Bab 24

15.6K 1.5K 37
                                    

Mencoba itu gak ada yang salah'kan?
-Aria yang kembali menjadi abege-

>><<

Aria belum menghubungi Gi atau tepatnya belum mau berhubungan Gi pasca kedatangannya ke rumah Gi yang mulanya untuk menuntaskan hasrat kekesalannya tapi malah berujung pengakuan Gi bahkan lelaki itu sempat menggodanya.

Kalau sebelumnya Aria bergalau riah, sekarang Aria tidak bergalau riah karena dia dikejar deadline! Theo dengan kemaha agungannya memerintahkan semua pekerjaan rampung sebelum hari H. Divisi Theo langsung kebirit-birit mengerjakan, Elisa harus bolak-balik Jakarta-Malaysia, Adrian lembur setiap hari, Jason terpaksa menyelesaikan pekerjaannya di Singapura di tengah kesibukannya mengikuti kelas keuangan yang Theo rekomendasikan, sedangkan Aria terpaksa bolak-balik Jakarta-Tangerang untuk bertemu dengan klien. Mana sempat Aria memikirkan Gi dan segala tingkahnya yang di luar nalar Aria.

Kali ini Aria sangat berterima kasih kepada Theo yang membuatnya harus menghadapi deadline sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan Gi. Baru kali ini perintah Theo membuatnya sujud syukur, biasanya Aria juga menggerutu.

"Capek," guman Aria sambil menaruh kepalanya di meja makan salah satu rumah makan kecil daerah perukoan yang lokasinya strategis. Usai bertemu dengan kliennya, Aria memutuskan untuk mengisi tenaganya dengan menyantap makan malam.
Sesujud syukur apapun Aria, Aria tetap mengeluh atas kekejamannya Theo memberi kerjaan. Aria sampai tidak ada waktu untuk istirahat yang baik maupun olahraga. Aria terlihat kuyu dan lelah.

"Gabung sini ya?" tanya seseorang dengan suara yang sangat familiar di telinga Aria. Siapa lagi kalau bukan Gi?

Tanpa melihat Gi, Aria mengiyakan dengan isyarat tangan. Gi mengambil posisi duduk di hadapan Aria dan memanggil seorang pelayan setelah menentukan makanan yang mau dia santap.

"Kamu sudah pesan?"

"Sudah."

Gi menyudahi sesi pesan-memasan dan mulai mengganggu Aria yang tengah menenggalamkan kepalanya di tangannya. "Ia, bangun. Ini bukan rumah, tahu malu sedikit."

Mulanya Aria tidak terusik sampai dengan laknatnya Gi menyipratkan air kobokan yang pelayan antar ke kepala Aria.

"PaGi!" jerit Aria kesal. Aria menatap Gi dengan garang tapi Gi tidak peduli. Gi malah tersenyum lebar namun tak lama ia meluruskan kembali bibirnya saat melihat wajah kuyu dan lelah Aria.

"Kenapa penampilanmu kayak gitu?" tanya Gi.

"Lah? Aku kan kerja kantoran bukan model," sewot Aria. Gi menggeleng tanda bukan itu yang dia maksud.

"Kenapa kamu terlihat kuyu dan lelah begitu?" Gi mengulang pertanyaannya dengan lebih spesifik.

Aria beroh riah setelah mengerti pertanyaanya yang Gi maksud. Dia menjawab dengan jujur kalau dia tengah mengalami hectic yang kebangetan. Deadline di mana-mana dan tugas bertambah setiap satu tugas selesai.

Gi cuman melengo lalu menggeleng. "Kerjanya harus begini banget?" tangan Gi bergerak untuk menyentuh wajah Aria namun langsung Aria tepis.

"Sorry," kata Gi menarik kembali tangannya.

"Aku tahu kita dekat yang gak jelas hubungannya. Tapi tolong batasi skinship selagi kita cuman sebatas guru-murid," tegur Aria keras.

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang