Taeyang mengedarkan pandangannya ke seisi kantin. Mencari beberapa lelaki yang sudah bersepakat dengannya untuk bertemu di kantin. Katanya mereka menempati meja di dekat jalan masuk. Tapi, hingga detik ini tidak ada tanda-tanda keberadaan tiga manusia yang akan bertemu dengannya.
"Oi." Mingyu melambaikan tangannya. "Mata lo ke mana aja?"
Tiga orang yang menempati meja menyambut Taeyang dengan senyuman. Jangjun, Mingyu, dan Yoochan. Tiga orang yang senyumannya dapat membuat anak manusia meleleh. Sayang sekali, mereka bertiga tidak tahu kalau di balik pertemuan mereka hari ini akan ada pembicaraan yang menegangkan.
"Ga makan?" tanya Yoochan yang baru saja menyeruput minumannya.
"Udah kenyang,"
Memang benar kalau Taeyang sudah kenyang. Bukan kenyang karena makan, namun kenyang akan omelan Jihyo. Kemarin, ia menjadi sasaran omelan perempuan yang dikenal banyak gebetan itu karena sebuah masalah.
Berkat menghampiri Yoochan yang kemarin ada jadwal siaran radio, Taeyang bertemu dengan Jihyo. Perempuan yang kemarin salah melihat jadwal siaran itu menyadari kehadirannya dan menciptakan pembicaraan. Awalnya, Taeyang tenang-tenang saja karena obrolan mereka tidak menyentuh topik yang sensitif. Namun, seiring berjalannya obrolan, Jihyo membicarakan masalah yang membuat lelaki itu merasa berdosa jika mendengarnya.
Apa lagi kalau bukan masalah mawar merah dan Jinsoul?
Percayalah, perasaan aneh muncul dalam diri Taeyang ketika nama itu disebut oleh Jihyo. Seperti perasaan bersalah yang mendalam. Semakin dalam ketika Jihyo menceritakan betapa berubahnya Jinsoul semenjak tahun berganti. Perubahan yang cukup aneh kalau menurut lelaki itu. Cocok dengan dirinya yang mau saja melakukan hal aneh yang membuat si perempuan semakin diam. Lebih tepatnya, galau.
Ujung-ujungnya, Taeyang menjadi sasaran omelan Jihyo karena dianggap tega mempermainkan perasaan anak manusia.
Apa hubungannya dengan pertemuan hari ini? Tentu ada. Jangjun, Mingyu, dan Yoochan adalah tiga orang yang paling dekat dengannya di fakultas dan mereka juga datang pada malam penuh sial itu. Taeyang tahu kalau tiga orang itu berhubungan dengan insiden mawar merah. Di sisi lain, ia tidak tahu siapa manusia yang memotret dan menyebarluaskan foto yang mengakibatkan kesalahpahaman antara dirinya dan Jinsoul. Oleh karena itu, Taeyang memutuskan untuk berbicara dengan mereka—barangkali mendapatkan informasi. Ia benar-benar ingin tahu manusia jenis apa yang tega merusak hubungannya dengan Jinsoul. Padahal, ya, kalau insiden mawar merah dibatalkan, mungkin status hubungan mereka sudah berubah.
Mungkin.
"Kemarin yang megang kamera siapa?" Pertanyaan Taeyang yang to the point berhasil mengagetkan Jangjun dan Mingyu yang masih menyantap makanan mereka. Keduanya saling tatap, berusaha mencerna sesuatu yang mendasari munculnya pertanyaan tersebut. Sementara Yoochan yang sudah tahu sengaja tidak memberitahukan dua temannya, sebab ia tidak akan membiarkan meja mereka menjadi pusat perhatian hanya karena terkejutnya dua orang itu. Maklum, mereka berdua tidak tahu kalau efek insiden mawar merah lebih parah dari apa yang terlihat.
"Bukan gue," Jangjun menampakkan senyumnya. Mencari aman. Memang benar kalau ia tidak memegang kamera pada acara itu, namun ia akan jadi sasaran tuduhan kalau tidak mengatakan hal tersebut. "Lupa gue siapa yang megang kamera,"
Sisa Mingyu dan Yoochan. Bisa jadi salah satu di antara keduanya memegang kamera, bisa jadi tidak. Tidak ada yang tahu apakah mereka sempat dipercayakan untuk memegang benda yang terus berpindah tangan selama acara atau tidak. Kalau salah satunya menjawab 'ya', ada harapan untuk mengetahui dari mana foto kontroversial itu berasal. Kalau tidak, ya sudah.
"Gue megang, tapi cuma sebentar. Abis itu gue ditelepon Suji, makanya gue kasih ke orang lain," Yoochan menjawab dengan penjelasan sejujur-jujurnya, sedangkan Mingyu menggeleng.
"Setelah atau sebelum gue ngasih mawar?"
"Pas itu, jadi gue ga tau siapa yang moto—apalagi yang nyebarin," jawab Yoochan. Lelaki itu kemudian bertanya, "Pasti lo nyari yang megang foto itu karena lo enggak nyimpen, kan?"
Mendapat anggukan dari lawan bicaranya, Yoochan menyimpulkan mengapa pertanyaan itu muncul. "Lo mau minta foto itu dan jelasin semuanya ke Jinsoul, kan?"
Taeyang mengangguk. Sungguh tepat tebakan temannya yang satu itu.
"Ribet lo, kalau mau jelasin, ya jelasin aja," Mingyu angkat bicara.
"Ribetan hubungan lo sama Pinky," sahut Jangjun, diikuti dengan tawa recehnya.
Untung saja Mingyu punya bahan untuk membalas perkataan Jangjun.
"Ribetan acara modusnya lo,"
"Sama siapa?" Yoochan yang penasaran bertanya. Terbentuklah obrolan baru antara mereka bertiga.
Taeyang terdiam. Ia tidak ikut mengobrol dengan tiga temannya. Pandangan dan pikirannya berhasil dialihkan oleh seorang perempuan yang memasuki area kantin. Sendirian. Ingin ia menghampiri perempuan itu. Ingin sekali. Maka ia bangkit dari kursi dan berencana melangkahkan kakinya.
Ia bangkit, bersamaan dengan menghilangnya sosok perempuan itu dari pandangannya. Kelihatannya waktu belum mengizinkan mereka bertemu.
Pelan namun pasti, ia akan menyelesaikan salah paham yang merenggangkan hubungannya dengan Jinsoul sebelum masalah semakin rumit.
✭✭✭
a/n
akhirnya aku update setelah lama dibiarkan wkwkwk adakah yang kangen?
btw aku tidak menyangka kalian pengin tau siapa yang menerima bunga wkwk tunggu saja tanggal terbukanya identitas dia
KAMU SEDANG MEMBACA
born hater
FanfictionMau sebenci apa pun, kalau takdirnya bertemu, ya bertemulah. © 2017 plusmin-us