Ernest dan Elena menatap ke arah Darwin dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Emang lagi manja, lagi pengen dimanja. Pengen berduaan tapi ga ada yang mau. Emang lagi ganteng tapi bukan ganteng." Darwin bernyanyi sambil asik berjoged dengan memegang ponselnya.
"Bang, lo lagi ngapain?"tanya Ernest heran.
"Main tiktok, biar fans gue nambah."jawab Darwin tanpa menoleh.
"Eh, Win. Lo tau azab orang main tiktok gak?" Kini giliran Elena yang bertanya.
Darwin menoleh ke arah Elena, lalu mengangkat sebelah alisnya. "Emang apaan?"
"Azab pecandu tiktok tuh nanti sirine mobil jenazah bunyinya tetew bukan nguwing-wing lagi loh."ucap Elena menakut-nakuti.
"Oh jadi nanti suara sirine mobil jenazah gue kek gini. 'Emang lagi tetew, lagi pengen di tetew. Pengen tetew dengan dirimu tetew. Emang lagi tetew, tapi bukan so tetew. Tetew-tetew gini hanya untuk dirimu."balas Darwin meniru muka polos Ernest.
Ernest dan Elena langsung tertawa mendengar ucapan Darwin barusan. Bahkan Fredella yang sedang asik menonton tv tuh ikut tertawa.
"Humor gue receh banget dah."
"Humor lo emang receh nyet."sahut Ernest terkekeh.
"B aja woy gausah ngegas."ketus Elena.
Ernest mencubit pipi Elena gemas. "Lo kan Elena monkey masa lupa sih?!"
"Oh iya ya gue monyet, lupa gue. Sorry duh."
"Gue pikir lo manusia."celetuk Fredella.
Elena menepuk jidatnya. BEGO!! Maki Elena dalam hati.
"Kenapa gue ngaku kalau gue monyet yahh..." Elena memukul bahu Ernest. "Gara-gara lo sih."
Ernest memasang wajah serius, sebuah ide terlintas di kepala nya dan berharap mereka semua tertawa.
"Kita harus pray to Banten."
"Lah kenapa? Perasaan Banten adem-adem bae tuh."ucap Darwin bingung.
"Ibukota nya di Serang. Kasian kan, bang."balas Ernest menunduk sedih.
Elena dan Fredella tertawa kecil. Sementara Darwin masih bingung dengan ucapan Ernest.
"Kota nya kan emang di Serang, terus masalahnya dimana?"
"Masalahnya di otak lo lemot bang."ejek Fredella.
"Sialan." Darwin terkekeh baru konek dengan ucapan Ernest.
"Eh, gue mau nanya dong." Elena tak ingin kalah dari Ernest yang melucu.
"Awas aja kalau lo rese kek si Ernest. Gue putusin lo nanti."ancem Darwin.
"Lo sama Elena kan gak jadian. Gimana putusnya, bang?!"tanya Ernest dengan nada suara cemburu.
"Oh iya lupa. Gue kan jomblo!"jawab Darwin lesu.
Fredella hanya menggelengkan kepala nya melihat tingkah kedua abang nya. Sudah lama mereka tidak bercanda bersama lagi.
"Jadi lo mau nanya apa, Elena?"tanya Fredella penasaran.
"Apa bener Via Vallen sodara nya Via JNE?"
"Salah, Via Vallen sodara Via TIKI."jawab Ernest santai.
"Abang salah! Yang bener Via Vallen sodara Via Tol."timpah Fredella tak mau kalah.
Darwin menatap datar ke arah mereka semua. Kenapa giliran dia jarang lucu membuat sebal saja.
"Lo semua salah! Via Vallen tuh bapak nya Via Telepon, Ibu nya Via Hotspot, kakak nya via Suara. Kalau Via Vallen nikah nanti jodoh nya Via Online, anak nya Via Download! Terus aja gue sampe Nenek gue nyanyi Ramayana oh Ramayana."ucap Darwin kesal.
"Kerja lembur bagai kuda, sampai lupa Necan di rumah. Oh hati terasa durhaka, maksud hati bahagia Necan disini. Apa daya di talak tilu, pusing sudah ini kepala." Natasha menuruni tangga, lalu berjalan ke arah ruang tamu dan menghampiri cucunya dan Elena.
Mereka bertiga tertawa keras, karena Natasha menyanyikan lagu yang barusan Darwin bilang. Sementara Darwin hanya menghela nafas pelan.
"Bener ucapan adalah doa. Jadi aja Nenek gue alay."gerutu Darwin pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Couple [On-going]
HumorErnest tidak tau apa yang sedang di rencanakan oleh nenek nya sehingga memisahkan dia dengan kedua saudara kembarnya. Ernest pindah ke salah satu SMA di kota Bandung. Namun dia tidak menyangka akan bertemu dengan salah satu teman masa SMP nya. Dia b...