Senja Yang Sunyi

36 0 0
                                    

"Nes..." panggil Acha sedikit lirih.
Nesvia menghampiri.
"Napa, Cha?"
Acha agak sedikit menyusun posisi duduknya, dan merubah raut wajahnya. Kali ini dia betul-betul serius. Hatinya bergemuruh ketika lisannya ingin mengeluarkan kata demi kata yang mungkin akan menyakiti siapapun yang mendengarnya.

"E... Gini... Kamu sahabatku. Jelas, nggak ada yg bisa menggantikan posisimu. Namun, kita sebagai wanita adalah hamba yang mencari ridha Allah, bukan? Agak sulit sebetulnya mau mengatakan ini, dan aku harus beri kamu beberapa keterangan kenapa aku serius gini. Jadi, intinya... Kamu dan suamiku bukan mahrom, nggak bisa kalo kita sering ketemu, aku bersama suamiku bertemu kamu yang tidak didampingi mahrom. Sekarang mungkin kita akan jarang main, karena suamiku akan sering ajak aku kajian, dan family time. Sedikit waktu bermain dan sekarang sudah waktunya menjadi dewasa. Maaf ya Nes, aku hanya punya maksud baik... Aku... "

"Cukup, Cha. Gue paham. Kalo gitu gue pamit ya. Setidaknya gue udh lihat moment terbaik dalam hidup gue. Makasih banget. Assalaamu'alaikum."

Acha tertunduk,

"Wa'alaikumussalam..."

Inikah senja yang kelam? Senja yang gelap menyelimuti? Apakah hidup ini hanya akan terus didatangkan senja? Tak bisakah cerah selamanya?

Acha masih berfikir keras, apakah sahabatnya itu sakit hati? Ia berusaha meraih handphone, ingin mengirimi sebuah chat kepada sahabatnya itu.

Namun...

Whatsapp, instagram, facebook, bahkan sampai nomor telefon Acha di blokir.

"Bukankah itu memutuskan silaturahmi?," tanya Acha pada Adam.

"Jangan su'udzon. Kamu tidak melakukan itu kan? Biarlah, mungkin dia butuh waktu untuk tenangkan diri..."

Acha mengangguk paham.

...

Kali ini senjanya berakhir dengan gelap, tanpa pelangi yang menghuasu. Menguras hati. Degup jantungnya tak pernah seirama setelah kejadian itu. Berhari-hari Acha melalui senja yang sunyi. Memang berbeda, tapi inilah jalannya.
...

Senja Yang SunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang