Suara mesin motor Bono yang berat terdengar dari ujung jalan, ia berhenti tepat di depan gerbang rumah Agatha. ia turun dari motor dan berlari ke arah Agatha, wajahnya kelihatan cemas.
"Lo kenapa?" Bono melirik pakaian Agatha yang berlumuran darah.
"Gue gak apa-apa." Jawab Agatha.
"Enggak apa-apa gimana, baju lo berlumuran darah tuh. Ada pencuri masuk?" Bono celingukan ke dalam rumah.
"Lo kok tahu rumah gue sih?"
Bono melirik Agatha seakan tak percaya, "badan lo berdarah-darah masih sempetnya lo tanya hal-hal yang gak penting."
"Ini buat gue penting." Tukas Agatha.
"Gue minta alamat lo ke Andini, udah, kan? Sekarang udah boleh kita ke rumah sakit, luka lo butuh pertolongan." Bono semakin panik.
Melihat Bono yang begitu khawatir, Agatha malas senang. "Kita ke dalem dulu, cek keadaan orantua gue."
Mereka berdua masuk ke dalam rumah, di dalam rumah mereka menemukan Bi Nur dalam keadaan terikat di kamarnya. Bi Nur tergagap-gagap menceritakan bahwa Ibunyalah yang mengikatnya di dalam kamar, ia sampai terkencing-kencing karena takut. Di lantai atas Ibunya tengah menangis di pelukan Ayahnya, ia sama sekali tidak tahu apa yang sudah ia lakukan. Ayahnya mencoba menenangkannya.
"Yang penting sekarang semua sudah baik-baik saja." Kata Ayahnya.
Sebagai orang yang selama ini menerima ancaman akan dibunuh oleh istrinya jika sampai Agatha tahu bahwa dirinyalah yang membunuh Bruno, dan harus menurut ketika istrinya meminta dirinya menyayat tangannya sendiri, Ayah Agatha begitu bijaksana.
Nyatanya hari itu pun Ayahnya bukan mengunci diri tapi sengaja disekap oleh Ibunya yang diam-diam dirasuki arwah Radian.
Bono mengantarkan Agatha ke klinik yang sama tempat Ayah Agatha mendapat pertolongan.
"Kemarin Ayah kamu yang terluka, sekarang kamu. Kayaknya kamu keluarga pelaku debus, ya?" ledek dokter yang menanganinya.
Agatha hanya menyikapinya dengan tawa getir.
***
"Jadi lo berhasil membakar foto yang ternyata menjembatani si arwah sama dunia ini?" tanya Bono setelah luka Agatha dijahit.
"Ya, dan sekarang mungkin dia udah balik ke neraka." Agatha menjawab, ia melirik Bono sambil tersenyum.
"Lo ternyata tangguh juga, salut gue." Bono menatap langsung ke mata Agatha.
"Jangan pernah meremehkan gue, arwah penasaran aja gue libas. Apa lagi cuma elo." Agatha tersenyum arogan.
Bono terkekeh, "kalo udah gitu gue juga gak berani macem-macemlah, bisa-bisa gue dikirim kea lam barzah lagi."
Mendadak tawa Bono hilang, wajahnya kembali tenang. "Gue seneng lo baik-baik aja."
Tatapan Bono membuat Agatha tersipu, ia sengaja membuang muka sebelum Bono tahu bahwa matanya dapat melemahkan persedian Agatha.
"Apa yang bikin lo dateng ke rumah gue malem-malem gini?"
Bono tertawa kecil, matanya menerawang ke depan. "Anggep aja intuisi gue kuat kalo udah urusan keselamatan elo."
Agatha bergumam pendek, matanya ikut menerawang ke depan.
"Biasanya kalo intuisi seseorang kuat terhadap orang lain, udah ada ikatan kuat yang terjalin antara mereka." Bono berkata, matanya masih menatap lurus ke depan.
Agatha menoleh ke Bono, "maksud lo?"
Bono tidak menjawab, ia tidak berhenti tersenyum.
"Atas nama Agatha." panggil seorang perempuan di konter obat.
Agatha menatap Bonosejenak lalu beranjak ke konter untuk mengambil obat yang sudah diresepkandokter untuknya.
-end-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Haunted Diary
TerrorSelamat datang di Haunted Diary, dan selamat membaca. Sinopsis: Agatha tidak pernah menyangka bahwa sebuah buku diary yang ia temukan membawanya dan keluarganya ke sebuah kejadian yang mengerikan, dan juga mengancam jiwanya juga orang-orang yang ia...