Stupid Love

1.2K 96 6
                                    

Tak terasa jam pulang sekolah sudah berbunyi. Kini saatnya para murid melakukan kegiatan mereka masing-masing. Mungkin ada yang sudah berencana ingin kencan dengan sang kekasih, keluar bersama teman-teman atau mungkin langsung pulang ke rumah.

"Baiklah, pelajaran saya akhiri sampai di sini. Sampai jumpa besok."

Yoona tersenyum manis ke arah murid-muridnya, yang dibalas dengan senyuman yang tak kalah manis dari anak didiknya tersebut.

Tapi ada seorang siswa yang tak tersenyum sama sekali, ia terlihat sangat marah dan kesal melihat senyuman manis yang Yoona berikan. Dan Yoona mengetahui alasan apa yang membuat siswa itu tak tersenyum sedikit saja ke arahnya, bahkan siswa tersebut terlihat sangat tak menyukai kehadirannya saat ini.

.

***

.

Yoona merapikan buku-buku yang berada di mejanya, kemudian bersiap untuk pulang. Ia melewati koridor yang telah sepi, karena jam pulang sekolah sudah berakhir empat puluh lima menit yang lalu.

Kaki jenjangnya terus melangkah hingga berhenti tepat di samping mobilnya yang masih terparkir. Ia sedikit terkejut saat melihat seorang siswa yang menyandarkan tubuhnya pada mobil berwarna hitam itu.

"Hyungwon? Sedang apa kau di sini?" tanya Yoona heran.

Hyungwon mendengus kesal mendengar pertanyaan Yoona. "Aku ingin pulang denganmu, Noona," jawab Hyungwon singkat. Ia segera masuk ke dalam mobil sang kakak.

Memilih tak acuh, Yoona hanya membiarkan Hyungwon melakukan apa yang ia mau. Adiknya itu memang kadang susah ditebak apa maunya dan agak menyebalkan juga.

Yoona mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali ia menoleh ke samping. Dilihatnya Hyungwon yang bermain ponsel dan mendengarkan musik melalui earphone.

Hyungwon mengernyitkan dahinya ketika Yoona berbelok ke kanan. "Noona amnesia, ya? Rumah kita masih jalan terus, kenapa malah berbelok ke kanan?"

"Kau tahu tujuanku, Hyungwon." Yoona mengulas senyuman manisnya.

"Ck, dokter gadungan itu lagi, huh?" ujar Hyungwon yang memperlihatkan ketidaksukaannya pada lelaki yang menjadi kekasih Yoona sejak satu tahun terakhir.

Yoona menjitak kepala Hyungwon pelan. "Apa maksudmu dokter gadungan, huh?"

"Kau tahu maksudku, Noona," ujar Hyungwon yang senagaja menirukan ucapan Yoona tadi.

.

***

.

Setelah menempuh perjalanan hampir sepuluh menit, akhirnya Yoona telah sampai di tempat tujuannya.

Yoona menatap Hyungwon yang sama sekali tak menunjukkan pergerakan apapun. Laki-laki itu malah mencari posisis yang nyaman untuk tidur.

"Kau tidak ikut keluar?" tanya Yoona kalem.

"Aku malas bertemu dengan dokter gadungan itu," jawab Hyungwon ketus.

"Hyungwon, tidak bisakah kau berhenti memanggilnya dokter gadungan?"

"Tidak, sampai hubungan Noona dengannya benar-benar berakhir."

Hyungwon memasang earphone di kedua telinganya dan mulai memejamkan matanya. Sedikit memiringkan tubuhnya agar Yoona tak lagi mengganggunya.

Yoona mendesah pelan melihat Hyungwon yang tidak pernah mau bersikap baik pada kekasihnya. "Baiklah, kau tunggu di sini. Aku hanya sebentar," kata Yoona pelan. Ia mengusap puncak kepala Hyungwon saat mendengar gumaman tidak jelas dari laki-laki itu.

Hyungwon membuka matanya setelah kepergian Yoona, ia bahkan tidak benar-benar tidur. 'Sampai kapan kau akan merasakan cinta sepihakmu itu, Noona? Tidakkah Noona sadar bahwa dia sama sekali tak mencintaimu? Bukalah matamu, Noona. Dia hanya mencari pelarian saja. Dia sama sekali tak menganggapmu ada. Bahkan dia sering sekali mengeluarkan kata-kata kasar dan dingin padamu, tapi kenapa kau masih mencintainya juga?' batin Hyungwon, ia menghembuskan nafasnya kasar. "Tuhan, aku ingin Yoona noona berhenti mencintai dokter gadungan itu."

Hyungwon kembali memejamkan matanya. Laki-laki bersurai coklat itu tahu pasti jika seseorang yang ia sebut dokter gadungan itu sama sekali tak mencintai Yoona dengan tulus. Ayolah, bukan tanpa alasan Hyungwon berasumsi seperti itu.

Hyungwon sudah lama menyelidiki semua hal yang menyangkut dokter spesialis kanker itu tanpa sepengetahuan Yoona. Dan kebencian Hyungwon bertambah kala mendapati dokter itu bersama seorang pasien perempuan yang selalu duduk di kursi roda. Mereka berdua tampak akrab, seakan telah mengenal sangat lama, hubungannya pun tidak terlihat seperti pasien dan dokter. Seorang perawat yang juga sering bersama dengan perempuan itu mengatakan jika ada sebuah hubungan yang pernah terjalin antara perempuan itu dengan sang dokter. Dan hubungan seperti apa yang dimaksudkan itu, Hyungwon sudah dapat menebaknya sendiri.

Mungkin sikap Hyungwon tak menunjukkan layaknya adik. Tapi siapa yang peduli?

Lagipula Yoona memang bukan kakak kandung Hyungwon. Yoona hanya cucu dari kakaknya kakek Hyungwon saja. Jadi, mereka hanya saudara jauh. Tak terikat dengan hubungan darah sama sekali.

Seiring berjalannya waktu, Hyungwon jadi jatuh cinta pada Yoona. Perhatiannya, senyumannya, sikapnya, dan semua hal yang ada dalam diri Yoona begitu dikagumi oleh Hyungwon. Rasa kagum yang berujung pada rasa cinta.

Sementara itu Yoona menatap kosong ke arah mobilnya, di mana Hyungwon masih berada di dalam sana. Ia melipat tangannya di depan dada. Tarikan dan hembusan nafasnya terdengar berat.

"Kau kenapa?" Seorang lelaki dewasa meghampiri Yoona dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. Ia tersenyum kecil melihat arah pandang Yoona. "Kenapa kau tidak coba membuka hatimu untuknya?"

"Apa kau bodoh?" sungut Yoona.

"Bukan aku, tapi kau," tuding lelaki itu, "sudah jelas kau mencintainya sebagai seorang laki-laki, tapi kenapa kau malah bersikap naif seperti ini?"

Lelaki itu menunjuk kaca mobil Yoona yang terbuka dengan dagunya. Ia melihat Hyungwon sedang menatap tajam ke arahnya.

"Dia bahkan terlihat sangat cemburu padaku. Tatapannya seakan ingin membunuhku saja."

"Kau ini bicara apa?" Yoona menggerutu kesal.

"Ayolah, kau sudah dewasa. Kupikir kau bisa mengambil sikap yang tepat untuk hubunganmu dengannya."

Yoona kembali menatap ke arah Hyungwon yang tampak bosan di dalam mobil. "Dan aku sudah mengambil keputusan yang terbaik, kau tahu itu."

"Keputusan untuk memendam perasaanmu dan mengabaikan Hyungwon?" tanya lelaki itu dengan nada mencibir. "Aku tahu kakek dan nenek kalian bersaudara. Tapi kalian masih bisa bersama, 'kan?"

Menggeleng pelan, Yoona menunduk sekilas. "Tidak semudah itu. Sampai kapanpun, aku hanya bisa memandang Hyungwon sebagai adikku."

"Kenapa begitu?"

Perempuan itu menoleh ke arah dokter tampan tersebut. "Karena ibuku akan menikah dengan ayah Hyungwon." Tatapan mata Yoona menyiratkan kesedihan yang begitu dalam. "Meskipun ibuku dan ayahnya sama-sama hanya menantu, tapi negara tidak melarang mereka untuk menikah."

Ayah Hyungwon adalah menantu kakek laki-laki itu. Sedangkan ibu Yoona adalah menantu neneknya. Memang ibu Yoona dan ayah Hyungwon sebelumnya memang sudah kenal, mereka adalah teman semasa SMP.

Rencana pernikahan mereka juga sudah disetujui dan mendapatkan restu dari berbagai pihak. Hanya saja Yoona merasa sangsi sendiri. Sebab setelah pernikahan itu ia harus benar-benar bisa menganggap Hyungwon sebagai adiknya sendiri.

.

.

.

-THE END-

• FicQuest {Fanfic Request} •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang