#BAB XI

746 55 1
                                    

Kejadian kemarin adalah penyesalanku, aku sangat sangat menyesal telah mau ikut dengan Rio dan aku juga sangat menyesal telah mengabaikan ucapan Ganendra.

Kemarin aku kembali pada keluarga dengan mataku yang sembab, tapi ku bilang karena filmnya sedih. Dan aku hanya jujur pada abangku, entah mengapa pada saat seperti itu aku merasa abangku yang paling mengerti, kemarin dia bilang :

" udah jangan dipikirin, sekarang jadi pelajaran buat kamu karena mengabaikan nasihat seseorang, jadi pelajaran buat kamu karena terlalu percaya pada seseorang, "

" iya a' , wulan nyesel bangeet "

" namanya juga penyesalan, penyesalan itu selalu datang di akhir, kalau di awal namanya pendaftaran "

Walaupun jawabannya terkadang menjengkelkan, tapi aku lega sudah membagi sedikit bebanku kepada abangku, dan ku harap ganendra tidak akan tau ini selamanya.

***

Sekarang aku sudah sampai di Bandung lagi, sampai tadi pagi pukul delapan pagi karena memang menghindari macetnya arus tahun baru, sampai rumah tadi aku langsung tidur dengan segala rasa penat dan perasaan yang kacau balau.

Bangun bangun ku lihat jam dinding menunjukkan pukul 12 siang, aku mencuci muka lalu turun kebawah hanya untuk sekedar cek apa yang sedang ayah ibu ataupun a' ical lakukan. Dan terkejut sekali, semuanya tidur, mungkin kelelahan.

"Assalamualaikum!"

Seseorang mengetuk pintu, segera ku susul kedepan dan kubuka, ternyata itu Ganendra. Perasaanku seketika begitu senang hanya dengan melihat rambutnya yang selalu rapih ke kanan, bola matanya yang hitam legam, badannya yang sedikit kurus, wajahnya yang sedikit berkeringat dan senyumnya yang selalu mampu membuatku ikut tersenyum.

"Wa'alaikumsalam," ku jawab

"Ganendra? Ayo masuk!"

Aku membuka pintu cukup lebar dan menyuruh ganendra untuk duduk di ruang tamu, sengaja pintunya di buka agar tidak timbul fitnah dan segala macamnya.

"Mau ku buatkan apa?" Ku tanya

Ganendra melihatku dengan raut wajah yang sedih, aku mengerutkan alis heran.

"Kenapa, Ga?" tanya ku

"Kamu kenapa?" Dia balik tanya,

"A-aku? Aku nggak apa apa kok, kenapa?"

"di ajak kebioskop lalu diperlakukan tidak pantas, siapa orangnya?" tanya ganendra, suaranya seperti orang yang berusaha untuk lembut padahal ia menahan amarah.

Aku takut, tanpa sadar airmataku mulai turun dari mataku melewati pipi, aku yakin ganendra pasti akan tau kejadian itu biarpun aku berharap agar ganendra tidak mengetahuinya.

Aku juga tau, abangku pasti cerita kepada ganendra dan aku tau aku salah memilih abangku kalau untuk menyimpan rahasia, tapi aku tidak permasalahkan abangku saat ini, yang aku masalahkan adalah aku kemarin itu mengabaikan ucapan ganendra.

"a-aku .. " aku berkata lirih

Ganendra mendekatiku yang sedang berdiri di samping meja, tubuhku bergetar hebat, aku takut sekali, aku takut sekali ganendra akan marah dan menjauh dariku.

"siapa yang memperlakukanmu seperti itu?" Tanya ganendra lembut,

"r-rio.." ku jawab dengan air mataku yang terus mengalir

"Kamu kenal?"

Aku mengangguk pelan,

"Kamu dengar kemarin aku bicara apa di telepon?" Tanyanya lembut

GanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang