Nesvia mengharu biru. Rasanya, ia bahagia. Namun, terselip kesakitan dalam rongga dadanya yang paling dalam. Tak terlalu terasa, tapi lumayan menyakitkan. Apakah ini yang dinamakan tragedi jomblo fii sabiilillah? Ah, tidak, bukan. Ini hanya halusinasi Nesvia saja. Ia kuat, Allah pasti sudah berikan yang terbaik untuknya.
Walau senja Acha dan Nesvia adalah senja yang berbeda, tapi manis pahit senja sebelumnya masih lebih mengena ketimbang ini.
"Gue gak nyangka, ternyata Allah se-mengejutkan ini. Kejutan indah datang pada orang-orang yang benar-benar mengaplikasikan Syahadatain mereka dalam kehidupan sehari-hari. Memanage kehidupan mereja dengan apa yang sudah mereka ikrarkan dalam shalat setiap harinya. Sumpah, ini bikin gue Speechles banget," ungkap Nesvia pada Acha.
Pagi itu, rumah Adam masih ramai dengan kehadiran sanak saudara yang membantu persiapan pernikahan Adam dan Acha kemarin. Nesvia adalah orang yang turut membantu didalamnya. Adam tak mau ambil resiko, ia hanya mendekam di kamarnya dan tidak akan keluar sampai yang bukan mahromnya tidak menampakkan diri dihadapannya. Keras, ya?
"Nggak tau, gue canggung sama dia, Nes. Tapi yaa, gue harus belajar luwes kan?"
"Iyalah, harus. Allah udah kasih yang spesial lho. Masa elu mau sia-siain."
Acha mengangguk.
Seketika ia sadar suaminya tak kunjung keluar kamar.
"Aku samperin Kak Adam dulu ya..."
Menaikk tangga yang lumayan panjang, Acha merasa lelah sekali karena seharian kemarin menggunakan baju syar'i yang membuatnya kegerahan. Hari spesial itu benar-benar tak akan terlupakan.
"Kak, antum kenapa ngga keluar? Saudara pada pingin ketemu di bawah..."
"Temanmu masih ada?"
DEG! "Masih. Emang kenapa?"
"Sini, sayang. Duduk... Dia, bukan mahromku. Dan aku agak canggung bertemu dengannya walau dia adalah kakak kelaksu dulu. Setelah menikah seperti ini aku harus lebih menjaga diri dan pandangan atas wanita selain kamu dan Ibu."
Jleb! "Lalu bagaimana aku dengan Nesvia? Apa kami pun harus menjaga jarak demi Kak Adam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Sunyi
Historia CortaSenja memang selalu indah. Mataharinya, anginnya, suasananya, serta ceritanya. Terutama, cerita yang dilengkapi aku dan kamu. Yang berawal dari sebuah dongeng, mimpi, dan harapan. Hingga akhirnya, semua menjadi nyata, atas hasil do'a yang tak bersua...