Why Must Her?

651 75 6
                                    

"Halo, Kihyun." Seorang gadis cantik menghampiri Kihyun dengan senyuman lebarnya.

"Yeri?" Kihyun tampak tak begitu yakin dengan nama yang disebutnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pemuda itu heran.

"Aku ingin menemuimu, tentu saja," ujar gadis bernama Yeri itu riang.

"Untuk apa?"

"Aku ingin kau menjadi kekasihku lagi." Yeri memeluk Kihyun tiba-tiba dengan sangat erat. "Aku masih mencintaimu. Aku ingin kau kembali menjadi milikku."

Sejenak, Kihyun terpaku di tempatnya. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Jujur saja, kedatangan gadis itu cukup membuatnya kehilangan fokus. Sampai...

"Yoo Kihyun..."

Suara itu mengejutkan Kihyun. Segera ia melepaskan pelukan Yeri. Tubuhnya menegang saat mendapati Yoona menatap dengan pancaran mata yang tak bisa ia artikan ke arahnya.

"Kau bilang kau ingin bertemu denganku," ucap Yoona menggantung.

"Yoona, aku-" Dan Kihyun menyelanya.

"Tapi kenapa ada dia?" tanya Yoona cepat dengan nada tajam, yang tak peduli telah memotong kalimat lelaki di hadapannya.

"Dengarkan aku," lirih lelaki tampan itu, "aku akan menjelaskannya."

"Aku dan Kihyun sudah berpacaran lagi!" Senyuman lebar Yeri cukup untuk membuat Yoona menahan nafasnya sejenak. "Terima kasih, karena selama aku pergi kau menjaga Kihyun dengan sangat baik." Gadis itu bergelayut manja di lengan Kihyun. Bahkan seperti bukan apa-apa, dia menyandarkan kepalanya di pundak lelaki itu.

Yoona tersenyum sinis. "Dia bahkan selalu baik-baik saja tanpamu, Yeri," ujarnya.

Kini pandangan tajam Yoona mengarah pada lelaki yang selama beberapa bulan terakhir ini cukup dekat dengannya. "Jadi, ini yang ingin kau tunjukkan padaku, eh?"

Kihyun menggelengkan kepalanya. Ia sudah membuka mulutnya untuk mengatakan bahwa itu tidak benar. Tapi Yoona sudah lebih dulu bersuara. "Baiklah," mengangguk singkat, lalu menatap Yeri dengan senyuman tipisnya, "aku mengerti."

Sebisa mungkin Kihyun berusaha melepaskan tangan Yeri yang memeluk erat lengannya. "Ini tidak benar, Yoona. Aku tidak menjalin hubungan lagi dengan Yeri. Kau telah salah paham."

"Apa yang kau katakan, Kihyun?" Yeri menoleh cepat ke arah Kihyun. Cukup terkejut dengan ucapannya.

Tangan Kihyun menepis kedua tangan Yeri. "Hubunganku denganmu sudah berakhir. Aku tidak mungkin bisa mengulanginya lagi denganmu!" Lelaki itu berjalan menghampiri Yoona. Dan langsung mendapatkan bentuk penolakan dari gadis itu.

Yoona mundur beberapa langkah. Mengangkat tangannya. Sebagai suatu isyarat agar Kihyun tak menyentuhnya. "Jadi, kau masih mencintainya?" Yoona menyembunyikan perasaan terlukanya yang sangat mendalam. Mengulas senyuman sinis. Bentuk ejekan untuk Kihyun yang telah mempermainkannya. "Kalau kau masih mencintainya, kenapa kau mendekatiku?!" pekik Yoona kesal.

Kihyun benar-benar merasa dalam situasi yang sangat sulit. Terlalu bodoh untuknya mengambil sikap.

"Kau selalu mendekatiku. Memberikanku perhatian lebih. Senantiasa membantuku. Selalu ada setiap aku membutuhkan. Memberikan rasa nyaman padaku. Lalu apa sekarang? Yeri kembali dan kau bersamanya lagi? Lelaki macam apa kau, hah?!"

"Sungguh, Yoona. Ini semua salah paham," kata Kihyun yang mulai panik karena Yoona terlihat sangat marah padanya. Ia lalu menatap Yeri. "Kau harus menjelaskannya pada Yoona, Yeri. Jelaskan padanya kalau kau dan aku tak tidak kembali menjalin hubungan!"

"Apa yang harus aku jelaskan, Kihyun?" tanya Yeri pura-pura tak mengerti.

"Jelaskan bahwa semua ini hanya salah paham!"

"Bicara apa kau ini?"

"Cih! Aku seperti menonton drama," komentar Yoona yang jengah melihat Kihyun dan Yeri yang sedang adu mulut. "Terserahlah." Gadis itu menatap dua orang di hadapannya dengan pandangan malas. Menghela nafas, ia memberikan tatapan sarat akan luka pada Kihyun. "Apapun hubungan kalian berdua, terserah. Aku tidak peduli. Aku mau pulang."

Dengan gerakan cepatnya, Kihyun berhasil menahan Yoona yang hendak pergi meninggalkannya. "Tunggu, biarkan aku mengantarmu dan menjelaskan semuanya."

Yoona menatap lengannya yang dicekal Kihyun sebelum mengalihkan fokusnya pada lelaki itu. "Lepaskan," memberi jeda sejenak, "tanganku." Desisan tajam yang seketika membuat Kihyun terpaku. "Apapun yang kau lakukan, aku tidak peduli. Aku sudah sangat kecewa padamu, Kihyun." Sepasang mata teduh itu kini tampak begitu tajam. "Ya, seharusnya aku tidak berharap lebih banyak padamu. Aku rasa aku yang bersalah di sini. Maafkan aku yang terlalu mengharapkanmu, Yoo Kihyun."

Angin malam di musim semi berhembus. Menerbangkan helaian rambut Yoona yang terikat dengan asal. Susana tegang jelas terasa di antara mereka bertiga.

"Kau, akan selalu mengharapkan Yeri. Kau, akan selalu mencintai Yeri. Kau, akan selalu memberikan hatimu pada Yeri. Kau, akan selalu kembali pada Yeri. Pada akhirnya, aku sama sekali tidak akan ada artinya di matamu," lirihan Yoona terdengar begitu jelas. Suara gadis itu masih normal. Seperti biasa. Akan tetapi, terdengar sedikit lebih dingin. "Kenapa, Kihyun? Kenapa harus dia lagi? Mengapa harus Yeri lagi?" Raut kesedihan itu tampak nyata. "Dia yang meninggalkanmu. Dia yang mengabaikanmu. Dia berselingkuh di belakangmu." Kegeraman itu Yoona tahan semampunya. "Dan dia masih menjadi pemilik hatimu sepenuhnya?" tanyanya sinis. "Di mana akal sehatmu, huh?! Kau pandai dalam hal pelajaran, tapi kau bodoh dalam hal perasaan." Yoona memalingkan wajahnya. Menghindari tatapan sendu Kihyun yang sama sekali tak mendapatkan kesempatan dari Yoona untuk menjelaskan semuanya. "Aku minta maaf, karena aku telah mencintaimu, Kihyun. Mungkin memang takdirmu bukan bersamaku, melainkan dengan Yeri."

Kemudian Yoona berlari meninggalkan tempat itu. Kihyun tak kuasa mengejar Yoona. Sebab ia mengenal gadis itu. Yoona akan semakin marah padanya jika Kihyun nekat mengejarnya. Tapi satu hal yang pasti, Kihyun akan menjelaskan semuanya pada Yoona. Ia tidak mau berakhir dengan cara seperti ini dengan gadis yang sangat dicintainya.

"Kenapa?" tanya Kihyun lirih, tanpa mengalihkan perhatiannya pada arah di mana sosok Yoona pergi meninggalkannya. "Kenapa kau tak mengatakan kebenarannya, Lee Yeri?"

Meski sempat terkejut dengan pertanyaan lelaki di hadapannya, Yeri mencoba tetap santai. "Karena aku tidak ingin kau bersamanya."

"Tapi aku mencintainya!"

"Aku tidak peduli!"

Mereka saling berteriak. Meluapkan amarah dan emosi yang tertahan sejak beberapa waktu yang lalu.

"Kau sama sekali tidak pantas bersanding dengannya. Dia bahkan tidak ada apa-apanya. Kau bisa mendapatkan yang lebih baik dariku, tapi kenapa kau memilih Yoona? Kenapa harus perempuan itu?!"

"Karena sudah jelas aku mencintainya!"

.

***

.

Kihyun sekarang ini sedang duduk di sebuah ayunan yang terbuat dari kayu. Benar, kini ia berada di sebuah Taman Kanak-Kanak yang letaknya tak jauh dari rumah Yoona. Ia menunggu gadis itu, tak peduli salju mulai turun.

Lalu Yoona datang menghampirinya dengan sebuah payung di tanganya. Melindungi kepala gadis itu dari butiran salju yang dingin. Tak terlihat ekspresi senang atau sedih di wajah cantik Yoona. Hanya ada ekspresi dingin.

"Yoona, sungguh," Kihyun berujar serius, "aku tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan Yeri. Kumohon, percaya padaku."

"Maafkan aku, Kihyun." Yoona menatap Kihyun dengan tatapan datar. "Kita harus putus."

.

.

.

-THE END-

• FicQuest {Fanfic Request} •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang