Apa susahnya ngomong jujur?
-Aria yang marah->><<
Aria menimbang usulan Gi untuk pulang sejenak ke Samarinda supaya bisa berbicara dengan Lia dari hati ke hati secara langsung tanpa melalui via telepon. Setelah beberapa bulan menjalin tali asmara dengan Gi, Aria baik Gi merasa dia perlu serius mengenai hubungan mereka. Pasalnya mereka bukan berpacaran di usia muda, mereka berpacaran di usia matang dan kelewat matang.
Gi serius karena dia yakin dengan Aria adalah wanita yang dicarinya. Dari awal dia bertemu setelah belasan tahun tidak ketemu, hatinya langsung mengatakan mau dan ingin Aria. Aria serius karena dia mengenal karakter Gi yang ideal untuk dijadikan suami atau pasangan hidup. Tapi sayangnya, keseriusan mereka sedikit mengalami kendala direstu.
Berbeda latar belakang budaya, jarak usia yang terlampau jauh, kepribadian yang belum dikenal terlalu baik, dan segala pertimbangan klasik orang tua bila ingin melepaskan anak gadisnya. Aria menghela nafas, serumit apapun akuntansi, asmara lebih sulit dipecahkan. Akuntansi masih ada rumus harta sama dengan modal ditambah utang, asmara? Aku ditambah dia sama dengan cinta gitu? Sayangnya tidak sederhana itu. Sebanyak apapun rumus matematika tetap rumus cinta itu paling sulit dipecahkan.
"Aduh anak perawan, siang-siang udah melamun jodoh aja," Elisa mengangetkan.
Aria terpanjat lalu menoleh ke arah Elisa yang sedang nyengir lebar. Wanita itu menunjukkan bungkusan yang ada di tangannya, keripiki singkong hits milik artis dan CSnya.
"Sambelnya bikin nagih," kata Elisa sambil duduk di kursinya dan membuka bungkus keripik kekinian itu. "Mau?"
"Gue minta keripiknya aja. Nanti kambuh maag gue kalau gue cocol pake sambel," sahut Aria kembali fokus kepada pekerjaannya.
"Bungkusnya gede, ada ceritanya, tisu basah, sambel dan keripik. Boleh juga idenya," komentar Elisa menilai apa yang menjadi nilai jual keripik itu.
"Emang dibaca ya ceritanya itu?"
"Gue sih no. Gue baca sekali lewat dia bilang rasa ini terinspirasi dari makanan lokal di Indo gitu," Elisa menceritakan singkat isi kertas yang ada sekilas. "Mungkin dibaca. Kreatif sih mereka bikin beginian. Boleh'lah. Pantas agak mahal."
"Wah, ada snack. Bagi dong, Lis!" nimbrung Adrian langsung menghampiri Elisa.
"Edeh, odong! Gue buka juga belum! Nyicip aja belum! Lo udah minta aja," gerutu Elisa main-main membuat Adrian tertawa.
"Jomlo, kok kusut amat mukanya?" tanya Adrian menyadari adanya perubahan aura dalam diri Aria.
Aria mengerjapkan matanya lalu menatap Adrian bingung. "Emang gue kusut banget mukanya?"
"Muka lo emang selalu kusut, Ar. Kusut gara-gara jomlo 26 tahun," timpal Jason membuat Aria menoleh ke arah Jason.
"Kampret lo! Mentang-mentang udah nyetak gol, lo ikut-ikutan mereka. Laknat lo jadi temen," kesal Aria main-main. Dulu saat Jason masih bujang, mereka adalah dua jomlo yang terbully di divisi Theo. Tapi sekarang, Jason menjadi bagian dari pembully jomlo di divisi Theo. Anak buah Theo asik cek-cok sana-sini sampai Aria dipanggil oleh Theo a.k.a bossnya.
"Aria, ikut gue meeting. Gue tunggu di lobby paling lambat 5 menit keterlambatan."
"Meeting sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesawat Kertas
ChickLitAria seorang konsultan yang merangkap menjadi penulis online sudah berkali-kali ditanya kapan mengkahir masa lajangnya. Jangankan mengakhiri masa lajang, pacar saja tidak punya. Hatinya masih mengharapkan cinta SMA-nya walaupun ia tahu sebenarnya it...