"Jis? Aku mau ngomong bentar." Ujar Ong, sambil turun dari motornya.
"Yaudah, ngomong aja." Jawab gue menghampiri Ong.
"Kita ngomong di tempat lain." Katanya, sambil ngelirik ke arah Sowon dan Kei.
Gue menoleh, dan memberi kode agar Sowon dan Kei masuk ke rumah.
"Ngomong disini aja." Kata gue.
"Gak bisa Jis, ini penting."
"Kalo gak mau ngomong ya udah." Balas gue, lalu berbalik berniat meninggalkan Ong.
"Sekali ini aku mau ngomong sama kamu, setelah itu aku gak bakalan ganggu kamu lagi." Katanya.
"Beneran?"
Ong mengangguk.
Akhirnya gue nerima helm dari Ong dan naik ke atas motornya.
Ong melajukan motornya dengan tenang, sampai akhirnya sampai jalan raya motornya melaju sangat kencang.
"ONG, PELAN-PELAN DONG." Seru gue, tapi tidak dihiraukannya.
"WOY, BUDEK LO YA!!!" Gue makin emosi, disuruh pelan, malah makin ngebut.
Ong terus ngebut, sampe waktu itu kami hampir nabrak tukang becak.
"BERHENTI!"
"BERHENTI ONG, GUA MAU TURUN."
Sampe mulut gue berbisa juga si Ong gak mau ngedengerin gue, akhirnya gue pasrah.
Waktu itu gue niat pokoknya kalo udah turun nanti gue bakal ngamuk.
Ong baru nurunin gue setelah kami sampe pantai yang lokasinya agak jauh dari kost gue.
"Lo apa-apaan sih bawa motor kaya orang gila!!!" Seru gue sambil turun dari motor.
"Gue emang gila!" Balas Ong, sambil turun dari motornya juga. "Gue gila gara-gara lo."
"Apaan sih?"
"Gue tau lo ada something sama si Sungjae Sungjae itu kan?"
"Jangan sok tau!"
"Terus, kenapa kita harus putus?"
"Dari awal gue cuma nganggep lo temen, gue ngerasa gak nyaman aja sama hubungan kita."
"Gampang ya lo bilang begitu."
"Kenapa harus dibikin sulit?"
"Emang lo gak sayang lagi sama gue?"
Gue menjawab pertanyaan Ong dengan menggelengkan kepala.
"Sedikitpun?"
Lagi, gue menggelengkan kepala dengan mantap. Emang gue udah gak sayang.
"Lo main-main sama gue?"
Gue nggak jawab pertanyaan Ong, karena gue emang gak main-main. Gue emang sempet sayang sama dia, tapi sekarang tiba-tiba rasa sayang itu hilang gitu aja.
"Jawab Jis!"
"..."
"Jawab!!!"
"..."
"Lo cuma main-main?"
Dengan terpaksa gue jawab, "Iya, gue main-main! Pu--?"
Belum selesai gue melanjutkan kalimat, sebuah tamparan mendarat di pipi kiri gue.
Gue cuma bisa diem, Ong juga diem.
"Jis, jis aku gak sengaja."
Gue langsung pergi dari tempat kejadian.
"Jis, maafin aku Jis." Ujar Ong sambil terus memegang tangan gue. "Aku gak sadar."
Gue gak sudi dipegang, makanya gue langsung melepaskan tangan gue dari tangan Ong.
Sementara Ong terus meminta maaf, gue berusaha menghubungi Sungjae, tapi telepon gue gak diangkat.
Pas gue mau nelepon yang kedua kali, kebetulan banget ada telepon masuk dari Kak Jackson.
"Halo."
"Kak, tolong jemput gue."
"Hah?"
"Jemput gue tolong.." Ujar gue, air mata gue mulai turun.
"Lah? Lo nangis? Lo ada dimana?" Seru Kak Jackson panik.
"Gue send location, Kak."
Setelah itu gue putus sambungan telepon Kak Jackson, lalu gue kirim lokasi gue.
"Jis, aku anterin." Seru Ong.
Waktu itu gue udah gak peduli, gue gak mau ngomong sama Ong lagi. Dasar cowok brengsek!
🐉🐉🐉