Jinsoul membaur dengan manusia yang memasuki area kantin. Di tengah keramaian, ia mengarahkan pandangannya ke meja-meja yang ada di sana. Memastikan bahwa orang yang ia hindari tidak ada. Jika ada, belum tentu keberadaannya diketahui. Toh, ia sudah menyiapkan masker dan topi untuk menyembunyikan diri jika keberadaannya tertangkap oleh lelaki itu.
Yah, ini rasanya sama saja rasanya dengan diawasi tim Dispatch di kampus sendiri.
Siang itu, Jinsoul sengaja duduk di tempat yang tidak biasanya ia duduki. Selain karena tempat yang tersisa hanya sedikit, ia ingin menghindar dari orang-orang yang biasa menghampirinya kala makan siang. Terutama Jangjun yang kehadirannya biasa membawa kesialan. Sebisa mungkin ia hindari lelaki receh yang jelas-jelas ingin membantu temannya memperbaiki hubungan. Bukannya ia tidak mau berbaikan, ia hanya belum siap.
Terlalu banyak masalah yang menghiasi kehidupan semester genapnya. Belum tiga bulan berjalan, berbagai macam masalah membuat pikirannya kacau. Sebut saja tugas, kegiatan kampus, dan jangan lupakan masalah mawar merah.
Omong-omong soal mawar merah, kira-kira di manakah Taeyang? Rasanya sudah lama Jinsoul tidak melihat lelaki itu. Berarti sudah lama pula ia tak menyumpahi lelaki itu agar cepat-cepat musnah dari kehidupannya. Benar juga, waktu berlalu dengan cepat dan tampaknya ia merindukan saat-saat itu.
Jinsoul menggelengkan kepalanya. Tidak, tidak, ia tidak boleh merindukan saat-saat menyebalkan seperti itu. Lagi pula masih ada masalah yang lebih penting untuk dipikirkan. Apalagi kalau bukan masalah penting yang bahkan belum bisa ia ceritakan kepada teman-temannya hingga saat ini?
Daripada memikirkan masalah yang datang dengan ajaib, lebih baik ia menyimak curhatan Haseul. Perempuan yang melanjutkan pendidikan di luar kota itu berhasil membuat ponselnya terus bergetar. Dalam pesan-pesannya, Haseul menceritakan masalah tiket pulang. Baru-baru ini, perempuan itu dan dua kawan lelakinya memutuskan tanggal kepulangan. Kebetulan sekali dua lelaki itu memiliki alasan agar mereka terhindar dari kegiatan memesan tiket dan pergi ke ATM. Jadilah Haseul yang melakukan semua itu dan berkat hal ini, ia dapat menyimpulkan bahwa dua temannya ganteng-ganteng useless.
Beberapa pesan terkirim atas balasan curhat yang mengundang tawa. Beberapa di antaranya adalah salinan dari tawa yang seharusnya dapat dilepaskan. Sayang, belakangan ini Jinsoul lebih suka tertawa dalam diam karena tertawa lepas hanya membuatnya teringat dengan segala masalah yang mewarnai hidupnya.
"Hai, boleh duduk di sini?"
Terdengar suara seorang lelaki di telinga Jinsoul. Suara yang sangat ia kenal. Suara yang membuatnya ingin pergi ketika mendengarnya, namun di sisi lain suara tersebut membawa hiburan.
Jujur, ia ingin menatap si lelaki dan menjawab 'ya' dengan nada terpaksa yang sering ia ucapkan. Namun, apa yang ia lakukan justru sebaliknya. Bangkit dan meninggalkan bangku yang ia duduki tanpa alasan jelas.
Sebab menghindar adalah satu-satunya jalan terbaik pada saat itu.
✭✭✭
a/n
alhamdulillah, makasih banyak buat 1k+ reads nya 💕💕 makasih banyak buat yang udah baca, vote, dan komen 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
born hater
FanficMau sebenci apa pun, kalau takdirnya bertemu, ya bertemulah. © 2017 plusmin-us