30. Olahraga

1.3K 117 3
                                    

Ernest menggelengkan kepala nya melihat tingkah Elena. Niat mereka dihari minggu pagi ini adalah CFD.

"Jadi mau jajan doang apa lari?" Tanya Ernest.

Elena tersenyum bodoh. "Jajan dong, kan enak bikin kenyang."

Pandangan Ernest tertuju pada abang penjual balon yang tak jauh dari tempat mereka.

"Aaaa hello kitty. Lucuu!!" Pekik Ernest heboh.

Elena melotot dan langsung menginjak kaki Ernest. Membuat Ernest sedikit meringis kesakitan karena Ernest CFD hanya menggunakan sendal jepit.

"Gila, sakit tau." Ketus Ernest.

"Suruh siapa alay?!" Elena tertawa pelan sambil menjulurkan lidahnya.

"Bawaan lahir."

"Emang lahir ya? Kirain dimuntahin." Ejek Elena sengaja.

"Di kentutin."

Elena tertawa kecil, memang pagi tadi Elena sengaja mengajak Ernest ikutan CFD. Tapi setelah sampai ditempat nya, niat olahraga Elena menghilang. Lebih tertarik untuk jalan santai sambil mampir ke yang jualan.

"Ngapain ketawa dih?!" Ucap Ernest sedikit bete.

"Lucu."

"Makasih gue emang lucu kok." Balas Ernest tersipu malu.

Elena memutar bola mata malas melihat kegeeran Ernest. "Yang lucu sempak hello kitty lu!"

Ernest terkejut. "Kok tau? Gue lagi pake sempak hello kitty." Tanya Ernest selidik.

"Kolor lu melorot noh belakang nya." Jawab Elena santai.

Ernest tersenyum malu. "Namanya juga pinjem punya bang Darwin, kegedean dikit sih."

"Ga modal." Cibir Elena.

Ernest mengangkat bahu acuh. Ernest mengedarkan pandangan nya ke sekeliling dan tersenyum tipis. Ia langsung mengandeng tangan Elena ke suatu tempat.

Elena mengerjapkan mata nya beberapa kali, ia langsung menjitak kepala Ernest sedikit keras.

"Ngeselin!"

"Kenapa dih?" Tanya Ernest tak mengerti.

Elena memandang sinis ke arah Ernest. "Ngapain lo ajak gue nonton doger monyet?!"

"Soalnya kan emang lo mirip monyet." Jawab Ernest dengan polos.

"Romantis banget sih jadi pacar!" Sindir Elena.

Ernest tersenyum bangga mendengar ucapan Elena.

"Gue kan emang cowok idaman."

"Najis."

Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Ernest, ia menoleh dan mendapati nenek nya tersenyum miring sambil memamer kan papper bag.

"Yuhuu, kangen necan gak?!" Sapa Natasha ceria.

"Ada angin apa, Necan? Tumben jenguk cucu nya, kirain lupa punya cucu." Balas Ernest setengah menyindir.

Natasha tersenyum sombong. "Bawa daster hello kitty edisi terbaru, asli beli di mangga dua loh."

"Mana? Sini liat dong, Necan." Ucap Ernest antusias.

Sementara Elena memandang bingung ke arah mereka berdua. Ternyata Ernest memang suka hello kitty karena nenek nya.

"Ini nenek sama cucunya ternyata sama. Sama-sama gila nya!" Gumam Elena pelan.

Natasha masih mendengar ucapan Elena barusan. Ia menatap Elena dari bawah hingga atas, ternyata pacar Ernest tidak terlalu jelek.

"Heh enak aja bilang sama gila! Gini-gini gue masih bahenol ya." Kata Natasha tak terima.

"Dan tentu masih semok, ya kan Necan." Tambah Ernest dan dibalas anggukkan oleh Natasha.

"Yang waras ngalah deh." Ucap Elena malas.

"Eh, Necan kesini sama siapa?" Tanya Ernest.

"Darwin sama Della. Tapi gak tau lagi pada kemana, udah kaya doi ilang tanpa kabar eh tau-tau jadian sama yang lain." Jawab Natasha mendramatisir.

"Set dah nih nenek malah curcol." Celetuk Elena heran.

Natasha mendengus sebal. "Curcol itu indah. Lagian kan kita sebagai cewek butuh kepastian bukan butuh kehilangan."

"Tapi kan, Necan udah tua bukan kategori cewek lagi dong." Ucap Ernest dengan polos.

Natasha menjitak kepala Ernest sedikit keras. "Tetep aja jenis kelamin gue cewek, dasar cucu laknat ya."

"Tapi kan engga ada jenis kelamin cewek, ada nya perempuan. Gimana sih, Necan?!"

"Sama aja bego." Ucap Natasha kesal.

"Yah kirain aja jenis kelamin di pertanyakan." Ernest menunjukkan wajah tak berdosa.

Elena tertawa keras, siapa pun yang melihat wajah Ernest rasanya ingin memukul nya.

"Ada ya orang macam begini." Ucapnya terkekeh.

Crazy Couple [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang