Information : Sempat terjadi kesalahan judul. Ini real part 4. Terima kasih.
●●●●
"AAH! APA YANG BAPAK LAKUKAN?" Teriak Aran. Tiba tiba tubuhnya bergetar, ia bimbang. Antara menggoda Devian dengan senyuman mautnya atau berteriak ketakutan layaknya seseorang hendak diperkosa. Aran bingung!
Devian masih tak bergeming, menatapi tubuh seksi Aran yang sudah tertutupi handuk lagi. Barusan--- Aran memakainya lagi.
Astaga, gadis itu sangat seksi.
"KE-KELUAR!" Bentak Aran. Suaranya sudah bergetar lantaran heran, bingung, takut, semua perasaannya campur aduk.
"Tadi Justin sendiri yang menyuruh saya untuk menyusulmu." kata Devian tanpa mengalihkan pandangannya dari tubuh seksi Aran. Tiba tiba sesuatu di balik celananya menegang keras.
"KELUAR!"
Tanpa tunggu dipinta lebih lagi, Devian langsung keluar. Pria itu masih terbayang bayang lekukan tubuhnya yang menawan, payudara bulat milik gadis itu, dan... surga dunianya. Lekukan pinggulnya... ah... astaga! Dia mulai membayangkan jalang kecilnya itu.
●●●●
Aran turun masih dengan malu-malu. Tapi memberanikan diri, dia mencoba menatap Devian yang duduk di samping ayahnya itu, Justin.
"Hei! Tadi papa menyuruh Devian naik keatas! Kau sedang apa sih? Lama sekali. Papa mau bicara dengan kalian," kata Justin. Aran duduk berseberangan dari mereka berdua. "Mau bicara apa Pa?"
Justin tersenyum. "Devian, dia Arania. Anak gadisku satu satunya. Arania Gred." kata Justin. "Dan Aran, dia Devian. Rekan papa di perusahaan. Papa mau membicarakan sesuatu yang penting buat kalian."
Aran menunduk gugup ketika Devian memandangnya tajam.
"Papa akan pergi ke Swiss selama 2 minggu untuk urusan pekerjaan. Dan kamu, Aran, papa tau, kamu akan sangat nakal kalau tidak ada yang mengawasimu. Maka dari itu, papa sudah memutuskan sesuatu." Justin menatap lekat lekat kedua orang yang berharga baginya itu.
"Papa meminta Devian untuk mengawasimu selama 2 minggu ini."
"APA?!"
Kening Justin mengernyit "Kenapa sayang? Kamu keberatan? Papa hanya tidak ingin kamu semakin berbuat seenaknya selama papa tidak di rumah. Maka, papa meminta bantuan Devian. Kamu setuju, kan, Dev?"
Devian terlihat ingin protes, tapi ia tahan. Ia tahu, tidak sepantasnya ia protes. Bagaimanapun, Justin adalah sahabatnya juga.
"Ta-tapi, Pa.."
"Tidak ada tapi-tapian, Aran. Devian saja tidak keberatan." Justin menatap galak anaknya itu. "Tanpa papa dan Devian, pasti kamu akan berbuat semaumu saja. Papa tidak mau hal itu terjadi, Aran."
Aran menghela napas lelah. "Baiklah. Kapan papa akan pergi?"
Justin tersenyum dan mengusap kepala anaknya. "Lusa. Kamu dan Devian gak usah antar papa. Papa masih punya satu permintaan lagi, boleh kan?" Justin menatap kedua orang didekatnya itu.
"Apa?" tanya Devian tanpa sadar.
"Papa mau---sangat mau kalau Devian menginap disini selama Papa di Swiss."
"WHAT THE FUCK?!"
••••
J A D E E X N
©2018
KAMU SEDANG MEMBACA
He WANTS Me
RomanceTHIS STORY IS 100% MY WILD BRAIN RESULT. DON'T COPY! Copyright ©2018 ■■■ Cerita tentang persahabatan, cinta, dan keluarga yang bisa mengajarimu berbagai hal. Salah satunya, caramu menjaga diri. ■■■ Aran, lebih tepatnya Arania Gred. Seorang perawan...