Bestfriend

1.5K 131 23
                                    

Suho sedang menikmati makan siangnya di kantin. Ia terlihat sangat menyukai ramen yang masih mengepulkan uap. Mahasiswa arsitektur semester akhir itu meniup ramennya sebelum memasukkannya ke dalam mulutnya. Baru saja ia akan melahap makanan khas Jepang itu, seseorang sudah menarik tangannya.

"Kau harus ikut aku sekarang juga!"

oona sudah lebih dulu berkata sebelum mahasiswa bermarga Kim tersebut mengeluarkan kalimat protesnya.

"Ke mana?"
"Sudahlah, jangan banyak tanya!"

Yoona mengapit lengan Suho. Lelaki itu hampir terjatuh dari kursi karena tarikan mahasiswi jurusan design itu yang sangat kuat.

"Hey, aku belum selesai makan!" seru Suho kesal.

Tapi Yoona tak peduli dan tetap menarik lengan Suho menjauhi meja yang sebelumnya digunakan laki-laki itu untuk menyantap makan siangnya.

.

***

.

"Ini di mana?"

Suho masih penasaran dengan tempat tujuan Yoona. Di depannya ada sebuah rumah yang lumayan besar. Sangat indah karena sudah dihias sedemikian rupa.

Yoona yang masih sibuk merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan melalui kaca spion motor Suho bergumam tak jelas.

"Ini rumah keponakanku, dia menikah hari ini."
"Huh?"

Pemuda itu menoleh cepat ke arah Yoona, tak begitu yakin dengan apa yang baru saja didengarnya dengan samar.

Memasang wajah tanpa dosa, Yoona menggandeng lengan Suho dengan senyuman lebarnya. "Ayo, masuk!"

Suho membulatkan matanya. "Apa kau sudah gila?"

"Maaf, aku terlambat," ucap Yoona sambil membungkukkan badannya sekilas.

"Yoona?" Ryeowook, kakak sepupu Yoona, memandangnya aneh dari atas ke bawah. "Kurasa kau sakit."

Bukan tanpa alasan Ryeowook memberikan pernyataan itu pada adik sepupu kesayangannya itu. Pasalnya, Yoona kini tengah mengenakan kemeja kotak warna biru dengan garis merah yang menutupi kaos hitamnya. Celana jeans panjang warna abu. Serta sepatu sneakers warna putih. Rambut sepunggungnya hanya dikuncir kuda sedikit rendah.

Penampilan gadis itu terlihat tidak elit sama sekali. Ini acara pernikahan, bukan camping. Terkadang sikap dan sifat Yoona memang kelewat aneh.

"Penampilanmu aneh sekali."

Yoona menggerutu pelan. "Jangan mengomentari penampilanku. Beruntung aku bisa sampai di sini," diliriknya jam tangan pemberian Jihoo, kakak kandungnya, beberapa bulan yang lalu pada hari ulang tahunnya, "ya, walaupun sedikit terlambat."

Suho yang masih mencoba memahami apa yang terjadi memilih diam. Ia sedikit canggung saat melihat beberapa kerabat Yoona menatapnya dnegan tatapan yang penuh intimidasi dan agak intens. Itu agak mengerikan.

"Akhirnya kau datang juga," Jihoo berjalan menghampiri mereka dengan membawa sebuah gaun berwarna peach. Dilemparkannya gaun itu ke arah Yoona. "Cepat pakai itu. Semua sudah menunggumu."

Bibir Yoona mengerucut. "Kukira Suzy sudah mencari penggantiku untuk menjadi pengiring wanitanya."

"Cha, Suzy sudah memintamu menjadi pengiring wanitanya tiga bulan sebelum pertunangannya. Dia tidak mungkin mencari penggantimu, bodoh," ujar Ryeowook seraya mendorong tubuh Yoona agar cepat masuk ke dalam ruang ganti.

Tak berapa lama Yoona sudah keluar dengan gaun yang tadi dibawa Jihoo. Meski wajahnya belum dirias, ia sudah terlihat sangat cantik. Ruang riasnya berada di sebelah ruang ganti, dan Yoona harus bersusah payah mengangkat gaunnya yang panjangnya sampai menyentuh lantai.

"Whoah, kau cantik meskipun tanpa riasan." Suho memuji Yoona tulus. Pesona Yoona memang luar biasa.

Yoona menyibak rambut panjangnya dan menyampirkan poninya ke samping, "Aku memang selalu cantik," katanya sambil berlalu dari tiga pemuda yang terpaku dengan kalimatnya.

Ryeowook menyikut lengan Suho yang berdiri di sebelahnya. "Berapa lama kau berteman dengan Yoona?"

"Entahlah, yang pasti dari SMP aku sudah berteman dengannya dan berlanjut sampai sekarang."

"Kenapa kau bisa tahan berteman dengan gadis aneh seperti Yoona?"

Suho mengangkat bahunya tak acuh. "Aku sudah terbiasa dengan sikapnya itu." Senyuman tipisnya sulit didefinisikan oleh Jihoo dan Ryeowook.

.

***

.

Acara pernikahan Suzy dan Baekhyun telah usai. Kini mereka telah menikmati acara yang selanjutnya. Menyantap hidangan prasmanan yang telah disiapkan.

"Suzy sudah menikah, kau kapan menikah?" Ny. Im bertanya sedikit ketus pada anak bungsunya.

Yoona melirik Suho yang berdiri di sebelahnya. "Tanyakan pada Suho, kapan dia mau menikahiku,"

"Huh?"

Suho melongo, pertanyaan aneh Yoona itu membuatnya bingung. Tiba-tiba saja Suho menjadi gugup tatkala ibu Yoona menatapnya dengan intens.

"Bibi tanyakan saja pada Yoona, kapan dia mau menerima ajakan saya untuk menikah,"

Ny. Im kembali menatap putrinya yang masih saja tidak mau menjalin hubungan semacam pacaran. "Jadi?"

Setelah menelan makanan yang ada dalam mulutnya, Yoona mulai menjawab pertanyaan ibunya. "Aku pasti menikah, Ibu. Tapi tidak sekarang. Lagipula kak Jihoo juga belum menikah, 'kan?"

"Hey!"

Sentakan kesal itu berasal dari Jihoo yang berjalan menghampiri adik kandungnya. Ia menjitak kepala adiknya yang suka sekali berbicara sembarangan.

"Kenapa saat Ibu menyuruhmu untuk cepat menikah, kau selalu membawa namaku, huh?"

"Karena kau kakak kandungku. Aku tidak mungkin melangkahimu tahu," bantah Yoona yang memang ada benarnya juga, "aku 'kan adik yang baik." Yoona menyingkirkan poninya yang sedikit menutupi bagian atas matanya.

Jihoo hanya menggelengkan kepalanya, sikap percaya diri Yoona semakin menjadi saja tiap harinya. Sepertinya Jihoo harus mulai mewaspadai penyakit adiknya yang satu ini. Kepercayaan diri yang berlebih bukanlah hal yang bagus menurutnya.

Sementara Suho tak tahu apa yang harus ia katakan. Jujur saja, ia memang mencintai Yoona, dari dulu. Tapi sepertinya Yoona hanya menganggap dirinya sebagai teman baik. Tidak lebih dari itu. Sebab Yoona memang tidak pernah memikirkan masalah asmara. Gadis itu hanya memprioritaskan urusan pendidikan. Bahkan ia berniat untuk melanjutkan pendidikan hingga mendapatkan gelar doktor.

Ya, meski begitu, Suho tetap bersyukur. Hanya dengan berada di sisi Yoona sebagai sahabat saja itu sudah lebih dari cukup untuk Suho. Setidaknya dialah lelaki yang akan selalu berada di samping gadis itu apapun yang terjadi.

"Hey, Kim Suho," panggil Jihoo yang membuat Suho lagsung tersadar dari lamunannya.

"Ya?"

"Apakah kau tidak mencintai adikku?" tanya kakak kandung Yoona itu secara terang-terangan. Mengabaikan sanak saudara mereka yang ada di sekitar mereka.

"Uhuk!" Yoona terbatuk. Tersedak oleh makanan yang belum tertelan sempurna di ternggorokannya.

Sementara Suho menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Agak malu dengan pertanyaan yang dilontarkan Jihoo. "Aku..." ia menggantungkan ucapannya, "hanya-"

"Dia tidak mungkin mencintaiku," ujar Yoona yang sengaja memotong ucapan Suho. Ia tersenyum sinis ke arah sahabatnya itu. "Dia hanya menganggapku sebagai sahabat baiknya."

"Yakin sekali kau?"

"Itu kenyataannya, Oppa." Yoona kemudian tertawa lebar. "Coba tanyakan padanya berapa banyak perempuan yang menjadi korban perasaan darinya. Pasti sudah tak terhitung lagi karena terlalu banyak."

Mendengar itu, Suho mencibir. "Kau juga sama saja."

Dan kemudian mulailah perang mulut antara Suho dan Yoona.

.

.

.

-THE END-

• FicQuest {Fanfic Request} •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang