Walimatul Ursy

74 0 0
                                    

Acha sudah menerima kunjungan Adam ke Solo. Orang tua Acha tidak memaksakan Acha, dan tidak menuntut apa-apa. Jika lelaki itu bisa membimbing Acha, mereka akan mendukung 1000% pernikahan ini.

"Saya Adam Malik. Ini ayah dan ibu saya. Saya anak tunggal Om..."

"Oh, anak tunggal. Kamu kerja di mana?"

"Sekarang di book store Islami di Klaten..."

"Wah, keren. Semoga kalian bisa semakin dekat. Kalo mau dipercepat, silahkan."

"Dipercepat?"

"Iya, menikahnya."

"Wah, Maasyaa Allah. Baik Om, saya akan siapkan."

"Kira-kira kapan, Cha?"

Acha dibalik tirai ruangan yang memisah antara ruang tamu dan ruang makan menjawab dengan seyakin-yakinnya, "Minggu depan nggak papa."

Adam tersenyum lega. Hamdalah di bisikkannya ke udara.

"Kalau begitu, saya pamit Om. Assalaa... eh, Astaghfirullah. Permisi Om."

"Iya, silahkan."

Adam dan keluarganya kembali ke Klaten. Tidak terlalu jauh, tapi menyenangkan. Adam semakin yakin akan pilihannya. Entah, seperti Allah telah memberikan petunjuk begitu saja.

"Adam yakin sama dek Cha?," tanya sang bunda lembut padanya.

"Insya Allah, Bu. Saya yakin."

"Alhamdulillah..."

***

Senja kali ini sangat indah. Tangan Acha sudah dihiasi dengan hena karya bibi Lauren. Indah sekali. Menghiasi kulit mulus nan putihnya, dan menunjukkan bahwa ia memang telah hampir resmi dipinang. Adam sudah siap di tempat duduknya malam itu. Ba'da isya' yang amat bersejarah baginya dan keluarganya.

Ba'da maghrib tadi, sudah didahulukan dengan pembacaan dua kalimat syahadat oleh Karen, sekaligus pergantian nama menjadi Nur Aisyah. Namun, walau memberi restu, kedua orang tua Karen belum bisa memeluk Agama yang indah ini. Tapi mereka tetap merestui apapun yang dituju oleh putri-putrinya.

Setelah selesai menggunakan cadar, kerudung, dan gaunnya, Acha turun ke bawah. Belum waktunya Acha menampakkan diri didepan calon suaminya. Ia hanya duduk di kamar tamu sambil melihat tayangan akadnya di layar tv.

"Saya terima nikahnya Nur Cha Resha binti Ang Wing Ya dengan maskawin seperangkat gamis hitam ditambah cincin emas 1 gram di bayar tunai."

"Bagaimana saksi, sah?"

Sah!

Telah sah kini Acha menjadi seorang istri dari Adam Malik. Acha menangis haru memeluk sahabatnya, Nesvia. Ia tak menyangka bahwa ia akan mendapatkan lelaki shalih yang bahkan belum pernah ia kenal.

"Silahkan, mempelai wanitanya di bawa keluar..." ucap pak penghulu.

Acha melangkah dengan hati-hati. Digandeng oleh Mama dan Sahabatnya, Acha menelusuri jalan menuju ruang tamu. Gaun putihnya yang indah menambah cantik penampilannya malam itu. Walau wajahnya tak terlihat, tapi Acha tampak rupawan.

Tangannya telah dihiasi hena, menandakan bahwa ia sudah sah menjadi bidadari milik seorang ikhwan shalih yang beberapa menit lalu telah meminangnya dengan dua kalimat syahadat dan bismillah. Begitu tirai dibuka, para tamu undangan terpesona dengan pengantin wanita yang satu ini.

"Silahkan, mbak Acha duduk di sebelah mas Adam, setelah itu boleh tanda tangan surat nikahnya," kata pak penghulu lagi.

Acha duduk di sebelah lelaki yang kini telah resmi menjadi suaminya. Ba'da isya', malam yang indah dan berkesan. Tak ada malam yang seindah ini, selain ketika Acha telah resmi menjadi seorang mualaf, dan malam ketika ia dipinang.

Acha mencium tangan suaminya, Adam. Setelahnya, adam meletakkan tangan kanannya di atas ubun-ubun Acha dan membacakan do'a kepdanya. Tanpa terasa, air mata Acha telah meleleh membasahi pipinya. Adam yang telah selesai membacakan do'a langsung mencium kening Acha dengan lembut. Flash kamera yang tak henti-hentinya mengabadikan moment itu semakin menyilaukan ruangan. Adam menatap istrinya.

"Uhibbuki fillah, yaa zaujati..."

"Mahabakalladzi ahbabtanillah, yaa zauji..."

Lalu Adam memasangkan cincin di jari manis sang istri. Cincinnya hanya satu, karena itu hanyalah pemberian yang termasuk maskawin didalam syarat nikah tadi. Setelah itu, Adam dan Acha memegang buku nikah dan menghadap ke para tamu undangan malam itu. Lagi-lagi, flash kamera semakin menyilaukan ruangan itu.

Malam yang indah. Terkadang, senja tidak hanya berakhir gelap dan sunyi. Kadang Allah hadirkan malam yang indah setelah senja. Bahkan, malam dimana Acha dan Adam mengikat janji terasa gemerlap karena Ridha Allah atas mereka. Apa yang Acha perjuangkan telah mendapat hasil.

***

Senja Yang SunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang