Bab 28

14.6K 1.4K 59
                                    

Ragu bukan berarti tidak setuju bukan?
-Gi dan Aria yang mencoba-

>><<

Yosep menyambut hangat kepulangan anaknya yang akan mengisi waktu libur semesternya untuk pulang kampung menemani dirinya di rumah. Meninggalkan kewajibannya untuk seminggu ke depan mengajar murid-murid lesnya demi menjenguk satu-satunya orang tua yang dia punya sekarang.

Gi memasuki rumah yang paling jarang dia huni semenjak merantau ke mana-mana. Suasananya masih sama hangatnya karena masih ada Yosef namun dia tidak bisa membohongi kalau di dalamnya ada kesepian. Semenjak Sisil meninggal, rumah ini jadi agak sepi. Tidak ada mulut cerewet yang mewarnai rumah ini.

"Tidur sama Papa gak masalah'kan?" tanya Yosep.

"Gak masalah." Gi tidak mempermasalahkan kalau dirinya tidur bersama dengan Yosep. Dulu kecil dia juga suka tidur dengan orang tuanya jadi kenapa harus malas untuk tidur bersama dengan mereka lagi kalau mereka meminta?

Gi sebenarnya tahu alasan kenapa Yosep memintanya tidur bersama dirinya. Yosep kesepian. Mengarungi bahtera rumah tangga bersama Sisil lebih dari 25 tahun membuatnya merasa terpukul saat Sisil sudah terlebih dahulu pulang ke tangan Tuhan. Satu-satunya keluarga yang dia harap masih mau menerimanya hanyalah anaknya. Mana mungkin sanak saudaranya mau mengurusnya.

"Mau makan apa? Kita makan di luar apa Gofood?" tanya Yosep sambil mencari aplikasi Gojek di ponselnya. Walau sudah berusia senja, Yosep bisa mengoperasikan aplikasi kekinian zaman sekarang kecuali Instagram.

"Makan di luar aja. Sekalian beli isi kulkas. Jarang masak ya, Pa?" tanya Gi saat melihat isi kulkas Yosep.

"Iya. Kalau sendiri itu rasanya malas makan." Yosep menjawab jujur.

Gi diam. Dia tidak bisa menyalahkan Yosep kalau dia malas makan. Karena makan seorang diri itu tidak enak.

Ya harus cintai diri sendiri. Kasih asupan walau harus makan sendiri. Badan bukan untuk dibawa susah terus, harus dibawa senang dong walau sendiri.

Kata-kata Aria terngiang diingatannya. Saat kencan, dia pernah bertanya mengapa Aria suka makan sendirian kalau di luar dan Aria menjawab dengan santai. Aria dengan tingkat kepedean dan cuek tinggi tidak peduli orang-orang menatapnya aneh kalau dia makan sendiri. Dilihatin? Lihatin balik sampai orangnya capek sendiri. Gi terkekeh kalau mengingat tentang kelakuan kekasih hatinya yang selalu diluar nalarnya. Biasanya cewek itu jaim, Aria gak ada jaim-jaimnya. Seperti saat mereka makan di kopitiam, mereka sudah makan berat dan Gi mengatakan dia masih ingin makan roti tisue. Aria dengan semangat juga mengatakan mau tanpa menunggu Gi harus menawarkannya dulu.

"Papa ganti baju gink. Aku cuci muka dulu."

Yosep mengiyakan lalu menghilang ke kamarnya. Gi tersenyum lebar saat mengingat tingkah laku Aria. Gi jadi rindu dengan Aria walau mereka bertemu tidak setiap saat. Harus atur jadwal seperti mau bertemu klien saja.

Ponsel Gi berbunyi. Gi mengambil ponselnya yang tersimpan di saku celana lalu melihat chat via WhatsApp dari kekasihnya, Aria. Siapa lagi yang mau sama bujang lapuk selain dia? Eh, sebenarnya banyak sih yang suka sama Gi. Tapi Gi gak suka sama mereka karena gak cocok saja di hati.

Ia : Bulu mataku copot!

Gideon : Terus?

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang