"Walaikumsalam Ali."
Yosi segera membalikkan tubuhnya. Namun yang terjadi adalah benar-benar jauh dari perkiraannya. Dalam pikirannya Ali akan datang sendiri, setelah dengan berani ia meminta atau lebih tepatnya sedikit memaksa Bela untuk mau berbagi suami. Dengan merengek dan mengadu pada Bela seolah dialah wanita yang paling menderita di dunia ini. Ia berharap itu mampu memenuhi keinginannya mendapatkan sedikit tempat di hati Ali. Tapi itu semua terjawab saat ini, mungkin Bela yang notabene seorang gadis polos yang pastinya selalu merasa tak tegaan terpengaruh olehnya. Entah dengan Ali yang kali ini datang tidak sendirian. Ali datang bersama dengan papanya.Namun ada gelitikan rasa bahagia saat ia meyakini jika Om Hendrawan demikian ia memanggilnya akan melamarnya untuk Ali.
"Apa kabar Yosi?" sapa Hendrawan saat Yosi hanya diam terpaku menatapnya.
"Ohhh...Alhamdulillah baik. Om sendiri apa kabar?"
"Alhamdulillah seperti yang Yosi lihat, sehat."
Setelahnya mereka duduk dalam satu meja. Ali duduk di samping papanya yang tepat berada di hadapan Yosi.
"Ehhhmmm...Yosi, Om disini mau ikut meluruskan masalah kalian."
"Ehh...apa gak sebaiknya kita pesan dulu." potong Yosi dengan suara bergetar karena gugup.
"Makasih sebelumnya, kita gak punya banyak waktu Yos."
Giliran Ali berkata dengan cukup tegas yang mau tak mau membuat Yosi semakin gelisah. Mencoba menerka-nerka apa yang akan terjadi.
"Yos,,,saya gak tau apa yang telah kamu ucapkan pada istri saya, sehingga tiba-tiba saja dia meminta saya untuk nikahin kamu." ucap Ali datar.
"Bukankah tak terjadi apa-apa diantara kita saat itu? Sungguh saya murni tulus menolongmu tanpa maksud apa-apa. Hanya saja karena kelalaian saya hingga ketiduran jadi saya abai terhadap istri saya sendiri dan saya akui itu salah." lanjutnya.
"Li, apa salah jika aku ingin bahagia? Apa salah jika akupun ingin memiliki suami yang baik yang bisa menjadi penuntunku?" balas Yosi lirih. Wajahnya tertunduk dalam tak berani menatap wajah di depannya.
"Aku hanya meminta sedikit berbagi dengan Bela, tidak banyak." lanjut Yosi yang mulai mengangkat wajahnya. Mencoba membalas tatapan di hadapannya dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu salah jika meminta pada Bela karena dia hanya manusia biasa. Mintalah pada Allah Dzat yang Maha mengabulkan doa."
"Tapi yang aku mau kamu Li." ucap Yosi yang mulai tersulut emosi.
"Tapi saya gak bisa, dan saya mohon kamu mengerti. Dan satu lagi jika kamu ingin benar-benar berhijrah luruskan niatmu dengan tujuan ridho Allah bukan karena seorang makhluk."
Hendrawan yang sedari tadi hanya diam melihat pembicaraan mereka berdua akhirnya mulai bersuara.
"Yos, Om tau apa yang sedang kamu alami, kami akan membantumu semampu kami."
"Tapi Yosi cuma ingin Ali Om. Gak sepenuhnya, hanya sedikit berbagi dengan istrinya." potong Yosi cepat.
"Saya gak bisa Yos....tolong jangan paksa saya. Saya akan bantu apapun asal tidak dengan menikahimu. Maaf saya benar-benar minta maaf."
"Pah,,Ali rasa cukup penjelasan ini. Sekarang giliran saya memberi pengertian pada istri Ali."
Hendrawan mengangguk lalu berdiri. Sebelum pergi Hendrawan menyempatkan berpesan pada Yosi.
"Luruskan niatmu Nak...sungguh jika semua karena Allah segalanya akan terasa mudah. Yuk Yosi kami antar pulang, kasian kamu harus banyak istirahat. Biar kandunganmu juga sehat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
SpiritualSeorang pria yang hanya ingin menikmati dunia, tanpa sedikitpun tertarik mempelajari ilmu akhirat harus menerima bahwa hatinya telah jatuh pada seorang wanita yang selalu menjaga kesucian dan menjunjung tinggi ajaran agamanya. Lalu apa usaha pria it...