Haii!! Jangan lupa klik bintang kecilnya, yaaa! 🌟🌟🌟
Happy reading! 🌹
_______________________Nathan mencintainya.
Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Dan setiap Aran mengingat kata-kata itu, pipinya selalu bersemu.
Nathan kecilnya. Tak pernah dibayangkannya kalau ternyata Nathan kecilnya sekarang sudah tumbuh hingga setampan ini. Aran tak pernah membayangkannya sebelumnya.
Deringan di ponselnya membuyarkan semua pikirannya.
Nathan Alexandro.
Aran segera mengangkat panggilan itu dengan cepat. "Halo? Aran?"
Senyum Aran mengembang lebar. "Iya, aku Aran. Ada apa meneleponku, Nathan?"
Terdengar suara kikikan kecil disana. Ya, Nathannya tertawa. "Aku mau mengajakmu jalan, baby. Aku jemput sebentar lagi, tanpa penolakan."
Belum sempat Aran berbicara, Nathan segera memutuskan sambungan telepon itu, membuat Aran gusar sendiri. Tak ayal, gadis itu tertawa pelan juga.
Pintunya diketuk, dan Aran segera membukanya. Daddy-nya, Justin Gred.
"Ada apa, Dad?"
Justin menghela napas sebentar, lalu berucap, "Devian menunggumu dibawah, Nak."
Aran terpaku. Ia tersenyum dan mengecup pipi Justin. "It's okay, Dad. Aku turun ya."
Aran segera turun, tanpa mau membicarakan apapun pada Justin lagi. Dia yakin, pasti Justin akan segera mencekalnya dan bertanya-tanya lagi padanya. Dan, Aran sudah bosan dengan semua itu. Toh, memang dia sudah menerima Devian.
Hati Aran bergetar memikirkannya. Menerima Devian? Ya, mulutnya melakukan itu. Tapi, apa benar hatinya menerima Devian?
Sementara kakinya terus berjalan menuruni tangga, otaknya masih terus sibuk berpikir.
Nathan atau Devian.
Dia mencintai Nathannya, namun ia tak akan lepas dari Devian sebelum yang pria itu mau.
Pemikirannya itu malah menyakiti hatinya sendiri, tanpa sadar, Aran mengusap pipinya. Menyiapkan hati untuk bertemu dengan Chayton.
"Aku bertemu denganmu bukan untuk melihat wajah terpanamu itu. Aku kesini untuk mengajakmu jalan." Ucap pria itu dingin, membuat Aran terdiam.
Devian mengajaknya jalan-jalan?
Mengapa Aran berpikiran bahwa pria itu sudah mulai menyukainya?Pemikiran itu membuat wajah Aran semakin memerah.
"Jangan berpikir macam-macam. Aku mengajakmu agar orang-orang semakin mempercayai hubungan kita. Jangan berharap terlalu tinggi."
Aran merasa, kalimat yang baru diucapkan oleh Devian itu sangat menohok hatinya. Dan satu lagi, Aran merasa kalimat itu adalah kalimat paling panjang yang pernah diucapkan Devian.
Devian segera meraih tangan Aran, meskipun Aran segera menepis tangan itu.
"Aku sudah ada janji dengan Nathan. Aku tak bisa ikut denganmu, Sir."
Rahang Devian mengeras, wajahnya terlihat marah, sangat marah. Ekspresi itu membuat hati Aran sedikit gentar karena takut.
"Saya tidak bertanya kau ada janji dengan siapa. Saya sudah bilang bukan, saya mengajak kamu jalan. Bukan untuk bertanya kau ada janji dengan siapa. Saya tidak peduli kau bisa atau tidak."
Aran mengeraskan hatinya. Karena sejujurnya, dia juga merasa ingin mengikuti Devian, meskipun hanya sebatas drama.
Yes, these are his drama...
________________
Hello! I hope you like it, guys!
Gimana menurut kalian tentang part ini? Maaf lama nggak update 😶 Ren kan gak jomblo 😝😝😝
Best regard,
Aurora Black
KAMU SEDANG MEMBACA
He WANTS Me
RomanceTHIS STORY IS 100% MY WILD BRAIN RESULT. DON'T COPY! Copyright ©2018 ■■■ Cerita tentang persahabatan, cinta, dan keluarga yang bisa mengajarimu berbagai hal. Salah satunya, caramu menjaga diri. ■■■ Aran, lebih tepatnya Arania Gred. Seorang perawan...