Ali gelisah setelah pesan terakhirnya tak dibaca oleh Bela. Padahal ia harus merengek dulu meminta nomor Bela dari Liza. Untung ada adegan haru biru yang membuat Liza mengikhlaskan nomor sahabatnya. Bayangan wajah jijik Bela ketika memandangnya setelah tragedi Yosi terus menghantuinya. Padahal jelas itu tak mungkin karena Bela sendiri lebih memilih memendam dan tentunya tak mau begitu saja menjudge orang.
Ali memang memiliki masa lalu yang bisa dibilang gak baik. Tapi Bela berusaha menghargai niatnya berubah entah apapun niat awalnya, yang pasti Ali sedang berjalan tertatih dalam wacana berhijrahnya dan Bela selalu mendoakan untuk keistiqomahannya.
Hari ini Ali sengaja mengambil libur kerja. Ia berusaha keras menyelesaikan revisinya dengan harapan mendapat ACC dari dosen pembimbingnya dan siap untuk dipresentasikan. Ya Allah sungguh Ali bener-bener jungkir balik untuk menggapai si sholeha idamannya itu. Setelah adegan drama semalam Liza akhirnya mau membantu Ali untuk merevisi ulang coretan-coretan dari dosen pembimbing.
Berkali-kali Ali melirik ponselnya. Anteng tak ada pergerakan atau tanda-tanda pesan masuk. Hatinya resah benar-benar resah. Bahkan harusnya dia berkonsetrasi fokus pada laptop tapi matanya seolah tertarik pada ponselnya.
"Astaghfirullahhaladzim....gimana bisa fokus kalau hati ketar-ketir."
Kedua tangannya meraup rambutnya menyisirnya kebelakang.
"Ya Allah tolong hamba." ucapnya lirih.Ali kembali menekuri laptopnya. Baru beberapa kalimat ia menghentikan tarian jarinya pada keyboard. Diam sejenak lalu ia memutuskan menyudahi kegiatannya. Ini tak bisa dibiarkan, kalau seperti ini terus kondisi hati dan pikirannya semua akan makin semrawut. Kerja gak akan bener bikin skripsipun gak akan beres. Akhirnya berbekal tekad baja ia memutuskan pergi menemui Bela di kampus. Se bodo amat dengan reaksi Bela nanti yang penting dia harus menjelaskan sejelas-jelasnya. Dan juga......kalau bisa sekalian tembak dorrrr....itu juga kalo dia gak lemas duluan.
Dengan sedikit berlari Ali menuruni tangga di rumahnya. Namun langkahnya harus terhenti saat matanya melihat seorang perempuan yang selama ini ia hindari sedang bercipika cipiki dengan mamanya yang sepertinya juga baru datang dari perjalanan yang entah dimana.
"Ehhh...tu Ali kebetulan banget....hei sayang ini ada Yosi." ucap mamanya kemudian menggandeng Yosi untuk duduk.Ali hanya diam terpaku di tempatnya kini berdiri. Matanya memutar jengah disaat hatinya resah karena sesuatu yang diakibatkan Yosi kini malah dengan tak tau dirinya dia datang ke sini. Ali mengurut dadanya dalam hati ia berucap doa.
"Ya Allah semoga hamba tidak meledak kali ini...semoga sabar bisa menolong keluar dari situasi ini."
Lamunan Ali berakhir saat mendapati interupsi dari mamanya.
"Sayang kok diem aja sih, ini Yosi...gimana sih?"Ali mengerjab, dengan langkah berat akhirnya Ali mau menghampiri Yosi yang sejak tadi telah memasang senyum lebarnya. Ali masih berdiri ia serasa enggan untuk duduk.
"Hai Yos,,, ada perlu apa ya?" ucap Ali dingin.
"Ishhh...duduk dulu sayang gak sopan banget. Mama tinggal dulu ya...have fun dear...."
Mama Renata melenggang meninggalkan Ali dengan Yosi di ruang tamu, sebelum berlalu ia menyempatkan berbisik pada sang putra.
"Pantes ngebet nikah calonnya cantik gitu."
Ali menegang ingin rasanya menyangkal namun sia-sia karena ini belum waktunya.Ali memilih duduk di sofa yang jauh dari Yosi, sorot matanya yang dingin hanya ia berikan sekilas pada Yosi. Lebihnya ia memilih memandang lurus dan sesekali menunduk untuk menjaga pandangannya. Cieeee...Ali udah bisa jaga pandangan.
"Kamu kenapa sih sayang kok dirasa-rasa kamu berubah gitu. Udah gak lagi kumpul ma kita-kita. Trus kenapa sih nunduk-nunduk segala. Lihat aku sayang..." ucap Yosi setengah merajuk."Sudahlah Yos lo tetep duduk di situ aja deh. Jangan deket-deket." tukas Ali saat melihat pergerakan Yosi yang akan mendekat. Yosi mendengus kesal namun ini bukan saatnya emosi. Pastinya ia harus menjadi cewek baik untuk dapetin Ali.
"Ishhh kok gitu sih aku tersinggung lho sayang,aku udah dandan cantik gini masa dianggurin.
"Yos gue gak ada waktu buat ladenin lo, ada perlu apa sih ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
SpiritualSeorang pria yang hanya ingin menikmati dunia, tanpa sedikitpun tertarik mempelajari ilmu akhirat harus menerima bahwa hatinya telah jatuh pada seorang wanita yang selalu menjaga kesucian dan menjunjung tinggi ajaran agamanya. Lalu apa usaha pria it...