10. Detak

2.5K 447 39
                                    


sinar matahari siang ini begitu menyengat kulit. rasanya chaeyoung ingin memaki lampu merah di perempatan jalan yang tak kunjung berubah menjadi hijau. sepuluh menit terasa satu jam baginya. jalanan macet pun turut menambah panjangnya durasi lampu merah.

keduanya sedang dalam perjalanan mencari bahan pembuatan maket yang entah kenapa toko-toko langganan mereka hari ini tutup. alhasil mereka harus mencari kesana kemari ditengah terik matahari.

Chaeyoung berulang kali mengeluh dalam hati. sementara changbin, sang pengendara motor yang dinaikinya sudah berulang kali mengumpat secara terang-terangan.

"jingan belum ada satu menit."

"kok udah merah lagi sianjir."

"ck pada ga bisa diem dah, siang bolong gini macet."

"sialan." umpat changbin ketika motornya sudah hampir melewati lampu merah, namun lampu keburu berubah warna dari hijau menjadi merah lagi.

"gila sih gua kayak dibakar. panas banget, gimana neraka ya." celetuk changbin lagi yang disambut tawa renyah chaeyoung. "makanya cepet tobat lo. umur nggak ada yang tau."

"lo juga lah."

"gue juga apaan?

"tobat."

"gue mah rajin sholat. emang elo? sholat jum'at aja sebulan sekali."

"nying...."

"tuh ngomongnya aja kasar astaghfirullah."

beberapa saat setelah itu, lampu merah akhirnya hijau. selanjutnya changbin memutuskan melajukan motornya di jalanan sepi sebagai jalanan alternatif menghindari macet dan kepanasan.

namun cobaan belum selesai sampai disitu. ditengah perjalanan tiba-tiba kedua ban motor changbin kempes. Sontak keduanya panik, pasalnya jalanan itu benar-benar sepi. apakah ada tukang tambal ban di sekitar sini?

"kenapa sih ada aja cobaan kalo naik motor sama lo." keluh chaeyoung sembari membantu changbin mendorong motornya.

"takdir. udah lo gausah bantuin dorong, berat. biar gue aja." ujar changbin sambil menyingkirkan tangan chaeyoung dari motornya.

"sok iye lo, gue tau kali lo butuh bantuan gue." chaeyoung tetap bersikukuh membantu mendorong motor. tak sampai lima menit, akhirnya mereka menemukan tukang tambal ban, dan mereka pun sadar bahwa sebab dari kempesnya ban motor adalah ulah modus sebar paku si penambal ban.

tapi keduanya tak peduli, dan kini malah asyik mengobrol sembari duduk di kursi yang disediakan.

"lo kemana-mana suka naik motor?" tanya chaeyoung random yang langsung dibalas gelengan cepat oleh changbin. "biasanya gue naik mobil, cuman ya untuk sekarang gue harus naik motor."

"kenapa harus?" chaeyoung penasaran, kata yeri changbin berasal dari keluarga kaya. tapi kok mau repot-repot pake motor? setahunya, orang kaya tuh biasanya bayak gaya.

pertanyaan chaeyoung membuat changbin menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. ia bingung, harus memberi tahu chaeyoung perihal misi sang ayah atau tidak.

"hm... ya gitu, gue lagi dikasih misi."

chaeyoung mengerutkan keningnya. "misi?"

changbin menarik napas panjang, pada akhirnya dia tetap menjelaskan semuanya tentang misi ayahnya dari a-z. "ya makanya sekarang gue kaya bocah terlantar."

tawa chaeyoung meledak begitu changbin menyelesaikan ceritanya. "hahaha pantesan lo kerja di cafe bokap lo sendiri." ucap chaeyoung disela tawanya.

Fall Apart ;Chaeyoung + Changbin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang