🌹TWELVE🌹

1.6K 140 24
                                    


Jaebum baru saja tiba di ruangan Jinyoung, adiknya. Ia baru saja pulang sekolah, sebenarnya hari ini ia mengikuti pelajaran tambahan, namun ia merasa kasihan kepada ibunya karena selalu menjaga adiknya yang masih tertidur dengan pulas.

Jaebum menggenggam tangan Jinyoung yang terbebas dari infus.

"Ireona Jinyoung-ah..hyung merindukanmu.." Jaebum mengusap pelan tangan Jinyoung yang mulai mengurus.

Meskipun Jaebum tahu ucapannya tidak akan di jawab oleh Jinyoung tapi ia tetap berusaha mengajak Jinyoung berbicara.

"Kau tahu ? Semalam hyung mendengar eomma kembali menangis. Cepatlah bangun.."

Berbeda dengan Jaebum. Kini Soonyoung dan Heechul berada di perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk Wonwoo. Sejak Wonwoo dinyatakan kritis Hankyung sama sekali tidak meninggalkan rumah sakit, bahkan ia rela tidak pergi ke kantor. Sungguh Hankyung merasa khawatir dengan keadaan anak bungsunya.

Hankyung baru saja selesai mengganti pakaian setelah sebelumnya ia menyuruh supir pribadinya untuk membawakan pakaian ganti. Ia duduk di samping Wonwoo, ini bukan pertama kalinya ia melihat Wonwoo terbaring lemah di ranjang pesakitan itu, tapi tetap saja membuat ia takut dan khawatir.

"Kau harus kuat Wonwoo-ya, untuk appa, eomma dan saudaramu, Soonyoung.." Hankyung merapikan beberapa anak rambut yang menghalangi kening anaknya. Sejak semalam Hankyung terus mengajak Wonwoo berbicara meski ia tahu tidak akan di balas oleh anak bungsunya itu.

Tak lama kemudian Soonyoung dan Heechul tiba di rumah sakit. Soonyoung menolak untuk pergi ke sekolah, karena ia ingin melihat keadaan saudaranya. Soonyoung langsung berjalan mendekati ranjang pesakitan yang di tempati oleh adiknya, ia tidak dapat menahan air matanya.

"Wonwoo-ya..." Soonyoung semakin terisak ketika melihat keadaan saudaranya, tubuh Wonwoo terlihat seperti robot, banyak sekali alat kedokteran yang Soonyoung tidak mengerti apa fungsinya.

Sedangkan Heechul ia mengusap pelan bahu Soonyoung, ia mencoba untuk tegar di hadapan anak sulungnya, meskipun di lubuk hati yang paling dalam ia merasakan sakit ketika melihat keadaan anak bungsunya kembali terbaring lemah dengan begitu banyaknya alat kedokteran untuk menopang hidupnya.

"Uljima Soonyoung-ah.." Heechul memeluk Soonyoung dari samping. "Berhentilah menangis, Wonwoo tidak akan suka melihatmu seperti ini, apa kau ingin melihat Wonwoo bersedih ?" Kali ini bukan Heechul yang mengucapkan kalimat tersebut, melainkan Hankyung. Ia dengan segera berjalan ke arah Soonyoung ketika melihat anak sulungnya terisak.

"Tapi...appa...hiks.." Soonyoung memeluk ayahnya begitu erat. "Aku takut appa.." Hankyung hanya bisa mengusap pelan punggung anak bungsunya.

"Tidak ada yang perlu kau takutkan, sekarang kita harus memberikan semangat dan doa untuk Wonwoo, agar ia bisa segera bangun dan sembuh.." Hankyung tersenyum lembut ke arah Soonyoung. "Kau tidak mau kan melihat saudaramu sedih ?" Soonyoung menggeleng.

Berbeda dengan Soonyoung, kini Jaebum tengah merasa cemas karena menunggu keadaan adiknya yang kembali menurun. Ibunya terus saja menangis ketika ia menemukan sebuah surat yang menyatakan bahwa adiknya itu akan mendonorkan salah satu organ tubuhnya jika ia telah tiada.

"Jaebum-ah, adikmu sangatlah baik..hiks..tapi eomma tidak akan sanggup..hiks.." Jaebum memeluk ibunya yang menangis terisak. Jaebum tidak dapat mengucapkan apa-apa, yang ia harapkan hanyalah keselamatan adiknya.

"Kau sudah merencanakan ini kan Jinyoung-ah ?" Batin Jaebum, ia melihat lurus ke arah ruangan dimana adiknya terbaring lemah.

"Eomma aku harus pergi ke suatu tempat, apa tidak apa aku tinggal sendiri disini ?" Ucap Jaebum kepada ibunya.

"Pergilah, Tapi kau tidak boleh terlalu lama.." Jaebum mengangguk, ia mencium pelan puncak kepala ibunya, setelah itu ia berjalan ke arah taman rumah sakit.

Namun saat ia melewati salah satu ruangan, ia dapat melihat seseorang yang ia kenal. "Soonyoung-ah ?" Jaebum berjalan ke arah Soonyoung yang tengah menangis di dalam pelukan ayahnya. "Soonyoung-ah.." Panggil Jaebum. Merasa namanya dipanggil Soonyoung mengangkat kepalanya dan melihat Jaebum dengan mata yang sembab dan memerah. "Apa yang terjadi ?"

Soonyoung tidak menjawab, ia semakin menangis terisak. Hankyung yang berada di samping Soonyoung menjawab pertanyaan Jaebum. "Wonwoo kembali drop.." Jaebum terkejut mendengarnya.

Jaebum menatap Soonyoung prihatin, ini pertama kalinya ia melihat sahabat yang bawel dan ceria menangis seperti ini. "Lalu bagaimana keadaan Wonwoo ?"

Soonyoung menggeleng. "Tidak tahu..hiks..dokter belum keluar dari dalam ruangan.." Soonyoung masih terisak.

Tak lama kemudian dokter yang memeriksa Wonwoo keluar dari ruang ICU tempat dimana Wonwoo di rawat. Heechul langsung menanyakan keadaan anak bungsunya.

"Wonwoo tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dia harus segera mendapatkan donor jantung untuk keselamatannya.." Jelas Jungsoo menatap wajah sahabatnya sedih.

Heechul dan Soonyoung tidak dapat membendung air matanya ketika penjelasan Jungsoo. Hankyung ? Ia pun sama seperti istri dan anak sulungnya, kali ini ia tidak bisa tidak menangis. Hankyung merasa gagal menjadi seorang ayah untuk kedua anaknya dan juga istrinya.

"Maafkan appa Wonwoo-ya..." Batin Hankyung. Ia mengusap kasar air mata yang turun dari kedua matanya.

Jaebum merasa kasihan kepada keluarga Jeon, terlebih Soonyoung adalah sahabatnya. Jaebum melangkahkan kakinya ke arah Soonyoung lalu memeluknya, Soonyoung menangis di bahu Jaebum.

"Jaebum-ah..hiks..apa yang harus kulakukan..Wonwoo..hiks..dia..." Soonyoung terus menangis, bahkan Jaebum dapat merasakan bahwa pundak bajunya basah oleh air mata sahabatnya. Jaebum tidak dapat menjawab pertanyaan Soonyoung, ia hanya dapat mengusap pelan punggung sahabatnya.

Sedangkan Heechul, ia langsung masuk kedalam ruang rawat Wonwoo. Meski sejak awal Jungsoo melarangnya namun Heechul memaksa.

Heechul berjalan pelan ke arah ranjang pesakitan yang dihuni oleh anak bungsunya, ia bahkan tidak dapat membayangkan bagaimana anaknya merasa nyaman dengan segala macam alat kedokteran yang hampir menempel di seluruh tubuh anaknya. Heechul terus memperhatikan anak bungsunya dan tanpa ia sadari air mata kembali mengalir dari kedua matanya.

"Wonwoo-ya...eomma disini, kau dapat mendengar eomma kan ?" Ucap Heechul lirih, ia sekuat tenaga menahan isakan yang keluar dari bibirnya. "Kau harus dapat membuktikan bahwa kau bisa sembuh, tunjukan pada eomma, appa dan Soonyoung bahwa kau akan sembuh.." Heechul tidak dapat menahan isakannya, ia akhirnya menangis dihadapan anak bungsunya.

°°°°°°°°°

Jaebum dan Soonyoung kini berada di taman rumah sakit, setelah cukup lama membujuk Soonyounv akhirnya Jaebum berhasil untuk mengajak sahabatnya menenangkan diri. Soonyoung menatap hamparan bunga di hadapannya dengan pandangan kosong, pikirannya entah berkelana kemana, ia terlalu terkejut mendengar perkataan Jungsoo.

"Soonyoung-ah..." Panggil Jaebum, namun Jaebum merasa percuma karena ucapannya tidak akan pernah di respon oleh Soonyoung, ini pertama kalinya Jaebum melihat Soonyoung seperti ini. "Berhentilah seperti ini, lebih baik kau mendoakan dan menyemangati Wonwoo agar ia dapat sembuh.."

"Apa kau tidak mendengar apa yang dikatakan Jungsoo euisa ?" Jaebum dapat mendengar nada dingin dari ucapan sahabatnya.

Jaebum mengusap pelan belakang kepalanya yang tidak gatal. "Aku mengerti, tapi kau tidak boleh seperti ini, Wonwoo akan sedih jika ia melihatmu terpuruk seperti ini, Kali ini sama seperti dirimu Soonyoung-ah, kita berdua sama-sama sedang dihadapkan dengan keadaan yang sama persis.."

-
-
-
-
-
-
-
-
TBC

Masih adakah yang nunggu ff ini ? Maaf kalo ff ini lama di publishnya, soalnya lagi ga ada inspirasi buat kelanjutan😭 dan aku malah ngeluarin cerita baru, tolong dibaca "HOPE" makasih😘

Until The End ;; SoonWoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang