"Urusan kita emang udah selesai, kali,"
Perempuan itu menatap Taeyang. Tatapannya tajam. Menusuk. Menantang. Menjadi satu. Ada sesuatu yang ingin disampaikan lewat tatapan itu, namun sayang, tak tersampaikan. Entah si perempuan yang tidak jelas dalam memberikan petunjuk atau si lelaki yang otaknya sedang lambat bekerja.
"Gue Rena." Perempuan itu mengulurkan tangan, pura-pura mengajak berkenalan. "Terpaksa deketin lo gara-gara dare sialan yang dibikin temen gue pas SMA. Kalau lo kenal sama Kino, mungkin lo bisa maklumin kenapa gue kayak orang sinting—menurut gue—selama deketin lo. Yang ngasih dare juga sinting soalnya,"
Dari kata-katanya, terlihat jelas bahwa Rena ini memiliki dendam tersendiri pada salah seorang teman lelakinya. Entah dendam betulan atau dendam-dendaman. Yang pasti, perempuan itu melakukan semua ini dengan terpaksa.
"Sorry, gue ga tau kalau lo udah punya cewek," ujar perempuan itu. "Kalau lo ketemu sama cewek lo, tolong jelasin ini ke dia. Gue dari kemarin nyariin dia, mau benerin semuanya, tapi dia ngilang,"
"Ada masalah kali, ya," Rena membuat kesimpulan. Sebelum ia pergi, ia memberikan saran kepada lawan bicaranya. "Buruan benerin semuanya, ga ada yang tau besok dia masih di sini atau enggak. Bisa aja besok dia udah di luar kota atau negara lain, kan?"
✭✭✭
Selesai sudah urusannya dengan Si Mawar atau entah bagaimana orang lain menyebut perempuan itu. Satu urusan selesai, bukan berarti hidupnya sudah kembali seperti semula. Satu urusan selesai, urusan yang tersisa malah lebih rumit.
Pukul delapan malam.
Taeyang membatalkan rencananya untuk pulang lebih awal. Daripada pulang dan mengerjakan tugas di rumah, lebih baik ia mengerjakannya di kantin sambil menunggu keajaiban. Ia benar-benar melakukannya—perkataan Rena beberapa jam yang lalu membuatnya takut.
Pandangannya mengarah pada sebuah bangku kosong di kantin. Biasanya Jinsoul ada di sana, menyantap makanan atau bercengkrama dengan teman-temannya. Tak jarang pula perempuan itu terlihat di kantin ketika bulan sudah menampakkan dirinya. Tetapi, apa yang kini terlihat hanyalah bangku kosong. Tidak ada Jinsoul di sana dan tidak terdeteksi pula keberadaan perempuan itu di kantin.
Dia ke mana?
Berulang kali Taeyang bertanya pada dirinya sendiri. Tak ada jawaban. Tak ada pula kemungkinan yang bisa ia gunakan untuk menjawab pertanyaannya sendiri. Ia tidak memiliki petunjuk di mana keberadaan Jinsoul. Di mana, dengan siapa, dan sedang apa pun ia tak tahu.
Lucu memang. Giliran niat untuk meluruskan semuanya sudah bulat, si target malah menghilang.
"Mikirin dia, ya, lo?"
Melihat Jangjun yang kini duduk di hadapannya, ide untuk menanyakan keberadaan orang yang ia cari muncul.
"Lo ngeliat dia, ga?"
"Nah," Jangjun memetik jari. "Dari tadi juga ga keliatan,"
✭✭✭
"Kenapa lagi?"
Perempuan yang tengah berbaring di kasur itu melirik ke arah pintu. Mengamati orang yang berdiri di sana. Hanya dengan melihat siapa orang itu, ia tahu apa yang akan dibicarakan. Sesuatu yang mengganggu pikirannya belakangan ini.
"Kamu jadi pindah, kan?"
✭✭✭
Percayalah, di sini ada spoiler.
KAMU SEDANG MEMBACA
born hater
FanfictionMau sebenci apa pun, kalau takdirnya bertemu, ya bertemulah. © 2017 plusmin-us