8 tahun kemudian ...
Umurku sudah 24 tahun, aku sudah lulus kuliah dua tahun lalu dan aku juga sudah bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta saat ini. Jabatanku sebagai Direktur perusahaan, bukan direktur utama sih, tapi akan jadi direktur utama, amiin.
Sejak lulus SMA aku memutuskan untuk pindah dari Bandung dan kembali ke Jakarta tinggal bersama amang Asep. Kak Aldo, sudah lama tidak dengar kabarnya, terakhir aku memintanya untuk melupakan saja perasaannya padaku karena hanya akan membuatnya sakit.
Kalau ibu dan ayah masih setia di Bandung, ayah pensiun tahun lalu dan A Ical sudah menikah sekitar 2 tahun yang lalu, tepat aku lulus kuliah.
A Ical juga masih tinggal di Bandung, aku memutuskan kembali ke Jakarta awalnya hanya untuk melupakan kenangan bersama Ganendra setiap melewati suatu hal dan membiarkannya tersimpan diruang hati yang ku kunci rapat-rapat.
Tapi nyatanya, di Jakarta pun aku masih terus mengingatnya dan mencintainya. Kalau tau hal ini mungkin Ganendra akan marah karena aku melakukan hal sia-sia yang tidak pasti, apalagi aku tidak tau apa Ganendra akan benar benar kembali atau tidak, apa disana sudah ada sosok yang menggantikanku atau tidak.
Aku menatap pantulan diriku di depan cermin, aku memakai pakaian formal dengan rambut yang aku gulung ke atas, aku juga merias wajahku saat ini. Setelah merasa beres aku segera pamit ke Amang Asep untuk berangkat kerja.
"Assalamualaikum, Amang"
"Waalaikumussalam, hati hati jangan pulang terlalu malem Lan,"
"Siap amang asep.."aku berjalan menuju halte menunggu metromini, biarpun kerja di kantoran aku tidak harus selalu naik mobil mewahkan? Naik kendaraan yang supirnya bau ketek pun tidak masalah untukku, toh dulu juga aku setia naik angkot jurusan buah batu.
***
Aku bersiap untuk makan siang, keluar dari ruangan kerjaku dan menghampiri seorang perempuan yang seumuran denganku. Dia adalah Vina, temanku di kantor, dia pendengar yang baik.
"Ayo, makan dimana?"
"lagi mau makan roti, hehe" ku jawab
"hmmmm ingat ganendra ya?" Goda Vina
"apa sih Vin, serius kok,"
"yaudah deh, kedai roti di depan ya?"
"Oke, siap boss!"Aku dan Vina memasuki sebuah kedai roti yang cukup besar, wangi roti yang baru saja di panggang menerobos indera penciumanku. Kami duduk di bangku dekat kaca agar dapat melihat kendaraan diluar yang sedang berlalulalang.
"Pesan apa mbak?,"
"crumpet dan es teh leci" kataku senyum
"aku caramel machiatto dan croissant deh," kata Vina
"Ditunggu sebentar ya,"Padahal sudah 8 tahun aku tidak lagi melihat dan tau kabarnya, tapi entah mengapa aku masih terus mendekati hal hal dari masalalu hanya untuk sedikit mengobati rasa rinduku padanya.
"Kamu serius Lan masih belum move on?" Tanya vina
"Aku emang gak bakal berhenti cinta sama dia sampai ada orang yang benar benar mampu gantiin posisi dia, seperti yang dia minta,""Pak Andre, Lan. Kurang apa dia? Tampan, berwibawa, pintar, pemilik perusahaan, tajir dan rendah hati lagi. Idaman banget kan? Padahal jelas banget dia suka sama kamu, kenapa gak mau?"
"dia belum cukup untuk ganti posisi Ganendra,"
"sebenarnya dia udah cukup, lebih dari cukup malah, tapi emang kamunya aja yang masih mau nunggu hal yang gak pasti sampai kamu nutup hati kamu pakai gembok yang gak punya kunci!"aku diam, mungkin Vina benar, aku terlalu menutup hatiku selama 8 tahun ini. Sebenarnya aku hanya menunggu hal yang tidak pasti akan datang padaku, tapi tetap saja egoku dari dulu sangat tinggi.
"gemboknya bukan gak punya kunci Vin, tapi gak sengaja terbawa seseorang yang ada di Selandia Baru. jadi tidak bisa dibuka sampai orang itu kembali,"
"terserah kau lah,"
"hahaha sudah, malah jadi debat gini,"
"Geregetan aku tuh,"
"aku terlalu mencintainya, sih hehehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ganendra
Teen Fictionawalnya kupikir pertemuan itu hanyalah sebuah kebetulan, ketidaksengajaan yang tidak akan berlanjut, namun ternyata kisah yang diberikan Tuhan tidak dapat di tebak. bermula pada pertemuan di halte dekat sekolah dan terus berlanjut menjadi sebuah kis...