9 - Ngambis

205 62 27
                                    

Bahagia itu simpel. Jadwal bentrok dengan musuh saja sudah membuat Jinsoul senang.

Kalau boleh, sih, ia ingin sujud syukur di depan tempat penjual mi yamin sekarang juga.

Semester satu sebentar lagi tamat. Waktunya semua orang untuk ngambis mendadak agar mendapat nilai yang memuaskan. Tidak semua, tapi semuanya. Salah satu manusia ngambis yang dapat dideteksi adalah Jinsoul, yang hari ini terlihat di kantin dengan buku pegangannya.

"Ngambis?" Jangjun yang baru saja keluar kelas menghampirinya.

"Menurut lo?" Luda yang siang itu ikut-ikutan ngambis bersama Jinsoul menyahut omongan Jangjun.

"Ngambis," jawab Jangjun sambil meletakkan tasnya di meja kantin. Seperti biasa, lelaki itu menertawakan jawabannya sendiri.

Dasar receh.

"Lo ngapain duduk di sini?" Jinsoul menatap Jangjun penuh tanya, siap-siap minggat kalau lelaki itu membawa kesialan.

"Ngambis,"

Seseorang tolong berikan piring gratis kepada Jangjun karena kata 'ngambis' sudah ia ucapkan sebanyak tiga kali.

"Bisa ngambis juga lo?" Luda ikut-ikutan menatap teman SMA-nya. Jangjun mengangguk. "Ngambis apaan lo?"

"Ngambis mencintaimu." Terdengar bisikan di telinga Jinsoul. Yang bertanya siapa, dijawabnya ke siapa.

Tapi,

sepertinya ini bukan bisikan biasa.

Ini adalah bisikan setan yang terkutuk.

Benar saja, ketika Jinsoul menoleh ke belakang, ia menemukan musuh abadinya. Kaget? Jelas. Kenapa ini manusia bisa muncul sementara di jadwalnya ada kelas?

"Dosennya ga masuk, jadi gue langsung ke sini,"

Sumpah, Jinsoul ingin mengutuk dosen mata kuliah entah-apa-itu yang hari ini tidak masuk sehingga ia bertemu lagi dengan si musuh.

Perempuan itu membetulkan kacamatanya, kemudian menghela napas. Ia masih tidak habis pikir dengan betapa seringnya mereka bertemu. Kalau dipikir-pikir, tidak mungkin mereka bertemu sesering ini. Ayolah, satu angkatan di fakultas mereka bisa mencapai 1200 orang dan yah, bisa dibayangkan berapa banyak manusia yang ada di sana. Masalahnya, mengapa dia lagi-dia lagi yang muncul?

Apakah ini yang disebut 'ngambis mencintaimu'? Atau inikah yang disebut takdir?

"Lo ngambis ngejar dia?" Luda bertanya kepada Jangjun, entah tadi ia tidak mengenal suara si penjawab atau bagaimana. Perempuan itu meminum jusnya sambil mendengar jawaban dari Jangjun.

"Enggak, lah," Jangjun menggeleng. "Gue, mah, ngambis ngedapetin Jiho,"

Seketika Luda tersedak. "Abang sama sepupu sama aja ternyata, sama-sama ngejar yang ga bisa didapetin,"

Perempuan berambut pendek itu baru sadar siapa manusia di balik bisikan setan setelah melihat lelaki di samping Jangjun.

"Lo ngambis ke dia?" tanya Luda. Begitu Taeyang mengangguk, perempuan mungil itu langsung bangkit dari bangku. "Oi, pergi, yuk. Keburu jadi nyamuk,"

Dasar teman. Giliran temannya terjebak bersama musuh, dia langsung pergi.

Tinggallah Jinsoul bersama Taeyang di sana. Sebisa mungkin perempuan itu tidak memedulikan apa yang dilakukan si musuh. Setidaknya ini lebih baik daripada mengeluarkan kata 'musnah' secara terus-menerus.

"Sayang, pernah mikir ga, sih, kenapa kita bisa ketemu terus?"

Mulai lagi, kan.

Jinsoul mengangguk. "Gue bingung kenapa harus lo lagi, lo lagi. Padahal di sini banyak banget manusia."

"Mungkin kita jodoh,"

Mendengar sahutan dari lawan bicaranya, otomatis Jinsoul merapikan barang-barangnya dan bangkit dari duduknya. Pergi.

Sudah jelas kalau Taeyang langsung mengejarnya. Dengan mudah lelaki itu membalap langkah si perempuan. Dengan mudah pula ia menggenggam tangan Jinsoul dan membuat perempuan itu menatapnya.

Ajaibnya, Jinsoul tidak memberontak.

"Lo kenapa cantik banget, sih?"

Suasana hening untuk sejenak sebelum si lelaki kembali bersuara.

"Lusa temenin gue nyari buku, ya, buku pegangan gue hilang soalnya,"

Jinsoul terdiam. Bukan karena ia dibilang cantik atau ajakan mencari buku, tapi-

"Tumben ngambis,"

-karena aneh rasanya melihat lelaki yang kerjaannya modus tiba-tiba rajin belajar.

✭✭✭

born haterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang