My Lover-14

1.5K 164 26
                                    

Hal pertama yang kulakukan setelah mengunci diri di kamar adalah meraih laptopku lalu membuka situs lowongan pekerjaan. Aku sungguh-sungguh dengan perkataanku. Kalau ayah memang tetap menginginkan Diana dan menganggap aku sebagai pengusik kebahagiaannya, aku akan mundur. Ayah tak membutuhkan pendapatku untuk memiliki Diana. Maka akupun tak membutuhkan pendapatnya untuk mencari pekerjaan.

Tiga minggu kemudian aku mendapatkan undangan wawancara kerja sebagai resepsionis di sebuah perusahaan. Jadi di sinilah aku sekarang; menghadapi dua orang pria dan satu wanita dengan penampilan khas orang kantoran yang tak bisa tersenyum sama sekali. Sudah sekitar dua puluh menit aku diguyur dengan pertanyaan-pertanyaan klasik dan menjebak. Aku beruntung pernah mempelajari ini semua sewaktu masih kuliah. Kurasa semua berjalan dengan baik.

"Well, one last question, Lana," ucap seorang wanita akhir empat puluhan yang duduk di tengah. Kacamata berbingkai oval miliknya entah mengapa semakin menunjang tatapan tajamnya. Aku merasa terintimidasi. "Your name is Iliana Ardham Avatara." Aku mengangguk. "It's similar with the owner of Finger Licking Food & Resto. Are you related to him or something?" Aku menarik napas tajam saat pertanyaan semacam itulah yang kudapat sebagai penutup wawancaraku. "Because if you are, then I have another question for you."

Aku gugup tentu saja. Namun aku menolak untuk menunjukkannya. "No, it's just a coincidence."

"Are you sure?"

"Yes..." jawabku hampir kehabisan napas.

Lama kami terdiam, saling pandang. Mereka seolah sedang menelanjangiku, mencari kebenaran dari jawabanku.

"Well, okay. You may go."

"Thank you." Aku tersenyum tipis pada ketiganya lalu beranjak keluar dari ruangan itu. Sekarang aku tinggal berdoa semoga saja aku diterima kerja di sini. Semoga perusahaan ini mau menampung lulusan yang bukan fresh graduate tapi tak memiliki pengalaman kerja yang sesuai.

***

"Maaf aku terlambat." Aku mendongak dari ponsel dan mendapati Sandra menghempas duduk di kursi yang ada di seberangku. "Ada sedikit masalah dengan tamu yang akan check in tadi."

Sebagai informasi saja, Sandra masih bekerja sebagai resepsionis di hotel. Hanya saja kini ia punya rekan baru. Seorang perempuan yang sepertinya baru lulus kuliah tahun ini. Abimana, mantan rekan kerjanya dulu, menghilang entah kemana. Ia mengundurkan diri beberapa hari setelah dipergoki Sandra berciuman dengan Antony.

"Baguslah, jadi aku tak harus tiap hari menahan diri untuk mencakar wajahnya yang flawless itu," begitu kata Sandra dulu.

Aku mengangguk lalu mengangkat tangan untuk memanggil pelayan. Aku memang ada janji makan siang bersama Sandra. Ia bilang ada yang ingin dibicarakan. Selesai dari wawancara tadi aku mengiyakan ajakannya dan memilih kafe di seberang hotel Sandra bekerja ini sebagai tempat pertemuan kami.

"Dari mana?" tanya Sandra seusai pelayan mencatat pesanan kami. Dagunya mengedik ke arah baju yang kupakai.

"Wawancara kerja," jawabku sambil mengedikkan bahu.

"Sungguh?"

Tak ada seorangpun yang tahu tentang rencanaku ini. Tidak ayah, tidak Ben, Anita maupun Sandra. Kali ini aku memang berniat mengatakannya pada Sandra. Hanya padanya. Bukan karena ia telanjur memergoki aku dengan kemeja putih dan rok hitam ini tapi karena aku ingin membagi sedikiiit saja apa yang kurasakan beberapa hari ini.

"Ayahmu tahu kamu bekerja?"

Aku menggeleng.

Sandra mendesah tapi tak berkomentar apapun. "Apa ada sesuatu yang ingin kamu katakan?" tanyanya.

Iliana's Lover [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang