Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GADIS itu sampai dirumah pukul 9 malam, ia mencoba melupakan ketakutan & kegelisahannya dengan jalan-jalan bersama kedua sahabatnya itu. Aran benar-benar tak tahu, kepulangannya yang sedikit larut itu malah akan membangkitkan emosi Dev.
Aran berjalan mengendap-endap, tapi tiba tiba pinggangnya dipeluk dari belakang. Astaga---Aran sampai ingin jantungan.
"AAA!!!" teriak Aran sekencang-kencangnya.
"Ssh... untuk apa teriak-teriak, Sayang. Toh tujuanmu untuk menggodaku juga." Devian mengecupi leher Aran membuat mata Aran menggelap bergairah, sedangkan tubuhnya bergetar. Antara berteriak ketakutan menolak Dev, atau justru memuaskan pria itu.
"Hmmmh... stop it... hh.."
Aran mendesah pelan ketika tangan Devian mulai meraba payudaranya yang mengeras. Pria dewasa itu dengan cepat membalikkan tubuh Aran dan mencium bibirnya. Tiba-tiba Aran tersentak, menyadari sesuatu.
Devian mabuk. Tapi Aran terlanjur menikmati semua sentuhan Dev di tubuhnya. Apakah ini saatnya meleburkan seluruh gairahnya yang selama ini tertanam hanya karena melihat pria itu? Aran bimbang.
"You look beautiful in that outfit, but you no longer need it." Bibir Dev merayapi bagian dada Aran, namun belum sampai ke payudaranya. Aran meremas rambut coklat tebal milik Dev, mendesah penuh nikmat.
"He-hentikan... ahh..." pekik gadis 17 tahun itu.
"Aku mohon---hentikan!" Aran mendesah nikmat ketika jari kasar Dev merambati lengannya, menurunkan lengan bajunya. Namun Dev tak merespon. Pria itu masih tetap menghujani tubuh atas Aran dengan ciuman-ciuman panas sekaligus meninggalkan beberapa bekas merah disana.
"P-please, stop it... hhh..."
Mata Aran berkabut, namun logika masih ditempat. Gadis itu mendorong tubuh Dev keras-keras. "Bastard!" Dengan sedikit mendesah, gadis itu bangkit dan membenarkan pakaiannya. "Pria mabuk tak tahu diri!"
●●●●
Aran menatap Devian yang duduk dihadapannya saat ini. Mereka sedang sarapan bersama, sesuatu yang dipinta Aran pagi ini.
"Aku benar-benar minta maaf, aku mabuk semalam. Tenang saja---aku tidak akan menyentuhmu lagi."
Entah kenapa, perasaan kecewa menyelip di hati Aran, bersamaan dengan perasaan leganya. 'Dev tak akan menyentuhku lagi? Apa aku kurang menggairahkan?'
Sampai akhir hari itu, Aran masih bingung dengan perasaannya. Antara marah, atau senang karena Dev tak akan memanjakannya dengan kenikmatan tiada tara itu lagi.