Sekarang mereka bertiga berdiri di depan kelas X-MIA 1. Darwin menatap curiga kepada Ernest. Ia tidak tau apa yang sedang direncanakan oleh adiknya tersebut.
"Bukan nya murid pindahan di kelas ini ada dua? Kenapa sekarang jadi tiga?"tanya Bu Selly wali kelas X-MIA 1.
"Emang cuma dua, Bu. Ernest sih murid kelas sebelah."jawab Ernest jujur sambil melemparkan senyuman manis.
"Terus ngapain kamu disini?"tanya bu Selly sekali lagi.
"Terserah Ernest dong, Bu! Kan Ernest disini karena kemauan diri sendiri."
Beberapa siswa-siswi menatap bingung ke arah mereka bertiga. Sementara Darwin menyenggol lengan Fredella memberi kode agar dia menghentikan rencana konyol Ernest.
"Della, masih ngantuk. Jadi jangan ngajak ngomong ya bang."bisik Fredella pelan.
Darwin menghela nafas kasar. Hari pertama ia masuk di sekolah baru berantakan karena Ernest.
"Tapi kamu bukan anak kelas ini." Bu Selly memberi pengertian kepada Ernest pelan-pelan.
"Tapi saya murid sekolah ini, Bu!"jawab Ernest ngotot.
"Iya benar kamu murid disini. Tapi, kelas kamu ada di sebelah kelas ini." Bu Selly masih berusaha sabar menghadapi kelakuan Ernest.
"Ah pokok nya Ernest pengen di kelas ini?! Upin Ipin aja sekelas, masa saya sama kembaran saya engga sih!"
Darwin menepuk bahu Ernest agar berhenti membuat kekacauan di kelas. Dan Ernest langsung menghempaskan kasar tangan Darwin.
"Diem! Ini urusan murid sama guru. Abang mesum diem aja?!"sentak Ernest ketus.
Darwin membulatkan bola mata nya. "Gak usah buka kartu juga kali!"
Tiba-tiba seorang siswi masuk tanpa permisi dan langsung menjewer telinga Ernest dengan kuat.
"Balik maneh! Jangan ngerusuh di kelas orang lain."
"Engga mau! Aing bosen ngeliat muka maneh wae di kelas." Ernest menjulurkan lidah nya ke arah siswi itu. Ia tidak ingin rencana nya berantakan.
"Lu pikir gue seneng sekelas sama lo? Engga ya! Kalau bukan di suruh Pak Totong, ogah gue nyusul lo kesini."
Ernest menatap malas pada gadis yang berseragam olahraga sambil mengalungkan pisang di leher nya.
"Elena monkey, yang suka makan pisang tapi ga berpisang. Please deh jangan ganggu acara ngerusuh gue di kelas ini."
Elena menyentil kening Ernest sangat keras. Lalu mengambil sesuatu dari saku celana nya dan memberikan nya kepada Ernest.
"Apaan nih?"tanya Ernest bingung.
"Micin."jawab Elena singkat.
"Buat apa? Lo pikir gue generasi micin gitu!"protes Ernest tak terima di beri sebungkus besar micin.
"Emang! Kemana aja baru nyadar, Mas?!" balas Elena sinis.
Mereka berdua asik berdebat tanpa memperdulikan guru dan siswa-siswi yang berada di kelas tersebut.
Fredella mengeluarkan ponsel nya dan langsung live di akun Instagram miliknya. Karena Fredella yakin nenek nya pasti lagi ngelihatin akun lambe turah.
"Kamu baru sadar suka sama aku ya?" Ernest mengubah gaya bahasa nya, lalu mencolek pipi Elena dan tersenyum malu-malu.
"Mimpi lo!"
"Cie ngambek, karena aku engga peka." Ernest terus menggoda Elena.
"NGAREP LO!"teriak Elena kesal dengan tingkah Ernest yang menjadi-jadi.
Ernest meletakkan kedua tangan nya di kedua pipi nya. "Tuh kan! Kamu ternyata ngarepin aku. Duh, aku belum siap di tembak sama kamu."ucapnya sambil memberikan kiss bye genit pada Elena.
Elena mengacak-ngacrak rambut frustasi. Ia sudah bodoh di pelajaran akademik, sekarang di tambah harus sabar menghadapi sikap Ernest. Makin bodoh saja hidup nya kalau begini.
"Sabodo teuing! Kumaha maneh we lah."
Ernest menahan tawa nya agar tidak lepas, karena ia harus terus menggoda Elena.
"Ciee.. Marah nih."
"Emang!"
"Saha maneh?"
"Aing maung! Puas maneh?!"kata Elena ngasal ia benar-benar sudah lelah.
"Elena, jika rasa marah menghampiri mu. Maka eluslah dada mu. Jika tidak ada yang mengelus, maka bang Darwin akan membantumu."ucap Ernest terkekeh geli.
"Heh! Apaan sih lo, kenapa image pertama di sekolah gue lo ancurin?!" Darwin rasa nya ingin membuang Ernest dari atap sekolah.
"Bilang aja lu salting, Bang. Biasa nya seneng juga di gituin."
Darwin menggaruk tengkuk lehernya dan tersenyum kikuk.
"Iya juga sih. Ernest, Lu emang peka ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Couple [On-going]
Hài hướcErnest tidak tau apa yang sedang di rencanakan oleh nenek nya sehingga memisahkan dia dengan kedua saudara kembarnya. Ernest pindah ke salah satu SMA di kota Bandung. Namun dia tidak menyangka akan bertemu dengan salah satu teman masa SMP nya. Dia b...