18. Kerja Kelompok

5.3K 608 22
                                    

Setelah pulang sekolah, Ernest dan Elena pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas kelompok Bhs. Inggris yang di berikan oleh Bu Valencia.

Ernest menatap Elena yang sibuk berkutat dengan laptop nya, dan itu membuat Ernest bete pada Elena yang mengabaikan nya.

"Pegangin mouse mulu. Ga niat pegang tangan gue? Biar kita keliatan mesra." Ernest mencubit pipi Elena. "Jangan abaikan gue."ucap nya tersenyum tipis.

"Kita disini mau kerja kelompok! Lo kerjain bagian lo yang tadi udah gue kasih."balas Elena sambil menepis tangan Ernest dari pipi nya.

"Gue udah jatuh, tapi lo gak cinta. HAHA miris ya~"

Elena tak memperdulikan Ernest dan memilih melanjutkan mengerjakan tugas nya.

"Eh, Elena. Lo tau gak?"

"Apaan?"

"Abis nyobek molto pake gigi gak pake slavina. Sekarang mulut gue jadi bau lavender."ucap Ernest tertawa keras.

Elena menahan tawa nya, lalu mengambil kamus di meja dan memukulkannya ke kepala Ernest.

"So lucu lo."jawab Elena sesantai mungkin.

"Gue emang lucu, buktinya banyak yang naksir sama gue." Ernest tersenyum sombong.

Elena memutar bola mata malas. Percaya diri sekali Ernest bilang banyak yang naksir.

"Iya naksir karena di jebak nenek lo!"

"Btw, gue pengen jadi kembang desa. Tapi takut nya jadi riba, harus di kemana kan kecantikan ini?" Ernest meletakkan kedua tangan nya di pipi sambil tersenyum malu.

Elena tertawa pelan. "Sa ae lu generasi mimi peri."

"Nah gitu dong, jangan serius amat ngerjain tugas nya. Bukan lo banget tau!"

Ernest mengambil surat dari dalam tas nya, dan memberikan nya pada Elena. "Ini sebuah rahasia gue, tapi lo boleh baca! Soal nya lo kan udah jadi pacar gue."ucapnya genit.

Elena menatap curiga ke arah Ernest. Dia yakin Ernest sudah menyiapkan jebakan untuknya.

Meski ada sedikit keraguan, akhirnya Elena pun membuka surat dari Ernest.

"Dari semalem leher aku sakit, sampai sekarang masih susah kalau untuk menengok ke masa lalu."ucap Elena membaca isi surat Ernest.

"So sweet kan gue sayang?"tanya Ernest sambil menaikan sebelah alis nya.

Elena memasang wajah sesedih mungkin. Ia meletakkan tangan nya di dada.

"Terserah lo dah! Percuma bilang sayang, percuma bilang cinta. Kalau sedang lapar yang ada di ingatanmu hanya nasi, bukan aku."

"Hahaha~ bisa aja ngebales nya Elena monkey."

"Iya dong! Emang nya lo doang yang bisa." Elena menjulurkan lidah nya.

"Elena, lo tau gak kenapa gue suka hitam putih?"tanya Ernest sekali lagi.

"Emang nya kenapa?"

"Karena gue gak mau jadi seperti pelangi. Berwarna-warni tapi indah nya hanya sebentar."ucap Ernest tersenyum manis.

Tanpa mereka berdua sadari, Fredella sudah mendengar semua obrolan mereka.

"Hoamm... Ini kah yang di nama kan cinta jatuh."celetuk Fredella yang kebetulan duduk di belakang bangku Ernest.

Ernest terkejut mendapati Fredella ada di perpustakaan. Pada hal pas tadi mereka berdua masuk tidak ada Fredella.

"Dek kamu kapan kesini? kamu jadi stalker abang ya?"tanya Ernest selidik.

Fredella menjewer telinga Ernest. Bisa-bisanya abang nya mengira dirinya stalker , memang nya keuntungan nya apa jadi stalker.

"Tidur lah bang, di perpust tempat paling nyaman." Fredella melirik ke arah Ernest dan Elena secara bergantian. "Bang, lo ga pantes ngegombal kek gitu. Kek receh tau"ucapnya tertawa puas.

"DELLA!!!"ucap Ernest cemberut.

"Hahaha." Elena dan Fredella tertawa bersama melihat ekspresi wajah Ernest.

Crazy Couple [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang