Without a Reason

671 80 15
                                    

Seorang pria paruh baya keluar dari sebuah mobil berwarna hitam bersama dengan seorang pemuda. Istri dan anak dari pria itu menatap bingung pemuda tersebut. “Ayah, dia siapa?” tanya Yoona curiga. “Dia bukan anak Ayah dari wanita lain, ‘kan?”

“Yoona, apa yang kau katakan?!” sentak ibu Yoona. “Pertanyaan macam apa itu, huh?”

“Kau terlalu banyak menonton drama,” kata Tn. Im yang lebih mirip disebut ejekan. “Tentu saja Taeyong bukan anak Ayah, dia adalah anak teman Ayah.”

Pemuda bersurai kemerahan itu tersenyum. “Nama saya Lee Taeyong, salam kenal.” Ia membungkukan badannya hormat.

“Nah, Taeyong, selamat datang di rumah kami,” Ny. Im tersenyum ramah, “semoga kau betah di sini.”

“Terima kasih, Bibi.”

Yoona bergumam pelan sambil memalingkan wajahnya. “Sejak kapan ibuku jadi bibimu?”

“Kau mengatakan sesuatu, Yoona?”

“Ah, tidak,” sangkal Yoona. Ia menyunggingkan palsu. “Salam kenal, Lee Taeyong.”

“Bersikaplah ramah, Yoona!” tegur ayah dan ibu Yoona kompak.

“Ah, salam kenal,” ujar Yoona dengan selembut dan semanis mungkin dan diiringi dengan senyuman lebar yang terlalu dipaksakan.

.

***

.

“Maaf, apakah Bibi punya teh hijau?”

“Ada, kau ingin membuat teh?” tanya Ny. Im disertai senyuman khasnya. “Tunggu sebentar, Bibi akan membuatkannya untukmu.”

“Ah, tidak perlu, Bibi. Biar saya yang membuatnya sendiri.”

“Ibu, teh hijaunya masih ada? Aku ingin membuatnya.” Yoona yang baru saja datang dan tanpa sadar telah memotong perkataan Taeyong.

Ny. Im tersenyum penuh arti. “Kebetulan sekali kalau begitu. Taeyong juga ingin membuat teh hijau, kau buatkan sekalian, ya?”

“Apa?”

“Kalian serasi sekali!” seru Ny. Im gemas.

Wanita paruh baya itu berlalu, meninggalkan Yoona yang termangu dalam kebingungan. Yoona mendecih pelan saat menatap Taeyong yang tengah menyeringai padanya. Oh, dan Taeyong merasa semakin penasaran pada Yoona.

Menyebalkan.

.

***

.

“Menyingkirlah jika kau tak ingin kakimu patah,” desis Yoona tajam.

Taeyong tertawa pelan, tak berniat menurunkan kaki jenjangnya yang menghalangi jalan Yoona. “Dan aku akan mengatakan pada orang tuamu kalau kau bersikap tak sopan padaku,” ujarnya yang kembali menunjukkan seringai jahilnya. Kaki kanannya pun sudah ia turunkan.

“Oh, yang benar saja,” Yoona tertawa sinis, “lalu aku akan mengatakan pada mereka kalau kau berniat memperkosaku.”

Pemuda itu menatap gadis di depannya dengan aneh. “Bahasamu itu terlalu frontal, Nona.”

“Kau pikir aku peduli?”

“Hm, bagaimana jika benar aku memperkosamu? Apakau kau tetap tidak peduli?”

“Dasar! Lelaki tak tahu diri!” maki Yoona yang kemudian menendang kaki Taeyong dan bermaksud untuk kembali ke kamarnya.

 Tidak membiarkan Yoona kabur begitu saja, Taeyong mengangkat kakinya sedikit hingga menyebabkan gadis itu tersandung dan hampir saja jatuh jika saja Taeyong tak menahan tubuhnya. Wajah keduanya begitu dekat, hingga mereka dapat merasakan nafas hangat masing-masing.

• FicQuest {Fanfic Request} •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang