#0. Prologue

21.2K 1.5K 180
                                    

🌹 KookV 🌹

.

.

.

A/N :
Cerita ini hanyalah fiktif & merupakan hasil dari imajinasi fangirl dg bumbu unsur dramatis di sana sini.

. . .

CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek2 baper(?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual2 dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Tanpa Jungkook tahu mengapa, sosok asing itu tampak familier baginya. Senyuman itu, Jungkook merasa pernah melihatnya. Pemuda itu keluar tiba-tiba dari gerbang tetangganya—beberapa saat sebelum dia sampai di depan rumahnya sendiri—dan hampir menabrak dirinya yang kala itu sibuk bersenandung dengan earphone di kedua telinga.

Sekejap sesudah keterkejutan, detik itu juga Jungkook dibuat mematung dan hanya bisa melongo. Dia tak yakin, apakah karena sekarang sudah mulai musim panas? Barangkali karena memang hari ini dia kurang tidur, atau bisa jadi gara-gara kelelahan berpatroli. Dentum musik di earphone masih terdengar. Suara penyanyi melontarkan bait-bait rap dan menyita pendengaran Jungkook meski otomatis tak disimak, sedang laki-laki berambut silver di hadapannya menyita perhatian.

Sosok itu begitu sulit untuk diabaikan barang sekedip mata. Sorot matanya menyihir Jungkook. Bulu matanya—Jungkook bisa melihat cahaya matahari menerobos bulu mata nan lentik itu dan membuat iris karamel dibaliknya seakan berpendar layaknya sebuah permata. Lalu hidungnya yang mancung, pipi porselen, bibir ranum seperti potongan persik. Tetapi yang paling penting, senyum itu demikian elok, membuat Jungkook bertanya-tanya dan dipenuhi rasa penasaran. Bagaimana bisa semua keindahan ini menyatu menjadi satu? Mendadak Jungkook tak bisa berpikir. Dia membisu dan terpaku. Kepalanya kosong barang sekian mili sekon.

Musik serta vokal di telinga Jungkook terdengar mengalun dan membisukan dunia.

I saw an angel. Saat pertama melihatmu, kau bersinar layaknya malaikat dari langit.

Lirik lagu NCT127 itu pun menggantikan segala suara-suara di sekelilingnya.

Alhasil, saat beberapa patah kata terucap dengan terburu-buru dari bibir pemuda itu, Jungkook praktis tak mendengar. Bahkan, sewaktu pemuda itu berlari menjauh darinya sembari melambai singkat, dia masih tidak bergerak sedikit pun. Dirinya memikirkan tentang perasaan aneh apa yang tengah mengusik hatinya saat itu. Kegelisahan merasuki. Siapa laki-laki rupawan itu, yang membuat Jeon Jungkook diam membatu seperti idiot di depan gerbang tetangganya dan di siang hari terik?

Meskipun belum yakin siapa dia, Jungkook tahu, ada sesuatu antara dirinya dan laki-laki itu.

Tak lama kemudian seseorang menepuk-nepuk lengan Jungkook dari samping. Namun, dia masih linglung sehingga tak langsung menyadarinya, selama satu dua detik nan singkat cuma bungkam sambil berkedip. Begitu tersadar dan menoleh, seorang wanita paruh baya sudah berdiri di tepat sebelah Jungkook. “Sedang apa? Kenapa melamun di pinggir jalan?” wanita itu berkata, yang tentu tak terdengar akibat kerasnya musik di telinga Jungkook.

Segera saja Jungkook melepaskan earphone di telinganya, karena yang tengah berdiri bersamanya tersebut adalah ibunya. “Eomma, kenapa di sini?” dia bertanya.

Eomma baru saja dari rumah keluarga Kim—memberikan beberapa apel kiriman dari kakekmu,” kata sang ibu. “Kenapa baru pulang?”

“Eoh? Iya—tadi masih ada yang perlu kukerjakan,” Jungkook menjawab sambil mengikuti sang ibu yang berjalan pulang.

“Oh iya, kau sudah bertemu dengannya?”

Jungkook menautkan kedua alisnya dan memandang ibunya bingung. “Bertemu siapa?”

Sedetik Jungkook berpikir dan, sebelum sempat mendapat jawaban, mendadak sesuatu terlintas di ingatannya. Tahu-tahu dia malah sudah menjawab pertanyaannya sendiri. “Aah ... yang tadi keluar?” ujarnya. “Iya, Eomma. Dia itu siapa?” Jungkook mengambil kesempatan ini untuk bertanya, karena sepertinya sang ibu memang tahu sesuatu.

Namun tidak tahu jelas apa alasannya, sang ibu justru memandang Jungkook heran. Setelah itu berkata, “Kau tidak mengenalinya?”

“Hah?” Semakin bingung saja Jungkook dibuatnya. dia tidak menangkap maksud sang ibu, hanya sampai jawaban yang selanjutnya dia dengar membuat dirinya tergugu.

“Dia Taehyung.”

“Taehyung?” Jungkook mengulang lamat-lamat

“Iya—Kim Taehyung. Dia baru pulang dari Jepang,” kata ibunya lagi. “Kau tidak mungkin sudah lupa, kan?”

Jungkook termangu dan tak lagi menjawab. Selagi membisu, pikirannya berkelana memikirkan sosok Kim Taehyung dalam kepalanya—yang selama ini diketahuinya. Sudah pasti dia masih ingat. Mana mungkin dia melupakan tetangga sekaligus sahabatnya sejak kecil yang satu itu. Bahkan jendela kamar mereka berseberangan dengan jarak yang bisa dibilang cukup dekat dan, dulu, tiap malam mereka selalu bertukar lelucon dari masing-masing balkon—yang kemudian malah berakhir dengan mengejek satu sama lain sebelum pergi tidur.

Jungkook memang tidak mengenali Taehyung beberapa saat lalu. Tapi, tidak mungkin dia bisa melupakannya. Dia tidak akan pernah bisa lupa. Kim Taehyung, cinta pertamanya lima tahun lalu.

.

.

.

_Prologue End_

Wild Flower | BTS KookV [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang