"Assalaamu'alaikum..." sapa Acha sambil membuka pintu apartemen nomor 512.
Terlihat wanita bercadar itu menatap lirih ke depan. Tatapannya seperti rindu akan sesuatu. Di sisi lain, wanita dengan gamis panjang dan kerudung syar'inya menatap ke depannya jua.
"Wa'alaikumussalam... Cha!," jawab Nesvia sambil berlari ke arah sahabatnya itu.
"Nes, maafin Cha ya..."
"Sama-sama, Cha! Maafin aku ya Cha...?"
"Aku tadi emosi aja, mungkin kamu juga. Kita tahu lah..."
"Yeah, you know lah... Hahaha..."
Senyum dan tawa itu menghiasi lagi Apartemen nomor 512. Canda dan bahagia mereka mewarnai malam itu.
Nesvia dan Acha berdiskusi tentang e-mail seorang ikhwan bernama Adam Malik. Siapa Adam?
"Dia itu adik kelas gue. Lo tadi ketemu dia kan?"
"Iya, Nes. Ketemu. Tapi gue sebel ya, katanya ikhwan, tapi nggak punya sopan santun. Masa dia dateng nggak ngucap salam sama sekali coba? Dia itu tinggal dimana sekarang?"
"Kurang tau juga, coba gue e-mail ya..."
"Eh, tunggu. Dia tadi bilang mau e-mail lo. Gue suruh kirim lokasi dan jam agenda Komunitas Muslim Jateng."
Malam itu menjadi malam yang indah bagi mereka berdua. Mereka menghabiskan waktu dengan bercanda, bercerita, dan yang jelas membahas kajian yang mereka hadiri masing-masing.
"Maaf, gue tadi ke kajiannya..." kata Nesvia terputus.
"Iya, nggak papa. Gue aman kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Sunyi
Short StorySenja memang selalu indah. Mataharinya, anginnya, suasananya, serta ceritanya. Terutama, cerita yang dilengkapi aku dan kamu. Yang berawal dari sebuah dongeng, mimpi, dan harapan. Hingga akhirnya, semua menjadi nyata, atas hasil do'a yang tak bersua...