Bab 18

14.2K 1.3K 31
                                    

Hubungan PaGi sama Aria itu agak mencurigakan. Kayak kakak-adek atau lebih?
(Murid Gi sekaligus teman Aria yang jadi lambe turah)

>><<

Gi memberhentikan mobilnya di drop off lobby apartemen Aria. Aria dengan cepat melepas sabuk pengamannya dan mengambil bungkusan berisikan obat dari Gi.

"Makasih, Pak sudah mau ngantar sama beliin obat." Aria mengangkat bungkusan obat itu sambil menggoyangkannya.

"Sama-sama. Langsung minum obat terus tidur," dikte Gi persis bapak kepada anak. Aria mengangguk lalu turun dari mobil Gi. Sebelum menutup pintu mobil Gi, Aria tersenyum lalu berkata, "Hati-hati pulangnya."

Belum sempat Gi membalas, Aria sudah menutup pintunya dan berlalu memasuki kawasan gedung apartemen. Gi hanya bisa menghela nafas lalu memperhatikan Aria sekilas barulah ia kembali menjalankan mobilnya melaju ke Tangerang. Sebenarnya Gi bukan tipikal yang suka bolak-balik Jakarta-Tangerang tapi demi keselamatan Aria, Gi melakukannya dengan rela hati.

Beruntung anak didiknya yang seangkatan dengan Aria banyak memencar ke Jawa tepatnya Surabaya. Jadi ia tidak perlu menghadapi pertanyaan anak didiknya yang sudah sekelas wartawan gosip. Kadang Gi merasa terlalu berlebihan tapi faktanya memang demikian.

Cuman Aria yang suka malakin pulsanya dulu, yang lain tidak berani entah mengapa. Mereka lebih memilih meminjam ponsel Pak Galih yang agak killer itu ketimbang meminjam ponsel Gi si guru ramah. Cuman Aria yang menertawakan Gi ketika servis vollynya berhasil memecahkan pot. Cuman Aria yang berhasil tahu kalau Gi dimarahi kepala sekolah karena makan di luar jam istirahat. Cuman Aria yang meledeknya ketika tahu ia kesiangan datang. Cuman Aria yang dia SMS ketika tahu Aria tidak masuk selama classmeeting. Cuman Aria dan hanya Aria yang sepertinya mendapatkan perhatian khusus dari Gi.

Kalau ditarik mundur, Gi dari awal sudah perhatian kepada Aria. Entah dia menganggap Aria sebagai apa dulu. Tapi yang jelas dan memang terbukti, Gi memang memperlakukan Aria sedikit berbeda.

>><<

"Aria ke mana?" tanya Gi langsung bertanya saat mengetahui bangku Aria kosong.

"Sakit, Pak. Suratnya ada di meja guru," sahut Adisa yang memang sekelas dengan Aria saat kelas 7 semester satu.

Gi mengangguk paham. Dia mengeluarkan buku berisikan materi serta buku cetaknya dan membuka materi yang akan ia bahas hari ini. "Tolong papan tulisnya dihapus."

Hendry langsung maju dan menghapus papan tulis. Sedangkan Gi mulai mengisi absensi kehadiran siswa di buku absensi khusus pelajaran matermatika. Baru hari ini Aria abse. Biasanya Aria selalu masuk walau dirinya tengah sakit, itu yang Gi ketahui dari Ibu Ratna. Tipikal siswa yang tak kenal kata 'tidak masuk'.

"Sakit apa sih Aria?" tanya Gi kepada Felix yang kebetulan duduk di depan meja guru. "Gak tahu."

Gi mengangguk dan harus merasa puas ketika dia tidak tahu kenapa murid bawelnya tidak masuk.

>><<

Sudah dua kali pertemuan Aria tidak masuk. Dipertemuan kedua, surat izin sakit Aria bukan lagi tulisan tangan Lia melainkan dokter. Gi yang membaca surat sakit Aria cuman bisa menahan bingung. Sakit apa, Aria? Ingin SMS tapi rasanya tidak pantas lagi.

"Sakit apa si Aria ini?" tanya Gi akhirnya kepada seluruh kelas.

"Katanya sih maag, tapi gak tahu juga. Mamanya ada bilang asam lambung segala macam," kata Adisa memberi informasi.

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang