Sekarang hari terakhir classmeet , biasanya hanya ada final dari setiap lomba dan penutup nya dengan penampilan dari eskul band sekolah. Aku sebenarnya malas sekali ke sekolah, dan ingin di rumah saja nonton tv, duduk di teras menikmati matahari yang semakin lama semakin tinggi dan terang, ya pokonya ingin santai.
Apalagi kalau ingat yang kemarin, aku sampe mikir 'Dara itu siapa sih? gatau asal sekolahnya dimana kok ada disekolahku?', apa kalian gak bingung? bingung pasti kan? Apalagi aku yang liat langsung.
***
Saat menuruni anak tangga, aku menoleh sedikit ke ruang tamu dan Ganendra sudah disana, duduk melihat gerimis kecil yang dari subuh tadi sudah mulai turun. Aku ke dapur untuk membuatkannya teh hangat, lalu ku bawa ke depan dan duduk di sampingnya, dia hanya tersenyum.
"Apa?" Ku tanya
"Jadi berasa suamimu," katanya senyum
Sial! Masih pagi kok bisa bisanya membuat jantungku berdetak tidak normal?
"Apasih, pagi pagi gini, ngigau?" Ku tanya, berusaha terlihat biasa saja
"sekarang ngigau dulu, kalau aku sudah sukses nanti aku wujud-in" katanya senyum,
"ganendraaa" aku menggigir bibir bawahku menaham senyum, ganendra malah cengengesan.
ya tuhan, ini bisa tidak sih aku tidak usah punya jantung? biar tidak perlu takut kedengeran Ganendra kalau jantungku sebenarnya selalu deg deg an kalau dia melakukan apapun itu.
"Minum teh nya," aku mengalihkan pembicaraan
Ganendra meminum teh itu, dia menyeruput nya perlahan, karena menurutnya teh dan kopi lebih nikmat di minum dengan cara seperti itu, aku sih iya saja yang penting dia gak kedinginan.
Aku lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lewat, namun gerimis tak kunjung reda malah sekarang semakin deras dan menjadi hujan.
"Telat deh," kataku
"Kok gitu? Kan hujan kasih kita waktu biar bisa berdua lebih lama," katanya
"he he he" aku nyengir tidak jelas mendengar perkataannya
"Makasih dulu sama hujan,"
"Makasih,hujan!" Kataku senyum, ganendra juga
"Tapi aku takut, biasanya kalau di novel novel hujan selalu jadi penyebab ada dan hancurnya sebuah kisah," kataku
"tidak kok, menurutku hujan hanya akan membuat genangan wulan, bukan kenangan" katanya
"kisah aku sama kamu bukan karena hujan, itu karena takdir Tuhan, dan kebetulan si hujan menjadi figuran" kata Ganendra lagi sambil menyisipkan rambutku ke belakang telingaku
Aku senyum,
"kita ya kita, bukan novel" katanya lagi sambil menatap mataku lembut
"Iyaa,Ga-" ku jawab, dia senyum
Lalu tiba tiba aku teringat dengan Dara, momentnya memang sangat tidak tepat tapi aku benar benar ingin tau siapa sebenarnya Dara. Bagaimana ya? Aku siap sakit hati tidak ya?
"Ga,"
"Iyaa?"
"Ada yang kamu ingin ceritakan tapi belum sempat kamu ceritakan tidak?" aku berhati hati dalam tiap kata
"hmmm?" ganendra berpikir sejenak "tidak,wulan"
"ohh? gitu yaa? syukurlah," aku pura pura lega
"Dara," katanya tiba tiba, mataku membelalak kaget
"Maksudnya?"
"Kamu mau tau siapa itu Dara?" Katanya senyum
KAMU SEDANG MEMBACA
Ganendra
Teen Fictionawalnya kupikir pertemuan itu hanyalah sebuah kebetulan, ketidaksengajaan yang tidak akan berlanjut, namun ternyata kisah yang diberikan Tuhan tidak dapat di tebak. bermula pada pertemuan di halte dekat sekolah dan terus berlanjut menjadi sebuah kis...