Jadi, semalam Jinsoul gagal menghampiri oknum di balik penyebaran kontaknya. Yang satu beralasan mau jemput gebetan, yang satu lagi alasannya belum mengerjakan tugas. Memang cerdas sekali Mingyu dan Seokmin dalam hal mencari alasan.
Ujung-ujungnya ia kembali lagi ke rumah. Perlu dicatat kalau hari itu ia dua kali pulang bersama Taeyang. Masih ingat pula dirinya bagaimana lelaki itu mengacak-acak rambutnya dan berkata bahwa besok mereka akan pulang bersama.
Maka itu, di hari Kamis yang mendung ini Jinsoul berusaha menyembunyikan diri di kampus. Termasuk di kantin. Ia yang biasanya mengambil kursi di pojokan, kini duduk di meja tengah. Tetapi, tetap saja keberadaannya diketahui oleh Jangjun.
"Jangan ke sini." Baru saja Jangjun duduk, ia sudah diusir. Lelaki itu dengan terpaksa berdiri lagi. Nasib memang, sudah diusir, ia juga tidak menemukan meja yang masih kosong di kantin.
Tapi, bukan Jangjun namanya kalau tidak mengacaukan rencana.
"Kenapa emang?"
Suara yang menggema di kantin itu membuat beberapa orang menoleh. Termasuk seorang lelaki yang baru saja datang dan menghampiri Jangjun. Seseorang yang memmbuat Jinsoul teringat kalau dirinya harus meninggalkan kantin dalam waktu beberapa detik. Setidaknya, sebelum sesuatu yang klise terjadi.
Siang itu, ia tidak akan membiarkan alur pergi-dikejar-tertangkap-pulang bareng menimpanya. Terlalu klise. Maka itu ia berniat mengganti dua adegan terakhir menjadi tidak ketemu-tidak jadi pulang bareng. Daripada pulang bersama dan mendengar panggilan yang ia benci, lebih baik ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas dari Pak Aron-dosen muda yang kalau memberi tugas suka tidak kira-kira.
"Duluan," pamitnya kepada Jangjun yang masih menampakkan wajah kebingungan. Ia dengan santainya melangkah ke halte bus tanpa sadar kalau dirinya diikuti.
"Ikut, dong." Lelaki itu menepuk bahu Jinsoul, kemudian dengan santai merangkulnya. "Gue juga mau ngerjain tugas,"
Jinsoul yang tahu siapa di balik suara itu merespons. "Musnah aja lo,"
Ya, meskipun pada akhirnya perempuan itu tidak masalah diikuti ke perpustakaan.
✭✭✭
Meja kayu dengan stop kontak di dekatnya menjadi pilihan Jinsoul pada siang itu. Selain karena ingin mengisi baterai laptop, ia mencari tempat di mana dirinya tidak harus duduk bersebelahan dengan Taeyang. Mengerjakan tugas dari Pak Aron perlu konsentrasi yang tinggi dan tidak dapat diganggu dengan hal apa pun. Apalagi hal yang sepele.
Contohnya sayang-sayangan.
Makanya, setiap kali terdengar omongan yang mengarah ke panggilan sayang, Jinsoul langsung memasang earphone.
Langit mulai berubah warna. Mereka belum beranjak dari perpustakaan. Keduanya masih betah dengan laptop masing-masing meskipun si lelaki mulai menanyakan kapan mereka akan kembali. Jawaban yang terus keluar adalah 'nanti', sebab si perempuan memang menghindari acara pulang bersama.
"Lo mau pulang kapan? Ini udah mau hujan,"
Setelah beberapa kali menjawab pertanyaan itu dengan 'nanti', kali ini Jinsoul menjawabnya dengan 'sekarang'. Ia terpaksa merapikan barang-barangnya dan meninggalkan perpustakaan bersama lelaki yang tampaknya tidak tahu kalau ada kata menyerah.
✭✭✭
Jam belum menunjukkan pukul enam sore, tetapi langit telah berubah menjadi warna hitam. Rintik hujan mulai membasahi bumi dan itu berarti mereka harus bertahan di kampus hingga waktu yang entah kapan.
Di sinilah mereka sekarang. Berteduh di depan halte bus terdekat dari perpustakaan. Menunggu datangnya bus sambil menyibukkan diri masing-masing. Bagus lah, berarti tidak ada acara ribut karena hal sepele di halte bus.
Keduanya bangkit begitu bus berwarna mencolok itu datang. Mereka memasuki bus yang sepi penumpang, kemudian melangkah ke bagian belakang.
"Lo enggak mau duduk, nih?"
"Ga usah,"
"Ada kursi kosong malah dianggurin,"
Sudah menjadi hal yang dimaklumi kalau bus kampus pada sore hari penuh dengan pemupang. Maka itu, sangat hoki jika seseorang mendapat bangku di sana. Seperti pada bus yang mereka tumpangi. Sebenarnya bangku di samping Taeyang kosong, tetapi Jinsoul menolak duduk di sana. Alasannya simpel-mana mau ia duduk di samping musuh sendiri.
Ujung-ujungnya, ia terpaksa duduk di sana karena di halte selanjutnya banyak orang yang naik ke bus.
"Pulang bareng gue, ya." Taeyang menggenggam tangan Jinsoul, memastikan kalau perempuan itu peka dengan perkataannya.
"Musnah aja lo." Jinsoul berusaha melepaskan tangannya dari genggaman si musuh dan berhasil. Perempuan itu bangkit dari bangkunya, berdiri karena sebentar lagi akan sampai di halte tujuan.
Sayangnya, ia lupa kalau Taeyang selalu punya cara untuk membuatnya gagal menghindar. Seperti saat ini, ketika bus berhenti di halte tujuan mereka. Lelaki itu kembali menggenggam tangannya, kemudian merangkulnya ketika mereka sudah turun dari bus.
Untuk yang kesekian kalinya, Jinsoul misuh-misuh dalam kondisi dirangkul Taeyang-entah berapa 'musnah' lagi yang sudah ia ucapkan. Sementara si lelaki, senyum penuh kemenangan jelas terlukis di bibirnya.
Yeah, you never escape me right.
✭✭✭
a/n
miss me? hehehehehe
makasih banyak yang udah komen di kolom pertanyaan kemarin, akhirnya aku memutuskan cerita ini tidak direvisi
alhamdulillah, makasih banyak buat 200+ reads nya 💕💕
dan btw
((sebenernya itu yang dawon udah nambah bagian lagi karena tiba tiba dapet pencerahan wkwkwk))
boleh lah diterawang siapa cowok cowok yang akan berpartisipasi di sana wkwkwkwk
sekali lagi makasih banyak buat yang udah baca, vote, dan comment
boleh juga lah baca princess, cerita lokal pertama di buku ini hehehehe
((iya itu aku promosi))
KAMU SEDANG MEMBACA
born hater
FanficMau sebenci apa pun, kalau takdirnya bertemu, ya bertemulah. © 2017 plusmin-us