My Lover-9

1.3K 147 16
                                    

Keesokan harinya Sandra mengajakku jalan-jalan. Dengan jumpsuit pendek berwarna biru dongker pinjaman Sandra, aku akhirnya diseretnya untuk menemani berbelanja. Sebenarnya Andrea yang ingin belanja, aku dan Sandra bertugas; kalau bukan untuk menjaga Vivian ya bertugas membawakan barang belanjaannya.

Hampir seharian kami menyusuri mall. Dari supermarket, butik hingga food court. Kalau bukan mengingat Vivian yang butuh istirahat, mungkin Andrea masih tetap mengajak kami berjalan ke sana kemari mencari entah apa, menghabiskan uang suaminya yang seorang pemilik bengkel besar di kota ini.

Sepulangnya dari mall, Andrea mengajak kami ke apartemennya. Ia memang tinggal di apartemen sejak menikah dengan Thomas. Seminggu ini saja ia terpaksa menginap di rumah orang tuanya karena ditinggal suaminya pergi keluar pulau untuk urusan bisnis.

Hari sudah sore ketika kami sampai di unitnya. Aku membantu menata bahan-bahan makanan di dapur sementara Sandra menemani Vivian di ruang tengah. Andrea sendiri sedang menyiapkan air hangat untuk memandikan Vivian.

Selesai menempatkan, daging, buah dan sayur ke dalam kulkas, aku beranjak ke ruang tengah. Hanya ada Sandra di sana. Mungkin Andrea sudah membawa Vivian untuk dimandikan.

"Pulang sekarang?" tanyaku pada Sandra yang tiduran di sofa.

"Tunggu sebentar lagi. Andrea akan menyuapi Vivian lalu mandi. Setelah itu kita pulang. Thomas pulang nanti malam."

Aku mengangguk lalu duduk di sofa tunggal di dekat sofa tempat Sandra berbaring. Memutuskan untuk mengecek ponselku, kulihat nama Joshua dan Ben di pesan WhatsApp. Itu membuatku teringat sesuatu.

"Kamu tahu tidak kalau Josh kembali ke sini enam bulan lalu?" tanyaku pada Sandra.

"Tahu," Sandra menjawab dengan ringan sambil memainkan ponsel miliknya.

"Kenapa kamu tak menceritakan hal itu padaku?"

"Untuk apa? Kamu sudah punya Ben saat itu."

Aku mendengkus. "Kamu tahu saat itu aku belum menjalin hubungan dengan Ben."

Sandra langsung terduduk tegap. Kakinya bersila di atas sofa. Ia memangku ponselnya.

"Jangan bilang kamu berniat untuk mengejar Josh lagi!" Sandra memandangku dengan mata menyipit penuh selidik.

"What?! No!"

"Lalu? Kenapa kamu terlihat marah seperti itu?"

"Aku tidak marah. Aku hanya tanya kenapa kamu tidak menceritakan kalau Josh kembali ke sini."

"Does it really matter? Kamu punya Ben sekarang."

"Iya. Tapi kalau kamu memberi tahuku enam bulan lalu semua jadi berbeda dan-"

"Nah! Kan! Kamu memang berniat untuk mengejar Josh lagi kan?"

Mataku mengerjap. Mulutku membuka dan menutup tanpa ada kata apapun yang mampu kuucapkan. Itu membuat Sandra mendengkus kesal.

"Lana, dengar, kamu punya kekasih sekarang. Ben. Dia pria yang baik. Demi Tuhan, aku bahkan rela menukar Antony dengan seorang lelaki yang mau mengobrak-abrik koleksi lagu lawasnya untuk bisa dinyanyikan padaku. Lana, pria itu jatuh hati padamu. Dia jatuh cinta padamu!"

Aku baru mau membalas ucapan Sandra ketika ponselku berdering. Nama Oma tertera di sana, ibu dari ayahku. Aku melirik ke arah Sandra yang juga menatapku. Kemudian ia membuang muka seolah membiarkanku untuk menjawab panggilan ini.

"Hallo?"

"Hallo? Lana? Kamu dimana, nak?"

"Aku? Aku sedang di rumah teman. Ada apa, oma?"

Iliana's Lover [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang