Sadness

1.2K 129 17
                                    

Seorang gadis cantik terlihat sedang duduk meringkuk dengan melipat kakinya, ia tengah menangis di sudut kamarnya. Penampilannya sangat kacau sekali. Rambut yang terlihat acak-acakan, mata sembab, juga kamarnya yang sangat berantakan. Beberapa barang berserakan di lantai, terdapat beberapa serpihan kaca yang telah ia pecahkan beberapa menit yang lalu.

Gadis itu mengacak rambutnya, frustrasi. Airmata kembali membasahi pipinya saat ia teringat kejadian siang tadi. Ketika ia melihat sang kekasih yang tampak sangat mesra bersama adik sepupunya sendiri. Mereka berdua berpegangan tangan dan sesekali tertawa bersama.

"Kau sudah merebut appa dariku. Merebut eonnie. Merebut teman-temanku. Dan sekarang kau merebut kekasihku. Kau sudah merebut semuanya dariku, Yeri..." lirih gadis itu dengan suara yang sedikit serak. "Padahal aku sangat menyayangimu. Aku menganggapmu sebagai adik kandungku sendiri. Tapi kenapa kau malah merebut semua kebahagiaan yang kumiliki?" Racauannya menjadi tak jelas. "Eomma, kenapa aku jadi seperti ini?!"

Yoona, nama gadis cantik itu, menghapus airmatanya dengan kasar dan langsung beranjak pergi. Ia mengambil kunci mobil lamborghini miliknya. Ingin keluar sebentar untuk mencari udara segar.

Yoona mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

.

***

.

Tak berapa lama kemudian ia telah sampai di kedai es krim langganannya. Saat sedang asyik menikmati es krim rasa kesukaannya, Yoona dikejutkan dengan seorang laki-laki dan perempuan yang sangat ia kenal. Yeri, adik sepupunya, dan Taeyong, kekasihnya.

Yoona tersenyum miris menatap kebersamaan mereka yang sedang duduk di kursi paling pojok.

Pun, Yoona kembali dikejutkan dengan adegan sangat mesra yang dilakukan oleh Yeri dan Taeyong. Ia membulatkan matanya, tak percaya akan apa yang ia lihat. Nafasnya tercekat, seakan tak ada udara sama sekali. Bahkan beberapa detik selanjutnya ia lupa caranya bernafas.

Bagaimana tidak?

Yoona melihat dengan mata kepalanya sendiri jika saat ini adik sepupunya dan kekasihnya sedang berciuman. Di depan umum pula. Sontak saja, mereka jadi tontonan gratis dari para pengunjung.

Dengan langkah penuh amarah, Yoona berjalan mendekati meja di mana Yeri dan Taeyong berada. Lihatlah, bahkan mereka masih berciuman dengan mesranya.

Yoona menatap sinis kearah dua orang yang tengah berciuman, lalu berdeham cukup keras membuat Yeri dan Taeyong menghentikan ciuman mereka dan menoleh kearah orang yang berdeham.

Mereka berdua terkejut melihat Yoona, sepasang bola mata mereka membulat.

"Eonnie?!" Yeri langsung panik melihat kehadiran Yoona.

"Sayang, aku bisa menjelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kau lihat." Taeyong ingin memegang bahu Yoona, mencoba menjelaskan apa yang terjadi.

Namun, segera ditepis oleh gadis cantik itu.

"Jangan sentuh aku!" kata Yoona tegas. "Mulai detik ini juga hubungan kita berakhir. Kau bukan kekasihku lagi, dan aku bukanlah kekasihmu," desis Yoona lalu beralih menatap tajam Yeri. "Dan kau Yeri, jangan pernah menganggap jika aku adalah kakak sepupumu lagi." Yoona mendesih sinis. "Jika kau ingin mengambil semua yang kumiliki, ambillah. Appa, eonnie, chingudeul, Taeyong bahkan nyawaku sekalipun aku akan memberikannya kepadamu." Yoona mencoba menahan airmatanya agar tidak keluar.

"Yoong..." lirih Taeyong.

"It's over, Lee Taeyong." Yoona melepaskan cincin pemberian Taeyong, lalu meletakkannya di meja yang di tempati Taeyong dan Yeri. "Dan satu lagi, aku mohon kepada kalian agar jangan pernah hadir di hadapanku lagi." Setelah mengatakannya Yoona langsung pergi tanpa menoleh sedikitpun.

Taeyong dan Yeri terduduk lemas.

'Bagaimana ini?!'

.

***

.

Saat ini Yoona sudah duduk di dalam mobilnya, ia memukul stir mobilnya lalu menumpukan kepalanya di atas benda tersebut.

Tangisnya pecah, bahkan lebih parah dari yang tadi. Amarah Yoona memuncak, ia segera menancap gas dengan sedikit tarikan kasar.

Yoona melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, ia sungguh tak dapat mengontrol emosinya saat ini. Kecewa, marah, kesal, sedih, semuanya bercampur menjadi satu.

Dan tanpa disadarinya ada truk yang melaju dengan kecepatan tinggi, Yoona mencoba menghindar namun terlambat.

BRAAAAAAKKKKKKK!!!!!!!!!

Truk itu sudah menghantam mobilnya. Terlihat darah segar keluar dari dahi kanan Yoona. Bukannya meringis kesakitan, Yoona malah tersenyum bahagia.

'Setidaknya jika aku mati semua penderitaanku akan berakhir. Dan aku akan segera bertemu dengan eomma."

Perlahan-lahan kesadaran Yoona mulai hilang, lalu semuanya menjadi gelap.

.

***

.

Mendengar berita kecelakaan Yoona membuat keluarga serta kerabatnya terkejut.

Lantas saja Tn. Im, Hyuna, dan Taeyong segera menuju rumah sakit di mana Yoona ibawa ke sana.

"Bagaimana kondisi anak saya?" tanya Tn. Im yang tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.

"Anak Anda dalam kondisi yang sangat kritis," terang dokter muda dengan name-tag 'Hyoyeon' itu.

"Separah apa keadaannya, sampai ia kritis seperti itu?" mata Hyuna mulai berkaca-kaca.

"Keadaannya bisa dikatakan sangat parah, apalagi bagian kepala. Kepalanya terbentur cukup keras, mungkin ini akan mengakibatkan amnesia yang cukup parah."

Penjelasan Hyoyeon tersebut membuat Tn. Im, Hyuna dan Taeyong shock.

"Kira-kira sampai kapan ia akan melewati masa kritisnya?"

"Saya tidak dapat memprediksikan hal tersebut. Namun, waktu paling cepat ia dapat melewati masa kritisnya adalah sekitar tiga sampai tujuh hari. Saat ini yang dibutuhkannya adalah doa dari kalian, juga dukungan untuk Nona Im agar mau bertahan hidup dan segera membuka matanya," jelas Hyoyeon yang membuat Tn. Im, Hyuna, dan Taeyong tersentak. "Jika kalian ingin masuk untuk melihat keadaan Nona Im, silakan. Saya permisi dulu, ada pasien lain yang harus saya tangani." Hyoyeon beranjak pergi meninggalkan tiga orang yang sangat terpukul tersebut.

Tn. Im, Hyuna dan juga Taeyong memasuki ruang ICU Yoona, mereka menatap Yoona sendu.

'Kenapa bisa seperti ini?'

"Yoong, maafkan Eonnie. Eonnie jarang memperhatikanmu akhir-akhir ini. Eonnie janji, setelah kau sadar nanti Eonnie akan selalu menemanimu." Hyuna terisak seraya menggenggam tangan dingin Yoona. "Eonnie akan mendengarkan semua ceritamu."

"Cepatlah bangun, Sayang. Maafkan Appa yang sempat mengabaikanmu." Tn. Im berbisik di telinga kanan Yoona.

Taeyong hanya menatap Yoona sendu. 'Maafkan aku, Yoong. Aku telah menghianati cinta kita. Kumohon, bangunlah...'

.

.

.

-THE END-

• FicQuest {Fanfic Request} •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang