Sepandai-pandainya ia menyembunyikan kenyataan, tetap saja ketahuan. Sampai di rumah, Jinsoul dikejutkan dengan ribuan pesan yang belum terbaca. Sekitar lima ratus pesan dari grup yang menyangkut kampus dan hampir seribu pesan di grup squad-nya. Ia membuka grup yang tumben-tumbennya di malam tahun baru hampir tembus seribu pesan dan menyadari bahwa kembalinya Jimin—yang ponselnya sempat hilang di perantauan—ke dunia maya yang menyebabkan ramainya grup. Tetapi masih ada yang lebih mengejutkan daripada hal tersebut, yaitu bahasan mengenai malam tahun barunya.
Februari nanti—ketika semester genap sudah mulai, Jinsoul harus menyampaikan terima kasih kepada Sewoon karena telah membocorkan ke mana ia pergi saat malam tahun baru kepada kawan-kawannya. Berkat itu pula, Luda menghasut penghuni grup yang lain untuk mengunjungi rumahnya dan itu berhasil. Gila saja, kalender di rumahnya belum diganti dan teman-temannya mau berkunjung.
Ketukan pintu yang tak kunjung berhenti memaksa Jinsoul untuk bangkit dari kasurnya. Tahu benar itu siapa saja yang datang. Tentu saja orang-orang yang sangat niat untuk meminta penjelasan atas kejadian semalam. Jinsoul turun dengan setengah hati. Kalau saja itu bukan temannya, tidak akan ia bukakan pintu karena mengganggu tidurnya.
"Mana Jimin?" tanyanya begitu Luda, Jihyo, dan Dawon masuk ke rumah.
"Jalan sama sugar daddy-nya," jawab Luda yang sudah lebih dulu melangkah ke kamar temannya. Perempuan itu terus mengipasi dirinya. Maklum, sepanjang jalan mereka bertiga berpanas-panasan karena sinar matahari yang cukup terik.
Begitu pintu kamar dibuka, tiga perempuan itu langsung menyerbu kasur. Mau tak mau, si pemilik rumah tidur-tiduran di karpet. Sudah tidak dapat lapak di kasur, ia diserbu dengan pertanyaan pula. Kurang sial apa lagi awal tahunnya kalau seperti ini.
"Gini, nanyanya satu-satu aja, dianya bingung kalau kalian nanya mulu," Dawon menenangkan dua temannya yang level ingin tahunya sudah melewati batas. Luda dan Jihyo terdiam, kemudian melakukan suit untuk memutuskan siapa yang akan bertanya lebih dahulu.
"Yes, gue menang." Jihyo bangkit dari kasur dan menduduki kursi yang kelihatannya masih baru. Sebelum bertanya, ia memberitahukan satu hal yang tampaknya akan menjadi peraturan selama sesi wawancara. "Nyebutnya pake 'dia' aja, ya, soalnya kalau kedengeran orang rumah bisa berabe kita,"
"Orang rumah lagi pada pergi," sahut Jinsoul. "Mau nanya apaan lo?"
"Kemarin lo ke mana aja sama dia?"
"Lo nanya yang berfaedah dikit, apa." Luda yang tengah tidur-tiduran di kasur mengambil bantal dan berencana melemparkannya ke Jihyo. Untung saja Dawon—yang secara tidak langsung menjadi penengah pada hari itu—mencegahnya.
"Tenang, abis ini giliran lo." Dawon mengambil bantal yang hampir dilempar Luda, lalu mempersilakan Jinsoul untuk menjawab pertanyaan yang terkesan mendasar itu.
Pertanyaan pertama masih bisa ia jawab dengan santai. "Mampir ke toko bunga yang pas mau wisudaan gebetan lo kita samperin, nonton film, terus nonton kembang api,"
Jihyo terlihat puas dengan jawaban temannya. Ia tahu kalau tidak ada yang ditutup-tutupi. Toh, lagi pula pertanyaannya merupakan pemanasan. Berbeda cerita dengan Luda yang kelihatannya akan menyerang teman sendiri.
"Kenapa lo mau tahun baruan sama dia?"
Sebenarnya Jinsoul sudah menebak kalau pertanyaan semacam ini akan keluar, namun ia belum menyiapkan jawaban. Bahkan dirinya sendiri masih tidak mengerti kenapa ia mau saja menghabiskan malam pergantian tahun bersama Taeyang. Semua itu terjadi secara spontan, termasuk ketika ia menyetujui tawaran tersebut.
"Kapan lagi gue tahun baruan di luar rumah?" Jinsoul menjawab pertanyaan tersebut dengan apa yang ada di pikirannya.
"Setau gue dia kalau malam tahun baruan ada a—"
KAMU SEDANG MEMBACA
born hater
FanfictionMau sebenci apa pun, kalau takdirnya bertemu, ya bertemulah. © 2017 plusmin-us