Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Information : Sempatterjadikesalahanjudul. Ini real part 5. Terimakasih.
●●●●
"Pa, Aran mau ngomong sama Papa." Aran mendekati ayahnya yang sedang mengemasi barang-barangnya. Justin mengenyit tanpa mengalihkan pandangannya dari tumpukan baju-baju yang telah ia siapkan.
"Ngomong apa?" tanya Justin.
"Pa, Aran bener-bener gak mau tinggal sama Pak Devian, pa. Aran gak mau, Aran takut. Please, pa, dengar Aran."
Justin menghela napas, lalu bergerak mendekati Aran. Memeluknya erat, membuat Aran mengalirkan air matanya di pelukan hangat sang ayah. Justin balas memeluk Aran, mengusap-usap kepala anak gadisnya itu.
"Ran, cuma Dev satu-satunya sahabat papa. Tolong, Aran, mengerti keadaan papa saat ini. Papa ingin yang terbaik."
Aran menghela napas. "Baik kalau itu mau papa. Aran gak akan mau tau, kalau terjadi sesuatu. Sungguh!"
●●●●
Entah kenapa, waktu berjalan begitu cepat. Waktu kepergian Justin sudah datang, tanpa Aran bisa melakukan sesuatu untuk merayu ayahnya itu.
"Ran, papa pergi ya." Justin memeluk anak gadis satu-satunya itu dengan erat. Sang anak pun balas memeluk erat Justin, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Justin. Justin mengecup lembut kepala anak itu.
"Aran bakal kangen sama papa."
Justin tertawa pelan. "Papa juga. Jaga diri baik-baik. Jangan nakal. Harus bisa diatur sama Devian. JANGAN BANDEL! Ingat itu." Aran mengangguk. "Love you dad." "Love you too, baby." balas Justin lembut.
Justin beralih mendekati Devian yang berada dekat mereka. Menepuk sekilas pundak pria dewasa itu. "Tolong jaga anakku baik-baik. Aran, gadisku satu-satunya. Aku terlalu mencintainya. Aku tau kau bisa menjaga gadisku baik-baik. Aku percaya padamu, Dev. Aku mohon, jaga anakku."
Devian mengangguk meski sempat terbersit keraguan di hatinya. "Pasti. Aku akan menjaga Aran."
Justin tersenyum. "Terima kasih. Terima kasih. Aku janji, this is the last one." Dev mengangguk dan tersenyum.
"Baiklah. Aran, papa masuk ya? Peluk sekali lagi?"
Aran berlari memeluk Justin dan pria itu menggendong anaknya, mengecupi dahinya. "Take care, honey. Papa nggak akan lama."
Justin melepas gendongannya, membuat Aran dengan sigap menegakkan kakinya yang sempat terlipat di pinggang sang ayah.
"Doakan aku baik-baik saja, dad."
●●●●
Aran benar-benar berusaha melupakan gairahnya dengan Devian. Untuk itu, dia mencoba mendekati Anwar Gigih, most wanted di sekolahnya. Tampan? Biasa saja sih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Ket. visualisasi : Sebastian Moy)
Aran benar benar gigih mendekati Anwar. Pasalnya, dia benar-benar ingin melupakan Devian. Seperti contohnya saat ini. Makan berdua di kantin, hanya berdua! Pertama kalinya bagi Aran. Maksudnya---pertama kalinya dia duluan yang memulai.
Aran tak sadar, mendekati Anwar adalah pilihan yang buruk.