jihoon sudah berada disana sejak taman itu masih penuh pengunjung sampai tersisa dirinya seorang. bahkan ketika hujan tiba-tiba menyapa pun ia tak berniat untuk beranjak, tetap disana menunggu sang gadis datang lalu ia bisa mengutarakan perasaannya sejak tiga tahun yang lalu.namun menunggu selama dua jam tak membuahkan hasil, melainkan kekecewaan.
line!
jihoon mengusap wajahnya yang dialiri air hujan, sebuket mawar putih yang digenggamnya bahkan sudah hancur. hujan malam itu deras, benar-benar mewakili hatinya yang menangis dalam sunyi.
jihoon membuka ponselnya, menyentuh pop up line dari doyeon, sahabatnya. setelah itu bibirnya mengukir senyuman pedih.
doyeon: lo masih di taman?
doyeon: balik lo. chaeyoung nggak bakalan dateng.
doyeon: sent a photodoyeon: gimana bisa sih dia malah sama changbin!!!
jihoon menghela nafas, bukannya membalas pesan line doyeon ia malah beralih menyentuh papan sms, dan mencari kontak chaeyoung, lantas mengetik sesuatu sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan taman itu dengan hati yang teriris.
apa sih yang lo harapkan dari son chaeyoung? dia nggak punya perasaan yang sama kayak lo hoon, sadar! batinnya berbisik menyuruh agar dirinya menyudahi perbuatan yang membuatnya menertawakan dirinya sendiri. miris. 'lo emang bego hoon.'
+++++wajahnya kusut, gadis itu hanya memakai pakaian asal ambil dari almari, lalu menyisir rambut seadanya sebelum beranjak ke kampus. suasana hatinya benar-benar buruk hanya karena mengingat satu nama, park jihoon.
bagaimana keadaannya sekarang?
apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan jihoon nanti?
bagaimana caranya meminta maaf?
begitu yang mengakar dipikirannya sejak malam berlangsung. membuat moodnya turun drastis. bahkan saat seo changbin dan wajah tengilnya menggoda dirinya dengan candaan pun chaeyoung hanya membalas pendek dengan raut wajah datar.
"chae gue ada tebakan, jawab ya," changbin berdeham sebelum melanjutkan.
"apa yang kalau nggak di kasih tau dia ada, kalau di kasih tau dia nggak ada?" changbin memasang cengiran khasnya, menunggu jawaban dari perempuan yang berjalan di sampingnya.
"nggak tau." chaeyoung menjawab asal tanpa menoleh sedikit pun, membuat changbin kecewa.
"lo kenapa sih? pms?" changbin menebak, bersamaan dengan itu muncul doyeon di ambang pintu kelas D, kelasnya dan juga chaeyoung.
"chae, bisa ngomong sebentar?" gadis itu bertanya sedikit canggung. takut kalau-kalau dirinya mengganggu.
"bisa." jawab chaeyoung cepat, membiarkan pertanyaan changbin terabaikan.
"di kantin aja ayo," ajak chaeyoung. doyeon membalas dengan anggukan lantas menoleh kepada changbin yang nampak kesal. "kita duluan bin,"
"chae, sorry banget gua nanya gini," doyeon menatap chaeyoung gelisah, keduanya kini sudah duduk di salah satu bangku kantin. duduk berhadapan.
chaeyoung tersenyum, "tinggal nanya, gausah segala minta maaf."
"kenapa lo dua kali nggak dateng pas janjian ketemuan sama jihoon?" doyeon langsung bertanya pada intinya. kontan dahi chayoung mengkerut. 'dua kali?'
"gue rasa, janjian sama jihoon baru tadi malem yeon. tapi tadi malem gue nggak bisa karena ada alasan kuat."
mendengar penjelasan chaeyoung, kini gantian doyeon yang memandangnya dengan dahi berkerut. "loh, dia pernah ngajak lo ketemuan di restoran testardo. lo nggak inget?"
bentar, restoran testardo katanya. chaeyoung rasa ia pernah kesana bersama seseorang. gadis bersurai panjang itu menyipitkan matanya berusaha mengingat kembali memori beberapa hari yang lalu.
ah, dia ingat kesana bersama changbin seminggu yang lalu. dan disana, ia betemu jihoon. loh? jika diurutkan detail kejadian hari itu, chaeyoung rasa ada sesuatu yang aneh.
"gue nggak ngerasa dia ngajak yeon," chaeyoung mengeleng perlahan.
doyeon menghela napasnya. "salah dia juga sih, ngajak via chat."
"chat?" tanya chaeyoung cepat.
"iya di line, dia bilang pas mau nyamperin lo keburu ada urusan mendadak sama dosen. makanya cuma bisa chat lo."
"sumpah yeon, gue nggak nerima chat itu." yakin chaeyoung.
"yaudahlah itu nggak penting, udah lewat juga. mending sekarang lo tengokin jihoon. dia sakit." ujar doyeon, kentara sekali gadis tinggi itu mengkhawatirkan jihoon.
"loh dia sakit?" chaeyoung agak terkejut, pasalnya ia menduga bahwa penyebab sakitnya jihoon adalah dirinya.
"iya, gara-gara semalem hujan-hujanan di taman. emang batu dia, disuruh balik malah gamau dan tetep nungguin lo." tuh kan.
"n-nungguin gue?" chaeyoung bingung.
"iya, sebenarnya dia punya perasaan ke lo. dan perasaan dia buat lo itu nggak main-main chae. dalem, soalnya disimpan awet dari kalian masih kelas 11."
"terus soal dua kali ngajak ketemuan itu, dia mau confess cuman belom berhasil sampe sekarang."
penjelasan doyeon cukup membuat napas chaeyoung tercekat selama beberapa detik. tubuhnya mematung, chaeyoung sempat lupa bagaimana caranya berbicara. tatapan wajahnya datar.
bagaimana bisa, jihoon selama ini berjuang dalam kebisuan, hingga tak pernah disadarinya sebelum doyeon membongkar semuanya.
bagaimana bisa, jihoon memiliki perasaan padanya selama bertahun-tahun, sementara ia baru mengenal jihoon dalam hitungan bulan. chaeyoung rasa, doyeon hanya bercanda. sebab hal itu bukankah terlalu mustahil untuk sebuah kenyataan?
+++++sinar matahari saat ini mulai bersahabat, di luar sana terik sudah berkurang, membuat beberapa manusia bersyukur karena dapat beraktifitas di luar tanpa khawatir panas. sementara sebagian yang lain memilih tak peduli.
waktu menunjukkan pukul empat sore, pening di kepala jihoon membuat pemuda itu enggan untuk beranjak dari kasur empuknya. namun panggilan alam yang mendesak tak mampu ditahan sehingga, dengan berat hati jihoon melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar mandi di kamarnya.
jihoon keluar dari kamar mandi beberapa menit setelah menyelesaikan urusannya, namun tubuhnya tersentak tiba-tiba saat bola matanya menangkap kehadiran seorang gadis di kamarnya.
gadis itu tampak asyik memandangi beberapa foto yang terpajang di dinding ber cat biru laut itu dengan seksama. selanjutnya tubuh jihoon terasa berkali lipat lebih lemas dari sebelumnya.
"c-chaeyoung..," susah payah jihoon menyebut nama itu, sementara sang gadis kini telah menghadap kearahnya dengan tatapan menyesal. "jihoon...,"
"maaf." katanya, sebelum akhirnya tubuh mungil itu memeluknya.
+++++hallo, i'm back iya tau kemaleman maaf ya wkwk semoga suka, jangan luoa vote. oce?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Apart ;Chaeyoung + Changbin ✔
Fanfikce❝Ini hati, bukan hotel yang bisa lo tinggal pergi kapan aja.❞ + lowercase, harsh word inside bbuingchan, 2018