"Selamat pagi. Masih dengan perasaan yang sama, dan untuk orang yang sama. Tapi tidak bersama. Happy jomblo day~" Ernest melangkah masuk ke kelas sambil menyapa teman-temanya dengan ceria.
Sontak saja semua mata tertuju ke arah Ernest yang baru saja datang ke kelas dengan santai. Pada hal Ernest sudah terlambat satu jam.
Saat Ernest melangkah menuju bangku nya, tiba-tiba ada suara membuat Ernest menghentikan langkahnya.
"Siapa yang suruh kamu duduk? Berdiri di depan sekarang!!"
Kalimat yang di ucapkan oleh Pak Tarman tak mempan untuk menakutin Ernest. Malah sebuah ide terlintas di kepala nya.
"Elena, Pak. Gak bisa berdiri di depan Pak, kan ada papan tulis."jawab Ernest dengan muka polos andalan nya.
Pak Tarman adalah guru matematika yang termasuk guru killer di sekolah nya.
"Keluar dari kelas saya! Saya tidak butuh murid banyak alasan kaya kamu."ucap Pak Tarman tegas.
Ernest membuat wajahnya sesedih mungkin, seolah- olah dia menyesal telah terlambat di pelajaran Pak Tarman.
"Bapak lebih jahat dari pada Rangga yang ninggalin Cinta di bandara! Masa nyuruh saya keluar, pada hal kan saya ke sekolah mau belajar."
Pak Tarman menatap datar ke arah Ernest. Mengapa murid jaman sekarang susah di atur dan banyak alasan.
"Ya sudah, kamu boleh duduk. Asalkan bisa jawab pertanyaan dari Bapak."
"Deal, Pak."jawab Ernest cepat.
Pak Tarman tersenyum tipis. Ernest tidak tau bahwa dia akan di jebak.
"Oke, Ongkos sekali naik angkot adalah 1,500. Dino naik angkot dua kali. David membawa 1 lembar uang 5000. Berapa sisa uang Daffa?" Pak Tarman tersenyum senang. Diri nya yakin Ernest tidak bisa menjawab.
Ernest mengerutkan dahi nya bingung. Meski ia sering berpura-pura bodoh, tapi kali ini rasa nya yang bodoh adalah Pak Tarman.
"Uang Daffa utuh Pak, kan bapak nya Daffa jurangan angkot. Jadi bebas Daffa mau naik berapa kali angkot, Bapak jangan kepo uang jajan Daffa berapa."jawab Ernest santai dan sengaja membuat Pak Tarman masuk ke jebakan nya sendiri.
Pak Tarman melongo, baru kali ini ada murid yang berani membalikkan jebakan yang telah ia buat.
Beberapa murid mulai berbisik-bisik. Mereka semua yakin akan ada perdebatan. Apa lagi banyak guru yang mulai lelah menghadapi Ernest.
"Sekarang giliran saya yang menguji Bapak sebagai guru matematika. Bisa jawab pertanyaan dari saya apa tidak!"ucap Ernest tersenyum miring.
"Silahkan, Bapak pasti bisa jawab sambil merem juga."balas Pak Tarman dengan percaya diri.
Sementara di belakang Elena sedang memperhatikan perdebatan tidak berfaedah di depan kelas. Elena yakin Pak Tarman akan menyerah menghadapi Ernest.
"Jarak Kota A ke Kota B adalah 535 km, akan ditempuh dengan kecepatan 40 km/jam. Berapa waktu yang di butuhkan jika di tengah perjalanan bertemu mantan?"tanya Ernest tersenyum miring.
"Di soal matematika tidak pernah bahas mantan. Jadi Bapak tidak akan menjawab pertanyaan dari kamu."ucap Pak Tarman beralibi.
"Ah si Bapak bilang aja belum move on dari mantan. Jadi bingung perlu waktu berapa lama biar bisa ngajak balikan kak."goda Ernest tertawa kecil.
Beberapa siswa ikut tertawa mendengar ucapan Ernest barusan.
"Diam! Kalau kalian berisik, hari ini kita ulangan dadakan."ucap Pak Tarman tegas.
"HUUU!!!"sorak seisi kelas.
"Pak, ada kabar gembira loh. Pasti Bapak bakal penasaran deh."ucap Ernest yakin.
"Apaan emang? jangan mengganggu jam pelajaran kalau tidak bermanfaat."
Ernest berjalan menghampiri Pak Tarman, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku baju nya dan memberikan nya pada Pak Tarman.
"Nih pak. Sekarang Aqua ngeluarin kemasan sachet!"
Pak Tarman memegang kening, lama-lama menghadapi kelakuan membuat kepala nya pusing.
"Terserah, mending kamu duduk aja."ucap Pak Tarman mulai lelah.
Ernest memperhatikan Pak Tarman sepertinya ia berhasil membuat Pak Tarman tak berkutik lagi.
"Bapak pusing ya?"tanya Ernest pura-pura bodoh.
"Saya bilang kamu duduk, atau keluar dari kelas saya sekarang!"
"Tenang, Pak. Ernest punya solusi buat sakit kepala bapak!"
Ernest mengambil susu sachet yang kemarin malam ia beli bersama Elena.
"Bapak kan pusing ya. Nih, saya kasih susu buat vertigo tapi harus buka disini."ucap Ernest sambil memberikan susu tersebut ke Pak Tarman.
"Bodo amat, cape Bapak kalau punya murid kek kamu gini di kelas."
"Makasih, atas pujian nya. Saya jadi terharu, Pak." Ernest mendekatkan wajahnya ke Pak Tarman dan mencium Pipi Pak Tarman.
"Muahhh! Cium sayang murid ke guru, Pak."ucap Ernest polos.
Seisi kelas tertawa melihat kejadian tersebut.
"Dasar gila."ucap Elena sedikit keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Couple [On-going]
UmorismoErnest tidak tau apa yang sedang di rencanakan oleh nenek nya sehingga memisahkan dia dengan kedua saudara kembarnya. Ernest pindah ke salah satu SMA di kota Bandung. Namun dia tidak menyangka akan bertemu dengan salah satu teman masa SMP nya. Dia b...