#BAB VIII

878 54 5
                                    

"Mau jadi pacarku,wulan?"

Deg!

Tuhaaaan! Kali ini aku benar benar tidak dapat mengontrol diriku, hatiku, perasaanku, bahkan nafas dan detak jantungku. Mereka semua bekerja diluar kendali diriku, rasanya aku ingin menangis saja. Aku sangat bahagia saat ini.

Senjaaaa, terima kasih! Terima kasih atas nuansa romantis yang kamu berikan saat ini, jangan hilang dulu, aku mohon jangan hilang. Aku harus menetralkan semua yang bekerja diluar kendaliku.

Aku menarik nafasku, membuangnya perlahan lahan, mengerjapkan mataku beberapa kali, mengusap dadaku seperti orang yang baru saja di kagetkan. Ketika merasa semua sudah sedikit tenang,aku membuka suara. Ganendra masih sibuk menatapku sambil senyum.

"ka..kamu mi..minta ruang ha..hati?"

Ganendra mengangguk cepat,

"R..ruang hat..hatiku buat ka..kamu?"

"Iya wulan salsabilla," katanya lembut

"Ka.. kalau gitu, jawabannya ak.. aku ma--"

"KANG, MIE SAMA TEH NYA BELOM DI BAYAR, SAYA MAU TUTUP!"

aku dan ganendra sama sama menoleh ke sumber suara yang memotong omongan dengan berteriak cukup kencang itu. Dan itu penjaga warung mie tadi, aku mendengus kesal.

Sial! Hei tukang mie! Kamu tau apa yang baru saja kamu lakukan? Kamu merusak semua hal romantis yang baru saja diciptakan senja untukku dan ganendra!! Tanggung jawaaaab!

Ganendra terkekeh melihat penjaga warung dan menghampirinya untuk bayar, dan ya sudah, semua gagal. Matahari sudah benar benar hilang, jadi jangan harap aku jadian dengan ganendra saat ini.

Setelah itu ganendra mengajakku pulang, aku berdecak kesal dan mendadak sangat sebal dengan tukang mie pinggir pantai,

***

"Masih jauh ya,Ga?" Tanyaku

"Iyaa,"

Aku mengangguk mengerti, dan menguap.

Aku sudah beberapa kali menguap, lelah sekali seharian ini apalagi hari ini aku menguras cukup banyak emosi.

"Wulan tidur aja, nanti aku bangunkan kalau sudah sampai," kata Ganendra menolehku sebentar

"Engga, kasian ganendra harus nyetir akunya enak enak tidur, ga adil" ku jawab

Ganendra hanya senyum dan mengacak pucuk kepalaku, entah sejak kapan ganendra menjadi suka sekali mengacak rambutku.

***

"Wulaan.."

"Wulan.."

"Ayo bangun, sudah sampai rumahmu,"

Aku membuka mataku, mengerjapkannya beberapa kali sampai dapat melihat dengan jelas. Tangan ganendra dapat kurasa masih menempel di kepalaku.

Setelah benar benar terkumpul nyawaku, aku sadar ternyata aku tertidur cukup pulas, arghhh malu banget padahal bilangnya gaakan tidur karena ga adil, tapi tetap saja tidur tidur juga! Dasar pelor banget kamu wulan!

"Maaf ganendra, aku tidur.." aku tertunduk malu

Ganendra terkekeh,

"Gapapa, nona cantik pasti lelah kan?"

Aku diam tidak menjawab

"Yaudah, sekarang sudah sampai rumah, langsung masuk bersih bersih lalu tidur ya" kata ganendra

GanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang