkan dahinya.
"Tumben?" tanya Lia bingung.
"Iya, dicari sama PaGi. Ngancem mau ke rumah sama Bu Rini kalau masih bolos lagi," jawab Aria lesu. Lia tertawa jahat mendengar jawaban Aria.
>><<
Seperti yang Aria bilang, keesokan harinya ia benar-benar masuk sekolah dan langsung setor muka ke Gi sebagai bentuk sindirian atau pembuktian ke Gi kalau dia tidak bohong.
Gi hanya tersenyum tipis, dia tahu Aria ogah-ogahan datang ke sekolah yang isinya cuman classmeeting gak jelas dan parahnya gak boleh bawa komik atau novel. Aria bosan setengah mati, dari kejauhan Gi terkekeh melihat wajah Aria yang kusut itu.
"Ayo, Pak! Kita tunjukkan kekuatan kita sebenarnya," Pak Galih menepuk bahu Gi sambil berjalan menuju lapangan pakir yang suah disulap jadi lapangan voli.
Gi hanya mengangguk semi pasrah. Sebenarnya dia tidak bisa main voli, tapi karena jumlah guru laki-laki sedikit mau tidak mau ia harus ikut. Ketimbang voli, ia lebih memilih bergabung dengan tim futsal yang anggotanya ibu guru menggunakan daster. Tapi yang namanya junior cuman bisa nurut sama senior.
Aria yang duduk di pinggiran lapangan tempat murid-murid duduk, hanya bisa menatap bosan. Tidak ada yang menarik dari pertandingan voli antara guru dengan siswa kelas 9, tapi entah kenapa murid-murid begitu semangat menyaksikannya.
Berulang kali Aria menguap tanda bosan, teman-temannya sedang lomba futsal putri. Menonton futsal putri itu jauh lebih membosankan karena di mana bola berada seluruh tim merebutkannya, walaupun membosankan untuk ditontob sebenarnya saat dilakukan jauh lebih menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesawat Kertas
ChickLitAria seorang konsultan yang merangkap menjadi penulis online sudah berkali-kali ditanya kapan mengkahir masa lajangnya. Jangankan mengakhiri masa lajang, pacar saja tidak punya. Hatinya masih mengharapkan cinta SMA-nya walaupun ia tahu sebenarnya it...