libur kenaikan kelas sudah tiba, kelas 12 akan melaksanakan wisudanya hari ini dengan membuat sedikit pentas kecil untuk kenang-kenangan. Mereka juga mengundang adik kelas mereka, makanya sekarang aku sedang bersiap untuk datang dan menunggu Kak Aldo menjemputku.
Hari ini aku memakai dress merah maroon yang panjangnya diatas lutut dan menggulung rambutku keatas dengan menyisakannya dibeberapa sisi untuk kesan natural, aku memakai heels setinggi 5cm. Hari ini juga aku sedikit merias wajahku karena katanya pesta ini untuk kesan bagi kelas 12.
Wisudanya mulai jam 4 sore, dan pestanya dimulai jam 7 malam. Kak Aldo bilang akan menjemput setengah jam sebelum pesta dimulai. Jujur saja aku tidak terlalu suka datang ke acara seperti ini, apalagi malam malam, tapi entah mengapa aku ingin melihat sosok itu untuk terakhir kali.
"Lan, ada Aldo tuh di depan," kata Ibu
Ibu tiba-tiba masuk kamarku dan memergoki ku sedang menatap sendu di kaca kamar, Ibu menghampirku dan memegang bahuku kemudian tersenyum.
"Jangan akhiri sesuatu dengan kebencian, minta maaf dan ucapkan selamat atas kelulusannya. Jangan membuat sebuah penyesalan," kata Ibu
Ibu pasti mengerti kalau aku sangat gugup dan sedih, aku takut untuk melihat ke arah sosok sempurna itu lagi, tapi yang lebih aku takutkan adalah kenyataan bahwa ini mungkin terakhir kalinya aku melihat sosok itu.
"Iya ibu, wulan pamit ya.."
"Iya, hati hati, kalau sudah selesai langsung pulang,"
"Iyaa ibu,"Aku keluar rumah dan mendapati Aldo sedang bersandar di sebuah mobil berwarna putih, ia memakai jas hitam dan kemeja putih, ia juga menggunakan celana bahan warna hitam dan sepatu kulit berwarna hitam. Sangat cocok untuknya.
Dan mobil itu adalah mobil Aldo, dia bilang akan membawa mobil malam ini, katanya sih takut masuk angin bawa motor malam-malam.
Aku menghampirinya, ia menatapku terus menerus membuatku jadi sedikit malu dan gugup, "ayo kak?"
"e-eh? Maaf wulan,"
"Iya gapapa,"
"Kamu cantik malam ini,"
"Itu lagu?"
"Itu pujian,"
"E-eh? Kok kakak jadi pakai kamu juga?"
"Biar romantis hahaha, yuk ah,"***
Kami turun dari mobil, detak jantungku semakin tidak karuan daritadi aku sangat gugup. Semua orang merias wajahnya dan berpenampilan sangat cantik dan tampan.
"siap wulan?"
"Untuk apa?"
"Aku tau kamu mau melihat sosok itu yang mungkin untuk terakhir kamu melihatnya kan?"
"i..iya ka.." ku jawab lirih
"aku doakan, semoga itu bukan terakhir kalinya,"
"s..semoga,"Aku sangat kagum dengan Kak Aldo, dia selalu mendukungku padahal jelas aku dapat melihat senyuman yang terkadang ia paksakan. Aku bukan ingin menyakitinya, hanya saja hatiku belum lagi mampu terbuka untuk mengganti sosok yang ada didalamnya.
Sudah hampir setengah jam acara dimulai, Kak Aldo izin pamit sebentar untuk bicara sama temannya daripada aku melamun aku memberanikan diri untuk mencari-cari sosok itu, aku keluar ke taman sekolah yang ternyata cukup sepi, tidak ada siapapun disana.
"wulan.."
suara bariton yang sudah sangat tidak asing ditelingaku itu memanggilku dari belakang, aku memutar tubuh 180° dan melihat seorang pria berdiri sambil menatapku, dia tersenyum namun sorot matanya menunjukkan kesedihan.
Ganendra, dia ganendra, orang yang ingin aku lihat untuk kali terakhirnya. Dia sangat tampan malam ini, memakai kemeja putih polos yang lengannya di sisingkan hingga siku, memakai dasi hitam dan dilapisi rompi berwarna biru dongker serasi dengan celana yang ia kenakan. Sepatu kulitnya berwarna hitam mengkilap. Dan yang paling aku suka adalah, saat ini rambutnya yang selalu rapih ke kanan itu ia beri sedikit minyak rambut dan membuatnya sedikit klimis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ganendra
Fiksi Remajaawalnya kupikir pertemuan itu hanyalah sebuah kebetulan, ketidaksengajaan yang tidak akan berlanjut, namun ternyata kisah yang diberikan Tuhan tidak dapat di tebak. bermula pada pertemuan di halte dekat sekolah dan terus berlanjut menjadi sebuah kis...