Bagian 3 - Rasa

13.8K 1.8K 34
                                    

"Sebenarnya takdir tidak bekerja seperti itu, nyonya. Tapi ada satu atau dua orang di dalam keturunan klan yang akan merasakan itu. Contohnya seperti tuan Baekhyun. Mengenai pasangan yang telah terpilih ini, sebenarnya karena keduanya sama-sama kuat di posisi mereka. Lalu di antara kedua orang itu maka dipilihlah salah satu sebagai carier. Dan di posisi ini, tuan Baekhyun lah yang mendapatkan tempat itu."

"Heol." Krystal mengeluh kemudian menajamkan pendengarannya lagi dari balik dinding bersama para sepupunya yang lain. Mereka orang-orang yang di suruh pergi dari tempat diskusi karena mereka tidak boleh mengetahui hal ini lebih dulu. Namun dengan bodohnya mereka justru menguping secara diam-diam.

"Para nyonya dan tuan yang ada di sini pasti tidak menunjukkan hal-hal semacam itu kan? Itu artinya kalian 999 berbanding 1000 orang, sedangkan tuan Baekhyun adalah 1 berbanding 1000 dari anggota klan tadi. Jika saya boleh mengatakan, srbrnarnya ini adalah takdir yang telah dipilihkan untuknya. Takdir yang akan membuat hubungan mereka saling bergantung kepada satu sama lain. Jika kita yang tak memiliki tanda itu seperti itu akan menebak-nebak apakah kita benar-benar berjodoh dengan pasangan kita sekarang, maka tuan Baekhyun sebaliknya. Ia dan mate-nya telah dipilihkan kepada satu sama lain dengan konsekuensi yang harus mereka terima jika saling menolak. Saya sejujurnya merasa senang walaupun sepertinya keluarga kalian tidak begitu bahagia dengan kondisinya, kejadian seperti ini cukup langka dan jika berada di jalan yang benar seharusnya hidup tuan Baekhyun akan selalu baik-baik saja."

Nyonya Byun meneteskan air matanya ketika mengetahui hal itu dan tuan Byun yang mengerti kesedihan perempuan itu segera memeluk istrinya dengan elusan lembut dipunggungnya. Nyonya Byun takut kalau Baekhyun tidak mau menerima kondisinya sendiri. Ia tak mau Baekhyun kecewa karena putrnya telah berharap terlalu banyak di saat takdir berusaha mempermainkannya dengan sangat rapi. Dia tidak kecewa pada Baekhyun, dia hanya kecewa pada tuhan karena telah membuat putranya merasa lebih tersakiti lagi.

•••••

Pukul sembilan pagi. Seharusnya semua orang telah pergi bekerja hari ini. Tapi Baekhyun masih bertahan diranjangnya dengan pakaian yang melekat sejak beberapa hari yang lalu.

Setelah banyak orang yang membujuknya untuk keluar dari sana, mereka akhirnya menyerah karena Baekhyun benar-benar tidak mau mendengarkan ucapan mereka. Juga hari ini mungkin rumah akan kosong seperti kemarin karena mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Maka dari itu Baekhyun mulai beranjak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang melemah. Dia baru ingat dia tidak menelan apapun sejak hari itu. Ah, harinya benar-benar kacau karena masalah ini.

Setelah rapi dengan kemeja longgar dan celana pendeknya yang tertutupi baju kebesaran itu, Baekhyun akhirnya keluar dari kamar dan berjalan kearah dapur dengan langkah pelan. Jujur saja dia benar-benar lemas, dia merasa menyesal karena tidak mau menelan semua makanan yang dibawakan oleh keluarganya dan berakhir seperti ini. Sekarang justru dia yang susah sendiri.

Maka dari itu Baekhyun memutuskan untuk memasak hal yang paling mudah di dunia ini, ramyeon. Setidaknya untuk mengganjal perutnya sebelum ibunya pulang dan memberikannya asupan yang bergizi.

Namun ketika baru saja dia hendak memanaskan air, suara bel mengusiknya membuat Baekhyun segera menghentikan semua pekerjaannya tersebut.

Rumah besarnya memang tidak pernah dijaga oleh pembantu, hanya ada beberapa satpam dan itup un berada di gerbang paling depan kawasan rumah mereka. Semuanya karena biasanya rumah ini tak pernah sepi, dan orang-orang di rumah utama lebih mendahulukan merawat seisi rumah dari pada harus menggunakan jasa pembantu rumah tangga.

Jadi karena itu dia mulai berjalan ke pintu dan membukanya dengan cepat.

"Selamat pagi. Saya perwakilan dari Klan Phoenix ingin menyampaikan perihal penting kepada Klan Aegle." lelaki tinggi yang mengingatkan Baekhyun pada seseorang itu membuatnya tanpa sadar memegang tanda ditengkuknya dengan sangat gugup. Entah kenapa, tapi dia mencoba untuk bersikap setenang mungkin.

"Masuk lah." Baekhyun tersenyum kecil kemudian menuntun pemuda itu untuk duduk di kursi tamunya. Sejak tadi Baekhyun sibuk memperbaiki kerah bajunya agar menutupi tanda itu dari salah satu orang Pohenix tersebut. "Ingin ku buatkan sesuatu? Kau ingin minuman apa?" tanya Baekhyun terlihat ramah namun pemuda itu justru meringgis kecil karena merasa merepotkan tuan rumah.

"Tidak perlu, saya hanya ingin menyampaikan undangan. Ayah saya, Mr. Park Yoon Jae meminta saya secara langsung untuk menyampaikan berita menyenangkan dari keluarga kami. Kakak laki-laki saya, Park Chanyeol, akan mengadakan upacara pernikahan di kediaman mempelai wanita. Saya Park Chanwoo selaku anggota keluarga berharap banyak untuk kedatangan Klan Aegle keacara bahagia kami."

Bibir Baekhyun seakan gugup dan tangannya entah kenapa tiba-tiba bergetar membuat Chanwoo yang melihatnya menaikkan alisnya bingung.

"Mm.. maaf tuan Byun, kau tak apa?" tanya Chanwoo yang terlihat khawatir karena lelaki manis dihadapannya ini terlihat sedang tidak dalam kondisi yang baik dari rautnya. "Apa perlu kupanggilkan dokter?"

"Ah, anni." Baekhyun menggeleng cepat kemudian memaksakan senyumnya kepada pemuda dihadapannya itu. "L-lagipula jangan panggil aku seperti itu. Umur kita tidak berbeda jauh, kan? Hyung. panggil Baekhyun hyung saja. Kebanyakan anggota klan lain yang lebih muda memanggil ku seperti itu."

Baekhyun menampakan senyum manisnya dan entah kenapa hal itu membuat Chanwoo ikut tersenyum lembut.

"Baik lah, Chanwoo-ya, tolong katakan kepada keluarga mu kalau undangannya sudah kami terima dengan baik ya? Kami akan berusaha hadir di acara pernikahan hyung mu. Semoga semuanya berjalan dengan lancar."

Baekhyun berkata tulus, sangat tulus, sampai dia merasa bahwa dadanya merasakan beban entah karena apa. Aneh sekali, padahal dia belum tentu tahu siapa pasangannya yang sesungguhnya dari Klan Phoenix tersebut. Tapi mengapa rasanya sakit sekali ketika dia mendengar kabar pernikahan ini?

"Baiklah hyung, aku permisi undur diri dulu. Aku perlu mendatangi rumah keluarga yang lain."

"Ya. Berhati-hati lah di jalan, Chanwoo-ya. Terima kasih banyak untuk undangannya."

•••••

Baekhyun menutup pintu kamarnya dan berjalan ke arah cermin dikamarnya setelah kepergian Chanwoo. Lelaki itu mencari ponsel di kantung celananya kemudian menghidupkan option kamera di dalam sana. Mencoba mencari tahu bagaimana rupa tanda miliknya tersebut dengan memotretnya.

Setelah bersusah payah mendapatkan fotonya Baekhyun pun duduk diranjangnya yang berhadapan langsung dengan cermin besar dilemarinya. Dia mulai membuka galerinya dan memperbesar gambar itu dengan penasaran.

Phoenix. Seperti yang semua orang bilang kalau tanda ini berupa Phoenix. Lambang klan api yang sangat agung. Klan yang memiliki posisi teratas di antara seluruh klan yang ada. Klan api yang memiliki lambang Phoenix dengan warna merah sebagai khas mereka. Berbeda dengan klan cahaya yang memiliki lambang matahari dengan warna silvernya.

Namun kasus seperti Baekhyun berbeda, ditengkuknya Baekhyun memiliki lambang Pohenix yang khas tetapi warna yang dimilikinya berasal dari klan Aegle-klannya, dan warna itu terlihat berkilauan dengan sangat cantik. Lambang yang tak pernah Baekhyun lihat sebelumnya.

Entah kenapa Baekhyun tidak bisa membenci itu semua sekarang. Walau pun dia sempat merasa putus asa dan merasa tak adil akan hidupnya, tapi perlahan-lahan dia mulai terbiasa dan mulai menerima posisinya.

Sekarang dia hanya merasa bersalah kepada orang tuanya karena tidak bisa menjadi seperti yang mereka inginkan selama ini. Dia sudah berusaha keras untuk menjadi pemimpin terbaik. Melangkahi para hyungnya dan menjadi andalan Klan Aeglenya. Tapi segalanya mendadak musnah ketika hari di mana ia mendatangi acara malam itu.

Apakah jika dia tidak pernah ke sana dia masih bisa menunggu tanda klan Aegle lahir padanya suatu hari nanti? Apakah itu bisa terjadi? Sekali pun dia perlu menunggu bertahun-tahun lagi, Baekhyun janji dia tak akan mengeluh lebih banyak. Dia sudah bertahan selama ini, maka dia pun pasti bisa mengatasi semuanya dengan mudah.

Baekhyun menghela nafas panjang.

Tapi kenapa rasanya sedikit tak adil? Setelah sekian lama ia berjuang, kenapa harus seperti ini seakan-akan harapannya harus musnah semudah itu?

•••••

TBC.

Time To Turn [ChanBaek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang