Tanpa tanya, tanpa tapi, Cha menemani Nesvia dengan keadaannya yang sekarang untuk menjalani hari bahagianya. Seluruh tamu undangan yang telah hadir sangat antusias menanti sang pengantin keluar dari tirainya. Pengantin pria telah duduk tegap dan gagah di meja akad nikah, sementara Nesvia masih duduk di ruang rias menatap layar televisi yang menyiarkan langsung akad nikahnya dengan calon suami.
Sejak memeluk Nesvia beberapa menit yang lalu, air mata Cha masih mengalir deras. Tangisnya tak bersuara, sesaknya tak terasa berat karena hari bahagia ini. Hari bahagia sahabatnya yang telah hadir dalam setengah perjalanan hidupnya.
"Saya terima nikahnya........"
"SAH!"
Seketika Nesvia sujud syukur atas nikmat yang telah Allah berikan beberapa detik yang lalu, dipinang oleh lelaki sholih yang menerima keadaan fisik dan mentalnya, yang menerima masa lalu keluarganya.
Namun...
"NESVIA!!!" Cha berteriak sekencang-kencangnya sampai Syameela terkejut dan shock mendengar bundanya berteriak sekencang itu.
"Nes, bangun!!!!"
Nesvia terbaring lemah setelah sujud syukur dengan menggunakan satu kakinya. Entah petir apa yang menyambar barusan, rasanya seperti tidak ada sebab musabab Nesvia tak sadarkan diri.
Tubuhnya terkulai lemah. Para tamu undangan tidak mengetahui hal ini. Cha menelfon ambulance dari rumah sakit terdekat, semua orang di ruang rias berusaha sekuat tenaga memindahkan Nesvia dari lantai ke tempat tidur.
"Nes, sabar ya Nes, aku ada disini Nes!!!" Cha masih panik terus mengganggam tangan Cha.
Ummi Marfu'ah bergegas keluar dari ruangan rias dan menghampiri meja rias. Ummi Marfu'ah membisikkan kabar lewat telinga Pak Pras.
"Innalillaahi, Nesvia kenapa mii?," ujar Pak Pras terkejut setengah mati.
Lelaki yang barusan menggenggam tangan Pak Pras kini telah menjadi suami Nesvia. Ia turut terkejut dengan kabar tersebut, sehingga ia segera berlari ke kamar rias dan menemui istrinya.
"Nes... Aku disini, Nes." Ucap lelaki itu, membelai pipi Nesvia.
"Mii, kok... Nesvia..." lelaki muda itu shock setelah menyentuh pipi Nesvia.
"Kenapa, nang?," tanya Ummi Marfu'ah.
Ummi Marfu'ah menyentuh tubuh Nesvia, terutama kakinya. Dengan menahan rasa panik, seketika Ummi Marfu'ah menyentuh pergelangan tangan Nesvia dan mencari denyut nadinya. Lalu tangannya berpindah lagi ke bagian leher Nesvia untuk mencari denyutnya lagi. Ummi Marfu'ah memindahkan tangannya lebih dari empat kali. Tiba-tiba, matanya menatap Pak Pras dengan tatapan marah dan sedih bercampur menjadi satu.
"Bi... Nes..." nafas Ummi Marfu'ah terengah-engah, tubuhnya seketika terduduk di kasur, lemas seketika, seakan pengelihatannya berkunang-kunang. Namun ia harus tetap mempertahankan kesadarannya.
"Mii, kenapa mii???," tanya Cha, sambil berlutut didepan Ummi Marfu'ah.
"Nes...."
Ambulance datang dengan tim medis didalamnya. Selang sekitar 10 menit setelah Nesvia tak sadarkan diri.
Tim medis memeriksa seluruh keadaan Nesvia, memasangkan selang oksigen, dan hendak memasangkan oxymeter kepada Nesvia. Namun sebelum oxymeter terpasang..."Ners, kenapa denyut nadi anak saya tidak terraba ya?," Ummi Marfu'ah bertanya dengan lirih kepada salah seorang perawat.
"Apa bu?," perawat tersebut terkejut.
Ia memegang denyut nadi bagian pergelangan tangan dan leher Nesvia. Ia memeriksanya berkali-kali. Namun, semua orang yang ada di kamar itu tidak akan menyukai jawaban Ners tersebut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Sunyi
Proză scurtăSenja memang selalu indah. Mataharinya, anginnya, suasananya, serta ceritanya. Terutama, cerita yang dilengkapi aku dan kamu. Yang berawal dari sebuah dongeng, mimpi, dan harapan. Hingga akhirnya, semua menjadi nyata, atas hasil do'a yang tak bersua...